Satgas Ingin Masyarakat Tak Parno dengan Penelusuran Kontak | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Istimewa

Satgas Ingin Masyarakat Tak Parno dengan Penelusuran Kontak

Ceknricek.com -- Penelusuran kontak (contac tracing) yang dilakukan petugas kesehatan menjadi kunci dalam upaya menekan penyebaran virus corona atau COVID-19. Atas dasar itu, menurut anggota Tim Pakar Satgas Penanganan COVID-19, Dr. Dewi Nur Aisyah, masyarakat tidak perlu takut atau parno dengan penelurusan kontak.

Dewi melanjutkan, penelusuran kontak dengan orang-orang yang pernah terlibat kontak erat dengan satu pasien positif corona selama 14 hari terakhir membutuhkan kejujuran dan keterbukaan.

"Jadi kita ingatkan kepada masyarakat Indonesia agar tidak takut untuk dilakukan penelusuran kontak. Atau jangan sampai juga kita berbicara bohong saya enggak pernah serumah (dengan pasien COVID-19), padahal serumah," ujarnya dalam jumpa pers di Graha BNPB Jakarta, Rabu (30/9/20).

Dewi juga menjelaskan bahwa penelusuran kontak tersebut sangat penting dilakukan guna mengungkap orang-orang yang pernah berhubungan erat dengan satu pasien COVID-19 yang dilaporkan sehingga memutus mata rantai penularan COVID-19. Apabila tidak ditelusuri maka wabah corona bisa terus berlangsung.

"Jadi jangan sampai (berbohong). Kenapa? Karena dengan kita berbohong ke petugas dapat mengakibatkan penularan yang berlanjut kepada orang-orang di sekitar," terangnya.

Kejujuran orang-orang yang ditelusuri riwayat kontaknya itu, lanjut Dewi, dibutuhkan agar petugas medis benar-benar dapat memahami kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan dan dapat mengungkap kemungkinan orang lain yang terinfeksi COVID-19 akibat pernah berhubungan erat dengan satu pasien yang dilaporkan.

Dewi Nur Aisyah sebagaimana dipantau dari twitter live BNPB Indonesia mengungkapkan dengan melakukan penelusuran terhadap satu orang yang dilaporkan positif tersebut, petugas medis dapat menemukan pohon faktor lain yang berpotensi menjadi sumber penularan lain di tengah masyarakat. Sehingga dengan mengetahui secara dini orang-orang yang berpotensi menjadi sumber penularan COVID-19, risiko penyebaran virus berbahaya itu dapat segera diputus dan masyarakat bisa beraktivitas dengan alur kenormalan baru.

Baca juga: Keteladanan Adalah Strategi Ampuh Pencegahan Covid-19

Indonesia sendiri memiliki 2 opsi dalam mengembangkan vaksin Covid-19. Opsi pertama mengembangkan vaksin Merah Putih yang dikembangkan Kementerian Riset dan Teknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional serta Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

Opsi kedua adalah mengembangkan kerjasama internasional. Kerjasama yang pertama yang sudah dalam pendampingan BPOM yakni PT Sinovac dengan PT Biofarma. Lalu kerjasama kedua Sinopharm dengan Kimia Farma bersama Grup 42 dari Uni Emirat Arab dan kerjasama ketiga ialah Genexine dengan PT Kalbe Farma.

Pada perkembangan uji klinis vaksin kerjasama Sinovac dengan Biofarma, sudah dimulai pada 11 Agustus 2020 oleh tim peneliti dari kedokteran Universitas Padjajaran dan subjek uji klinis sebanyak 1.620 orang.

Pada kerjasama vaksin Sinopharm - G42 dengan Uni Emirat Arab, saat ini sudah ada kesepakatan. Uni Emirat Arab berkomitmen menyediakan 10 juta vaksin untuk Indonesia. Pada akhir tahun 2020 diharapkan tercapai. Setelah uji klinis fase 3 vaksin Sinopharm, dimungkinkan industri farmasi Indonesia menjadi bagian dari transfer teknologi produksi vaksin tersebut.

Demi mencegah penyebaran Covid-19, masyarakat diimbau untuk menghindari keluar rumah jika tidak diperlukan, selalu memakai masker, menjaga jarak dan menerapkan protokol kesehatan. Protokol kesehatan dapat  dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun serta air mengalir, minum multivitamin tambahan dan istirahat yang cukup.

BACA JUGA: Cek BREAKING NEWS, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini



Berita Terkait