Ceknricek.com -- Mungkin banyak yang belum mengenal sosok Ayu Kartika Dewi, satu dari tujuh staf khusus presiden yang dipilih Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kamis (21/11). Ayu adalah sosok di balik perumus "Gerakan Sabang Merauke". Dilansir berbagai sumber, munculnya gerakan ini berawal dari "Gerakan Indonesia Mengajar" yang diprakarsai Anies Baswedan.
Saat itu, di usia 27 tahun, karier Ayu terbilang moncer. Ia memegang jabatan Manajer Consumer Knowledge Procter and Gamble (P&G) cabang Singapura. Tapi lulusan Universitas Airlangga, Surabaya, tersebut memilih meninggalkan zona nyaman. Ia bergabung dengan "Gerakan Indonesia Mengajar" dan rela mengajar di daerah-daerah terpencil yang jauh dari kemewahan dan fasilitas nyaman.
Sebenarnya, Ayu tidak masuk kriteria jika melihat persyaratan menjadi pengajar dari Gerakan Indonesia Mengajar. Gerakan itu mensyaratkan usia 25 tahun dan baru lulus setidaknya dua tahun. Sedangkan, Ayu sudah lima tahun kerja di P&G. Namun Ayu nekat mendaftar. Tekad Ayu yang kuat untuk bergabung membuat hati Anies luluh.
Berbakti di Daerah Konflik
Ayu di tempatkan di SDN Papaloang, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Dari Bandara Ternate, butuh sekitar 12 jam untuk mencapai sekolah itu. Penghasilannya turun drastis dibanding saat ia bekerja di P&G. Tapi bagi Ayu, bergabung di Gerakan Indonesia Mengajar ada yang lebih mulia dari sekadar gaji.
“Saya ingin berbuat untuk bangsa. Saya percaya menjadi guru adalah profesi mulia yang akan membukakan pintu gerbang kesempatan dan mimpi pada anak-anak Indonesia,” kata Ayu seperti dikutip buku Merajut Tenun Kebangsaan.
Ayu Kartika Dewi, Pendiri Program SabangMerauke Ayu Kartika Dewi, Pendiri Program SabangMerauke (Rieska Virdhani/JPG)
Pengalamannya mengajar di Halmahera Selatan semakin membukakan matanya. Daerah itu sempat terdampak konflik Maluku pada 1998-2000. Meski tidak ada lagi pertikaian, anak-anak di wilayah itu masih trauma dengan konflik. Apalagi kebencian terhadap umat yang berbeda agama masih terus ditanamkan orang tua mereka.
Baca Juga: Angkie Yudistia Menerabas Tembok Pesimis dan Bangkit Berprestasi
Menghadapi kondisi tersebut, Ayu putar otak. Ia berusaha menghilangkan kebencian anak-anak terhadap umat lainnya. Caranya dengan menceritakan pengalamannya. Ia mengatakan kepada anak-anak tersebut bahwa neneknya seorang Katolik. Meski berbeda agama, neneknya sangat menyayangi Ayu yang muslim. Selama mengajar, ia selalu menanamkan toleransi kepada anak muridnya.
Menebar Semangat Toleransi
Pada 2013, ia bersama teman-temannya membentuk gerakan Seribu Anak Bangsa Merantau untuk Kembali atau Sabang Merauke. Tujuannya untuk membumikan toleransi di Indonesia. Berusaha mewujudkan slogan Bhinneka Tunggal Ika menjadi kenyataan. Mereka membuat program pertukaran pelajar antardaerah. Memang, target Sabang Merauke adalah pelajar di seluruh Indonesia. Mereka yang terpilih disebut Anak Sabang Merauke.
Foto: Instagram @ayukartikadewi
Ayu berharap program pertukaran pelajar Sabang Merauke bisa membuka mata para siswa bahwa Indonesia kaya akan keanekaragaman. Para pelajar tersebut akan ditampung relawan Sabang Merauke melalui dua jenis relawan, yaitu Famili Sabang Merauke dan Kakak Sabang Merauke.
Selama dua minggu, pelajar yang masuk program Anak Sabang Merauke tinggal bersama Famili Sabang Merauke. Pelajar tersebut dibimbing guru yang masuk sebagai Kakak Sabang Merauke.
Ayu berharap, pengalaman pelajar yang ikut Anak Sabang Merauke membekas dan menebar semangat toleransi setelah mengikuti program tersebut. “Karena toleransi tak bisa hanya diajarkan. Toleransi harus dialami dan dirasakan,” kata Ayu.
BACA JUGA: Cek SEJARAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.
Editor: Farid R Iskandar