Ceknricek.com -- Rasanya tak banyak film dari Malaysia yang masuk ke pasar bioskop tanah air. Wira (2020) menjadi salah satunya. Film garapan Adrian Teh ini mulai ditayangkan di bioskop Indonesia sejak Kamis (30/1). Lantas bagaimana ulasan dari film ini?
Layaknya slogan "Malaysia Boleh" yang kerap dikumandangkan suporter dalam turnamen olahraga yang diikuti tim Negeri Jiran itu, film ini bisa dikatakan boleh juga untuk menjadi alternatif para pencinta film tanah air. Pasalnya pengemasan dalam film ini memang rasanya ditujukan untuk pasar penonton Asia Tenggara, khususnya Indonesia.
Baca Juga: Yayan Ruhian Sebut Produksi Film Wira Layaknya Film Hollywood
Film bergenre action ini memang sebagian besar langsung menampilkan aksi laga, ketimbang narasi dan bumbu drama yang biasanya ada pada film-film action Barat. Bahkan narasi ceritanya pun cukup sederhana, begitu pula dengan dialog-dialog yang relatif singkat. Tiba-tiba sudah "bak bik buk" saja.
Sumber: ACT 2 Pictures
Dari sisi cerita memang terkesan agak dangkal, begitu pula dengan latar belakang karakter yang terasa kurang dikembangkan. Seolah-olah film ini memang seperti "fight club" semata yang terus menampilkan aksi pertarungan hampir di setiap bagian film. Namun faktanya memang karakter film-film laga Asia Tenggara khususnya Indonesia memang seperti itu.
Hal ini tak bisa dilepaskan dari peran Yayan Ruhian sebagai pengarah koreografi laga, yang terlihat jelas dalam film ini. Yayan sendiri turut berperan dalam film ini. Sama seperti karakter yang sudah-sudah dibintangi Yayan, nasib dari karakter Yayan (sebagai Ifrit) dalam film ini juga berakhir seperti biasanya.
Sumber: ACT 2 Pictures
Rupanya sang sutradara Adrian Teh memang tidak berbohong ketika mengatakan film ini terinspirasi dari film laga fenomenal asal Indonesia, The Raid (2011). Pasalnya beberapa adegan dan latar scene membuat para penonton seolah-olah bernostalgia dengan film garapan Gareth Evans itu. Mulai dari latar rusun kumuh hingga adegan berkelahi di pabrik sabu.
Karakter Hassan yang diperankan Hairul Azreen, seorang mantan petarung MMA jalanan dan mantan tentara yang melawan ketidakadilan yang dialami keluarganya seolah seperti protagonis "idola" dalam film-film laga pada umumnya. MMA sendiri memang sedang digandrungi di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Begitu pula dengan latar belakang cerita yang berfokus pada ketidakadilan yang disebabkan oleh kemiskinan dan sistem hukum yang tidak jelas, seperti menjadi kritik dalam masalah-masalah yang biasa dialami di negara berkembang Asia Tenggara.
Sumber: ACT 2 Pictures
Harus diakui, beberapa adegan perkelahian yang dimainkan Azreen terkesan kaku. Sang aktor sendiri mengakui sempat mengalami patah kaki saat pengambilan gambar, yang rasanya sedikit banyak mempengaruhi aksinya di depan kamera.
Permainan kamera khususnya ketiga adegan perkelahian layak diacungi jempol. Seolah-olah memang berfokus pada tiap gerakan atau jurus dari masing-masing pemeran, yang membuat kesan "fight club" dalam film ini semakin terasa.
Pada akhirnya, meski terkesan seperti The Raid tapi versi Malaysia dengan beberapa pengembangan, tapi boleh-lah untuk dinikmati. Semoga kedepannya akan ada film-film Malaysia lainnya yang masuk pasar Indonesia, sehingga penonton juga bisa mendapatkan alternatif film lebih banyak.
BACA JUGA: Cek OPINI, Opini Terkini Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini