Ceknricek.com -- Dewan Pers akan memeriksa produk jurnalistik Majalah Tempo edisi Tim Mawar dan Rusuh Sarinah yeng diadukan oleh Mantan Komandan Tim Mawar Mayjen TNI (purn) Chairawan Nusyirwan, Selasa, (11/6).

Sumber: Liputan6
Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, Arif Zulkifli, menghargai pelaporan terhadap pihaknya ke Dewan Pers oleh alumni Akmil angkatan 1980 itu. Pelaporan tersebut terkait artikel di Majalah Tempo perihal dugaan keterlibatan Tim Mawar dalam kerusuhan di beberapa titik di Jakarta, pada 21-22 Mei 2019.
"Tempo menghargai langkah hukum dari narasumber atau publik yang mempersoalkan liputan Tempo," ungkap Arif kepada wartawan, Selasa, (11/6).

Sumber: Harian Jogja
Bagaimana kiprah Majalah Tempo, yang edisi perdananya terbit pada tahun 1971 silam itu?
Tempo adalah majalah mingguan yang terbit perdana pada April 1971 dengan berita utama mengenai cedera parah yang dialami Minarni, pemain badminton andalan Indonesia di Asean Games Bangkok, Thailand.
Sejarah Tempo bermula ketika suatu hari di tahun 1969, sekumpulan anak muda berangan-angan membuat sebuah majalah berita mingguan. Alhasil, terbitlah majalah berita mingguan bernama Ekspres. Di antara para pendiri dan pengelola awal, terdapat nama seperti Goenawan Mohamad, Fikri Jufri, Christianto Wibisono, dan Usamah. Namun, akibat perbedaan prinsip antara jajaran redaksi dan pihak pemilik modal utama, terjadilah perpecahan. Goenawan cs keluar dari Ekspres pada 1970.
Sementara itu, di sudut Jakarta yang lain, seorang Harjoko Trisnadi sedang mengalami masalah. Majalah Djaja, milik Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) , yang dikelolanya sejak 1962 macet. Menghadapi kondisi tersebut, karyawan Djaja menulis surat kepada Gubernur DKI saat itu, Ali Sadikin, minta agar Djaja diswastakan dan dikelola Yayasan Jaya Raya --sebuah yayasan yang berada di bawah Pemerintah DKI.
Dari hal itulah lalu terjadi rembugan tripartite antara Yayasan Jaya Raya-yang dipimpin Ir. Ciputra-orang-orang bekas majalah Ekspres, dan orang-orang bekas majalah Djaja. Disepakatilah berdirinya majalah Tempo di bawah PT. Grafiti Pers sebagai penerbitnya.
Kenapa bernama Tempo? Menurut Goenawan --Pemimpin Redaksi saat itu-- karena kata ini mudah diucapkan, terutama oleh para pengecer. Cocok pula dengan sifat sebuah media berkala yang jarak terbitnya longgar, yakni mingguan. Mungkin juga karena dekat dengan nama majalah berita terbitan Amerika Serikat, Time.

Korporat Tempo. Sumber: Tempo
Dengan rata-rata umur pengelola yang masih 20-an, Tempo tampil beda dan diterima masyarakat. Mereka mengedepakan peliputan berita yang jujur dan berimbang, serta tulisan yang disajikan dalam prosa yang menarik dan jenaka, hingga akhirnya Tempo dapat diterima masyarakat.
Pembredelan
Pada tahun 1982, untuk pertama kalinya Tempo dibredel. Tempo dianggap terlalu tajam mengkritik rezim Orde Baru dan kendaraan politiknya, Golkar. Saat itu tengah dilangsungkan kampanye dan prosesi Pemilihan Umum. Tapi akhirnya Tempo diperbolehkan terbit kembali setelah menandatangani semacam "janji" di atas kertas segel dengan Ali Moertopo, Menteri Penerangan saat itu (zaman Soeharto ada Departemen Penerangan yang fungsinya, antara lain mengontrol pers).

Pembredelan. Sumber: Goodreads
Makin sempurna mekanisme internal keredaksian Tempo, makin mengental semangat jurnalisme investigasinya. Maka makin tajam pula daya kritik Tempo terhadap pemerintahan Soeharto yang sudah sedemikian melumut.
Puncaknya, pada 21 Juni 1994. Untuk kedua kalinya Tempo dibredel oleh pemerintah, melalui Menteri Penerangan Harmoko, bersama Majalah Edtor dan Detik. Tempo dinilai terlalu keras mengkritik Habibie dan Soeharto ihwal pembelian kapal-kapal bekas dari Jerman Timur.

TEMPO. Sumber: portalIslam
Selepas Soeharto lengser pada Mei 1998, mereka yang pernah bekerja di Tempo --dan tercerai berai akibat bredel-- berembuk ulang. Mereka bicara ihwal perlu-tidaknya majalah Tempo terbit kembali. Hasilnya, Tempo harus terbit kembali. Maka, sejak 12 Oktober 1998, majalah Tempo hadir kembali.
Untuk meningkatkan skala dan kemampuan penetrasi ke bisnis dunia media, maka pada tahun 2001, PT. Arsa Raya Perdana go public dan mengubah namanya menjadi PT Tempo Inti Media Tbk. (Perseroan) sebagai penerbit majalah Tempo --yang baru. Dana dari hasil go public dipakai untuk menerbitkan Koran Tempo yang berkompetisi di media harian.
Saat ini, produk-produk Tempo terus muncul dan memperkaya industri informasi korporat dari berbagai bidang, yaitu penerbitan yang memilki berbagai anak perusahaan.