Siswa Sekolah di Prancis Gelar Pertunjukan Gamelan dan Angklung | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Antara

Siswa Sekolah di Prancis Gelar Pertunjukan Gamelan dan Angklung

Ceknricek.com -- Siswa sekolah di Collège Jacques Prévert, Châteauneuf mengelar pertunjukan gamelan Jawa dan angklung yang dikemas dalam musik kontemporer. Pertunjukan digabung dengan penjelasan lukisan tapiseri karya Jacques Lurcat yang membawa pesan bahaya bom atom terhadap kehidupan manusia dan lingkungan.

Dilansir Antara, Atdikbut Paris, Prof. Warsito di Jakarta, Sabtu (8/6) mengatakan, tidak seperti siswa Sekolah Menengah Pertama (collège) pada umumnya di Prancis, pada Juni akhir semester menjelang liburan musim panas, sekitar 27 siswa unjuk kebolehan menabuh gamelan di museum Jean Lurçat di Kota Angers, di Provinsi Pays de la Loire, sekitar dua jam setengah perjalanan dari Paris pada Jumat (7/6) selama dua sesi, mulai pukul 10.30 sampai pukul 15.00 sore.

Pertunjukan dilengkapi sorot lampu berwarna-warni dengan iringan suara gamelan dan angklung, bersamaan dengan rekaman suara asli dari Jacques Lurcat yang di-dubbing dengan suara siswa siswi College Jacques Prevert tentang pesan bahaya bom atom terhadap kehidupan manusia dan lingkungan.

Sekitar 325 penonton terdiri dari para siswa di sekitar kota Angers, guru, pengelola museum, beberapa wali murid, serta pejabat daerah setempat di antaranya Regine Brichet, sekretaris daerah Pays de la Loire menghadiri pertunjukan seni budaya Indonesia. Regine Brichet mengapresiasi sekolah Collège Jacques Prévert, Châteauneuf yang mampu menjalin kerjasama dengan Indonesia, suatu prestasi yang luar biasa, ujarnya.

Kegiatan diawali dengan penjelasan oleh guru seni musik, Mr. Sylvain Scholastique, tentang pentunjukan seni budaya Indonesia dan menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah menghibahkan seperangkat gamelan pada 2016.

Syvain secara khusus menyampaikan terima kasih kepada KBRI Paris atas pembinaan dan perhatiannya selama ini.

Beberapa pengunjung menyampaikan kekagumannya terhadap kemampuan siswa-siswi Collège Jacques Prévert yang terampil menabuh gamelan. Memang tampak aneh karena, menurut orang Prancis, menabuh gamelan tidak mudah, diperlukan latihan dan bimbingan dari guru pelatih yang hebat.

Banyak pertanyaan dilontarkan penonton tentang berapa lama berlatih, nama gamelan, sampai pada kapan dan bagaimana cara membuat gamelan. Sylvain, yang pernah belajar gamelan di Yogyakarta dan Solo, dengan telaten menjawab berbagai pertanyaan tersebut.

Secara terpisah, Kepala Sekolah, Mr. Rigouin menyampaikan, dengan belajar seni gamelan siswa belajar multi potensi, seperti seni budaya, konsentrasi, dan juga kesabaran. Siswa harus sabar menunggu untuk menabuh gamelan sesuai dengan giliran lirik lagunya. Tentu dengan seni gamelan ini, para siswa akan mengaktifkan seluruh panca inderanya, ujarnya.

Sementara itu, Wakil Dubes KBRI Paris, Agung Kurniadi, menyampaikan apresiasi tinggi dan bangga kepada siswa yang mampu menabuh gamelan dan angklung yang baru beberapa waktu lalu dihibahkan dan berhasil ditunjukkan di depan publik. Ia juga menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada Kepala Sekolah Mr. Riguin, dan pengajar seni Mr. Sylvain Scholastique dengan konsisten mengajarkan seni gamelan di sekolah.

Atdikbut Paris, Prof. Warsito mengatakan, saat ini, sedang diproses adanya sister school antara Collège Jacques Prévert ini dengan SMP yang ada di Yogyakarta dan Solo, sampai saat ini ada beberapa SMP yang sudah siap melakukan.

Ia berharap, pembelajaran tidak hanya tentang gamelan, tetapi juga konten pembelajaran hingga pertukaran pelajar atau guru. Ketika siswa belajar gamelan dan angkung, secara otomatis mereka juga belajar budaya, bahasa Indonesia, serta bahasa Jawa. Inilah salah satu misi tujuan diplomasi budaya kita, adanya integrasi.

Menurut Prof. Warsito, pengetahuan para siswa tentang Indonesia sangat penting. Mereka tentu akan bercerita tentang Indonesia kepada orang tua, dan teman bermain. Kelak ketika siswa tersebut dewasa akan timbul keinginan untuk mengetahui lebih jauh tentang Indonesia.



Berita Terkait