Ceknricek.com - Dwiki Dharmawan begitu antusias saat menceritakan album anyarnya bertajuk Rumah Batu. Album kolaborasi keempat bersama MoonJune Records dan empat musisi internasional yang mumpuni di instrumennya masing-masing.
Ditemui Ceknricek.com di Studio Dwiki Dharmawan Bintaro, Tangerang Selatan, Selasa (29/5/2018) memaparkan bahwa hari ini bertepatan dengan rilisnya album Rumah Batu secara digital. Nantinya rilis fisik akan dilakukan pada Juni 2018 mendatang.
Album yang merupakan hasil eksplorasi Dwiki Dharmawan bersama musisi terpilih itu disebut sebagai penjelajahan musik pria berusia 51 tahun ini. Ia terinspirasi dari berbagai momen dalam hidup yang telah dilewati dan perjalanan berharga yang tak terlupakan.
Salah satu lagu yang juga tercipta dari perjalanan Dwiki Dharmawan ke Uzbekistan, berjudul Samarkand disuguhkan cuma-cuma olehnya kepada tim Ceknricek.com di tengah sesi wawancara. Ketika sedang menceritakan sekilas lagu tersebut, sontak tubuhnya tergerak mendekati salah satu keyboard favorit di studio rekamannya.
Dwiki Dharmawan menarikan jari jemarinya di atas tuts dengan begitu faseh. Seolah jarinya itu tergerak sendiri, dari luapan perasaan hati punggawa band Krakatau Reunion ini.
Yang dimainkan oleh suami Ita Purnamasari ini memang hanya sedikit part dari track Samarkand. Namun kekuatan magis yang dikeluarkan saat berada di belakang papan piano begitu besar.
Melodi yang terlontar dari Samarkand membuat pendengar terbawa akan suasana. Seperti diajak berimajinasi, membayangkan sedang berada di sudut kota Samarkand, Uzbekistan, tepatnya di pusara Imam Bukhari. Makam yang sempat tak terurus dan menjadi kandang kuda.
Ketika menelisik ke versi original Samarkand, berbagai bebunyian yang dicurahkan oleh setiap pemain penuh emosi. Mulai dari penggebuk drum yang begitu liar, flute yang dominan, dipadukan dengan gitar, bass, dan keyboard maupun piano yang dimainkan oleh Dwiki Dharmawan. Membuat track ke-7 dari album Rumah Batu berdurasi 7 menit 40 detik itu terdengar megah.
Track tersebut terinspirasi dari perjalanan spiritual Dwiki Dharmawan ke makam Imam Bukhari pada tahun 2015 lalu. Perjalanan tersebut membangkitkan ingatannya menjadi suatu komposisi musikal.
"Muncul lah nuansa-nuansa melodi dan harmoni seperti tadi yang saya mainkan di kepala saya kemudian dijadikan salah satu materi rekaman," kata Dwiki Dharmawan saat berbincang dengan Ceknricek.com.
Bukan hanya itu, ada ingatan Dwiki Dharmawan saat duduk di bangku SMP, mempelajari pelajaran Sejarah. Yaitu ketika Presiden pertama RI, Soekarno ingin berkunjung ke Uni Soviet. Dengan syarat yang diajukan olehnya kepada perdana menteri untuk bisa mengunjungi makam salah satu perawi hadist Imam Bukhari.
"Akhirnya pemerintah Uni Soviet menuruti permintaan Bung Karno itu sehingga menjadi fenomenal. Makam Imam Buchori itu dibuka sampai sekarang. Bahkan pemerintah Indonesia yang baru merdeka menyumbangkan menata yang ternyata sudah dijadikan kandang kuda pada saat itu," ucapnya.
Kehadiran Dwiki Dharmawan di sana disambut antusias oleh imam masjid dan penjaga makam Imam Bukhari. Dari penuturannya, mereka sangat mengingat Bung Karno, dengan jasa yang sudah dilakukannya.
"Jadi ingatan saya terhadap sejarah itu berpadu dengan inspirasi saya terhadap musikal sehingga terjadi lah musik yang seperti ini," ujar Dwiki.
Selain Samarkand, album Rumah Batu juga berisikan 7 track lainnya. Seperti Rintak Rebana, Paris Berantai, Impenan, Janger, Rumah Batu Suite Part 1 - Kaili, Rumah Batu Suite Part 2 - Perjalanan, dan Selamatkan Orang Utan.
Musisi yang digaet Dwiki Dharmawan pada album ini adalah Asaf Sirkis (drum) dari Inggris, lalu ada pemain bass elektrik legendaris, sang maestro asli Spanyol bernama Carles Benavent, didukung oleh bass akustik dari Inggris, Yaron Stavi, serta gitaris Perancis berdarah Vietnam, Nguyen Le, juga sejumlah musisi lokal, salah satunya Dewi Gita.
Dwiki Dharmawan membebaskan para musisi yang terlibat dalam album tersebut untuk bereksperimen, namun dalam benang merah partitur yang sudah dibuat olehnya. Secara keseluruhan, album Rumah Batu masih kental dengan alunan nada khas Indonesia, seperti setiap karya yang digarap olehnya.