Ceknricek.com—Ada fenomena menarik soal vaksinasi Covid-19. Beberapa fakta menunjukan, ada yang sudah divaksin dua kali tapi masih tetap bisa terinfeksi virus corona. Contoh paling nyata adalah Wagub Nusa Tenggara Barat (NTB) Sitti Rohmi Djalilah. Menyikapi hal ini, Menteri Kesehatan Budi Gunadi saat webinar dengan Forum Pemred, Selasa (15/6/21) menegaskan, vaksinasi tidak jadi jaminan orang tidak bakal terinfeksi virus covid lagi.
“Tapi dengan vaksinasi, kondisi perburukan dapat dicegah jika kita terpapar covid lagi,”ujar Budi.
Mengutip Juru Bicara Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi beberapa waktu lalu, kekebalan tubuh tidak bisa langsung terbentuk setelah divaksin COVID-19. Kondisi ini membuat kepatuhan terhadap protokol kesehatan harus selalu diaplikasikan seluruh warga baik yang belum divaksinasi maupun yang telah menerima suntikan dosis vaksin pertama dan kedua.
"Kita perlu pahami meskipun kita sudah divaksinasi COVID kita masih memiliki risiko untuk terpapar dan tertular virus COVID-19," kata Siti.
Meski demikian, dengan vaksinasi, diharapkan tubuh lebih kuat terhadap paparan virus COVID-19. Sehingga apabila tetap tertular, sakitnya ringan dan tidak mengalami gejala berat. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) juga menyebut, dibutuhkan waktu berminggu-minggu bagi tubuh untuk membangun antibodi setelah divaksinasi.
"Itu berarti ada kemungkinan seseorang terinfeksi virus yang menyebabkan COVID-19 sebelum atau setelah vaksinasi dan jatuh sakit," jelas CDC di laman resminya. Hal ini juga terjadi karena vaksin tidak memiliki cukup waktu untuk memberikan perlindungan.
Pakar lain menyebut, rata-rata orang membutuhkan 10 hingga 14 hari untuk membangun sejumlah antibodi pelindung, tetapi setiap orang berbeda. Hal ini disampaikan Nicole Iovine, pakar penyakit menular dan kepala epidemiologi rumah sakit di University of Florida Health.
"Setiap hari, kemungkinan Anda terinfeksi sedikit berkurang," katanya. "Setiap orang dapat membuat respons kekebalan lebih cepat atau lebih lambat dari rata-rata," paparnya dikutip dari USA Today.
Editor: Ariful Hakim