Angkie Yudistia Menerabas Tembok Pesimis dan Bangkit Berprestasi | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Foto: Instagram @angkie.yudistia

Angkie Yudistia Menerabas Tembok Pesimis dan Bangkit Berprestasi

Ceknricek.com -- Nama Angkie Yudistia diumumkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai staf khusus presiden, Kamis (21/11). Siapakah sebenarnya Angkie?

Lahir dengan keterbatasan sebagai penyandang tunarungu tak membuat Angkie terpuruk. Founder dan CEO Thisable Enterprise itu malah menerabas "tembok" bernama pesimisme dan bangkit berprestasi.

Namun, pencapaian perempuan kelahiran Medan, 05 Juni 1987 itu diraih lewat perjuangan panjang, bahkan caci maki dan diskriminasi yang membuatnya sempat depresi.

Angkie mengalami tunarungu sejak berusia 10 tahun. Meski hal itu membuatnya terguncang, namun ia dan keluarga memutuskan untuk menempuh pendidikan di sekolah umum.

Praktis, keterbatasan Angkie itu menimbulkan banyak masalah selama belajar di SD hingga SMA. Tak jarang ia mengaku sering kali menerima cacian dan hinaan.

Ketika itu, rasa malu membuat Angkie menutupi jati dirinya sebagai penyandang tunarungu. Ia bahkan mengaku pernah putus asa dan menyalahkan kondisi dirinya.

Hingga suatu ketika, seorang bapak di kereta api menyadarkannya untuk bangkit. Singkat cerita, sejak saat itu Angkie pun mulai bisa menerima keadaan dan berusaha menemukan jati diri yang sesungguhnya. Bungsu dari dua bersaudara itu pun berusaha bangkit dan mengejar ketertinggalan. Agar tak tertinggal pelajaran di sekolah, ia belajar dua kali lebih keras dari teman-temannya yang lain hingga lulus.

“Aku sadar aku sulit mengikuti pelajaran di sekolah umum. Makanya setiap pulang sekolah aku pasti les. Banyak baca buku juga. Jadi dua kali belajar dari yang lainnya dan itu aku benar-benar jalani sampai lulus,” terangnya.

Dilema dihadapi Angkie Yudistia saat lulus SMA. Dokter yang merawatnya menyarankan agar ia tidak melanjutkan kuliah karena stres bisa memperparah kondisi pendengarannya.

Foto: Instagram @angkie.yudistia

Saat itu, telinga kanan Angkie hanya mampu mendengar suara 70 desibel sedangkan yang kiri 98 desibel. Sementara, rata-rata percakapan pada manusia normal berada di 40 desibel.

Baca Juga: Sosok Putri Tanjung, Staf Khusus Millenial Pilihan Presiden Jokowi

“Itulah yang membuat aku divonis dokter sebagai tunarungu pas usia 10 tahun. Makanya aku bisa dengar hanya kalau pakai hearing aid (alat bantu dengar) saja,” ungkapnya.

Namun, Angkie ngotot untuk tetap meneruskan pendidikannya. Ia kemudian kuliah dan menyelesaikan studinya di jurusan periklanan di London School of Public Relations (LSPR), Jakarta, dan lulus dengan indeks prestasi 3.5.

Foto: Instagram @angkie.yudistia

Tekad Angkie yang kuat dan kemauan untuk terus menggali potensi diri, membuatnya tumbuh menjadi anak yang penuh percaya diri. Semasa kuliah, ia selalu aktif dalam kegiatan positif.

Angkie tercatat sebagai finalis Abang None mewakili wilayah Jakarta Barat tahun 2008. Selain itu, ia juga berhasil terpilih The Most Fearless Female Cosmopolitan 208, serta Miss Congenially dari Natur-e, serta berbagai prestasi lainnya.

Kecintaan Angkie di dunia pendidikan pun mengantarkannya meraih gelar master setelah lulus dari bidang komunikasi pemasaran lewat program akselerasi di LSPR.

Pemilik tinggi 170 cm dan berat 53 kg itu pernah pula bekerja sebagai humas di beberapa perusahaan. “Tapi bukan berarti aku nggak pernah ditolak kerja ya, sudah sering banget. Alasannya karena waktu mereka tahu aku tunarungu dan nggak bisa pakai telepon,” kisahnya.

Foto: Instagram @angkie.yudistia

Pengalaman Angkie didiskriminasi itu kemudian memotivasinya untuk membuat Thisable Enterprise bersama rekannya. Perusahaan ini fokus pada misi sosial, khususnya membantu orang yang memiliki keterbatasan fisik alias difabel (Different Ability People) seperti dirinya.

Kepeduliannya tak berhenti sampai di situ. Berbagai pengalaman hidupnya mencari jati diri kemudian dituangkannya lewat buku berjudul “Invaluable Experience to Pursue Dream” (Perempuan Tunarungu Menembus Batas) yang dirilis akhir 2011 lalu.

Sosok Angkie dan segudang prestasinya itu menunjukkan bahwa setiap orang, bahkan yang punya cacat fisik sekalipun bisa jadi luar biasa. (Dari berbagai sumber)

BACA JUGA: Cek SEJARAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.


Editor: Farid R Iskandar


Berita Terkait