Ceknricek.com -- Harga minyak anjlok lebih dari dua persen di perdagangan Asia, Senin (6/5) pagi, setelah Presiden AS Donald Trump, Minggu (5/5/) mengatakan akan menaikkan tarif barang-barang China pekan ini dengan tajam. Perkataan Trump berisiko membahayakan pembicaraan perdagangan berbulan-bulan antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berada di US$60,44 per barel pada pukul 00.32 GMT (07.32 WIB), jatuh US$1,50 per barel atau 2,4 persen, dari penyelesaian terakhir mereka. Minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan di US$69,34 per barel, turun US$1,51 per barel atau 2,1 persen, dari penutupan terakhir mereka.
Sebelumnya, Trump mengatakan di Twitter bahwa ia akan secara drastis menaikkan tarif AS untuk barang-barang yang diimpor dari China minggu ini, menarik turun pasar keuangan global, termasuk minyak mentah berjangka.

Sumber : Financial Times
The Wall Street Journal melaporkan, Beijing sedang mempertimbangkan untuk membatalkan semua pembicaraan perdagangan dengan Washington.
"Trump mengancam akan mengenakan tarif 25 persen pada US$200 miliar barang-barang China pada Jumat (10/5) ini," kata Jeffrey Halley, analis pasar senior di pialang berjangka OANDA di Singapura, seperti dikutip Antara.
Di dalam industri minyak, ada tanda-tanda kenaikan lebih lanjut dalam produksi dari Amerika Serikat, dimana produksi minyak mentah telah melonjak lebih dari dua juta barel per hari (bph) sejak awal 2018, ke rekor 12,3 juta barel per hari. Itu telah membuat Amerika Serikat sebagai produsen terbesar di dunia di atas Rusia dan Arab Saudi.
Jumlah rig pengeboran untuk gas di Amerika Serikat turun tiga rig menjadi 183 rig dalam minggu hingga 3 Mei, sementara rig pengeboran yang diarahkan untuk minyak naik dua rig menjadi 807 rig, data dari perusahaan jasa minyak Baker Hughes menunjukkan pada Jumat (3/5).