Milan Kundera: Penulis Besar yang Diasingkan Rezim | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Milan Kundera. Sumber : Granta.com

Milan Kundera: Penulis Besar yang Diasingkan Rezim

"Perjuangan melawan kekuasaan adalah perjuangan ingatan melawan lupa". - Kundera.

Ceknricek.com -- Milan Kundera dikenal lewat tema buku-bukunya yang menyerukan kebenaran-kemerdekaan ruang dalam--yang tanpa itu kebenaran tidak bisa ditemukan--beserta kesadarannya bahwa dalam mencari kebenaran kita harus selalu siap berurusan dengan kematian.

Dengan tema-tema seperti itulah membaca karya-karya Milan Kundera menjadi tantangan tersendiri untuk mendedah ensiklopedia pemikiran sosok intelektualis dan agak rumit untuk dibaca ini. Namun, namanya terlau besar untuk dilewatkan sebagai seorang novelis ataupun filsuf di abad modern.

Kundera. Sumber :  AZ Quotes

Meskipun dia tidak meraih hadiah nobel, nama Milan Kundera jauh lebih terkenal daripada banyak pemenang nobel. Penulis yang lahir tepat pada tanggal hari ini di Cekoslovakia, 1 April 1929 itu, kini menginjak usia 90 tahun. Ia merupakan salah satu novelis terbesar yang masih hidup.

Anak Musim Semi Praha

Milan Kundera lahir dan besar di Brno, Cekoslovakia dari keluarga kelas menengah. Ayahnya seorang komposer yang juga mengajarinya tentang musikologi dan komposisi musik. Inilah yang kemudian memberi pengaruh dan referensi musikologis yang dapat ditemukan dalam karya-karyanya. Kundera bahkan pernah memasukkan sebuah notasi musik di dalam tulisannya untuk menjelaskan maksud pemikirannya.

Kundera A. Sumber :  Longhouse Birdhouse

Kundera telah menunjukkan bakatnya dalam sastra sejak remaja. Kecenderungan tersebut ia mulai dengan menulis novel pertamanya The Joke (1965). Sebuah novel tentang dakwaan terhadap absurditas kelam kehidupan di bawah komunisme—juga kehidupan di mana saja—manakala pengkhianatan dan dendam dibiarkan menggerogoti jiwa. Novel tersebut dengan amat cepat menuai sanjungan internasional setelah diterbitkan di Paris.

Kundera sempat bekerja sebagai seorang musisi jazz dan kemudian mendaftar di perguruan tinggi Prague Academy of Performing Arts. Di sana dia belajar film, sastra, dan musik, yang setelah lulus menjadikannya seorang profesor film di akademi tersebut. Namun sayang, setelah serbuan Soviet ke Chekoslovakia, Kundera kehilangan jabatan profesor di institut itu, dan buku-bukunya diharamkan.

Ia sempat melawan dengan membentuk gerakan radikal yang disebut “The Prague Spring”. Namun gerakan tersebut gagal dan bahkan menggiring dirinya dalam posisi sulit. Pelan tapi pasti, kehidupan dibuat tak tertanggungkan, dan dia diusir dari negeri tumpah darahnya sendiri.

Menetap di Prancis

Karena tidak memiliki pilihan, setelah invasi Soviet ke Cekoslowakia pada tahun 1968, Milan Kundera akhirnya memilih untuk pindah ke Prancis tahun 1975. Selama beberapa tahun ia menjadi profesor tamu di Universitas Rennes di Bretagne. Kebangsaan Czechnya miliknya dilepas pada tahun 1979, dan sejak 1981 dia menjadi penduduk Prancis.

Milan Kundera. Sumber :The Times

Dalam sebuah wawancara di New York Times, 19 Mei 1985 oleh Olga Carlisle, Kundera mengatakan Prancis sudah menjadi Tanah Airnya, dan ia tidak ingin kembali pulang ke Cekoslovakia. “Saya tak punya secuil harapan pun untuk pulang. Menetapnya saya di Prancis adalah final, oleh karenanya saya bukan emigran. Prancis adalah satu-satunya tanah air nyata saya sekarang,” ungkap Kundera.

Meskipun telah tinggal dan menetap di Paris ia tetap menulis novel dalam bahasa Ceko, karena ia merasa pengalaman hidup dan imajinasinya tertambat di Praha. Hingga kini, buku-bukunya telah meledak di kalangan pembaca Barat dan Indonesia, yang pada tahun-tahun berikutnya meninggalkan jejak perjalanan intelektual dan emosional.

Life is Elsewhere (1974) adalah eksplorasi ironis dan muram tentang konsekuensi akhir sebuah gelora yang revolusioner dan puitik. Laughable Loves (1974) merupakan kumpulan cerita pendek Kundera yang ditulis antara tahun 1958 hingga 1960 dan berpusat pada kondisi manusia, dan hubungan antara pria dan wanita. Juga The Farewell Party atau Pesta Perpisahan (1976) merupakan sebuah roman urban yang mengagungkan cinta erotis dan mencampuradukkan keriangan dengan kasih sayang.

Milan Kundera dianggap sebagai salah satu penulis besar abad ke-20. Filsafat dan ide-idenya tentang kondisi manusia, khususnya hubungan antara pria dan wanita, telah membuatnya menjadi raksasa dalam dunia sastra. Salah satu karyanya yang paling terkenal, The Unbearable Lightness of Being (1988), telah difilmkan dan dibintangi oleh Juliette Binoche dan Daniel Day-Lewis, serta merupakan film favorit rumah seni independen.

Salah Satu adegan Film The Unbearable Lightness of Being (1988) yang diadaptasi dari Novel Kundera

Kundera dan Terjemahan

Pada tahun 1994, Kundera menulis “Testaments Trahis” (Testaments Betrayed), sebuah esai yang berfokus pada ketidakpercayaannya pada penerjemah dan juru bahasa. Ia memang terkenal sering berdebat dengan penerjemahnya dan mengklaim bahwa terjemahan-terjemahan terhadap karyanya yang tidak akurat.

Dalam pengantar naskah drama Jacques and His Master (1994), Kundera pernah mengatakan, “Jika jiwa sebuah novel masih ada saat diterjemahkan atau ditulis ulang maka novel itu bernilai rendah.” Ia memang punya kerisauan lebih tinggi terhadap karya-karya terjemahan atau karya adaptasi. Padahal pada awal karier kepenulisannya ia adalah seorang penerjemah.

Meski meragukan karya terjemahan, Kundera tak menolak karya-karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Novel-novel Kundera dibaca dunia dalam bahasa terjemahan karena aslinya ditulis dalam bahasa Ceko. Dalam sebuah esai yang dimuat di Tempo, 22 Januari 2001, Nirwan Dewanto pernah mengamini sikap Kundera. Ia menulis esai yang berjudul “Mencederai Kundera”.

Menurut Dewanto, terjemahan Indonesia atas sejumlah karya sastra dunia seringkali mencederai keluasan berpikir pengarang, serta menyulitkan pembaca dengan kalimat berliku-liku yang kabur artinya. Ia merasa terjemahan buku Kundera dari versi Prancis Eva Bloch, “L’Immortalité” yang menjadi “Kekekalan” seolah-olah berkata bahwa pikiran sang pengarang kacau.

“Membaca terjemahan ini, sebagian khalayak sastra kita mungkin akan berkata bahwa Kundera adalah pengarang yang kacau; ia bukan hanya tak bisa bercerita, tapi juga suka menyulitkan pembaca dengan kalimat berliku-liku yang kabur artinya”.

Apakah hal tersebut juga yang membuat kita kesulitan untuk menangkap gagasan-gagasan Kundera dan menjadi rumit untuk dibaca? Tidak perlu dijawab sekarang. Setidaknya dengan pertanyaan tersebut akan memberi kita motivasi untuk melahap karya-karya Kundera dalam bahasa aslinya serta memperluas bilingualisme bahasa kita.

Mari kita simak kata mutiara dari seorang penulis besar yang kini sedang berulang tahun itu.

“Menjadi penulis bukan untuk mengkhotbahkan kebenaran melainkan menemukan kebenaran.”



Berita Terkait