Bank Indonesia Ungkap Keadaan Ekspor-Impor dan Suku Bunga | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Sumber Foto: Indonesianindustry.com

Bank Indonesia Ungkap Keadaan Ekspor-Impor dan Suku Bunga

Ceknricek.com - Bank Indonesia (BI) memperkirakan kuartal IV 2018 pertumbuhan ekonomi tak terpaut jauh dengan kuartal III, yaitu sekitar 5,17 persen. Dengan perkiraan tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berkisar di anga 5,16 persen. Angka itu masih masuk dalam kisaran target pertumbuhan ekonomi oleh BI sebesar 5-5,4 persen.

“Kami masih perkirakan kuartal IV 2018 relatif sama dengan kuartal III ini untuk pertumbuhan ekonomi,” papar Deputi Gubernuer BI Dody Budi Waluyo usai acara Indonesia Risk Management Outlook 2019, di Jakarta, Selasa (6/11).

Budi mengungkap bahwa permintaan domestik yang tinggi menjadi pendorong perekonomian dalam tiga bulan terakhir tahun 2018. Perihal investasi dan ekspor pun diperkirakan masih positif.

Meskipun terjadi pertumbuhan ekspor, Budi menilai posisi sekarang masih kalah dengan impor yang dilakukan.

“Kalau bicara net ekspor, dari eksternal demand masih di posisi net minus. Ini karena pertumbuhan impor di atas ekspor, meskipun sebenarnya ekspor sudah tumbuh, tapi kecepatannya di bawah impor,” beber Budi, seperti dikutip Kumparan. 

Angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III mencapai 5,17 persen. Kondisi ini melambat jika dibandingkan dengan kuartal II dengan pertumbuhan mencapai 5,27 persen. Jika dibandingkan dengan kuartal III 2017, angka pertumbuhan meningkat dari sebelumnya 5,06 persen.

Penyumbang utama perekonomian berasal dari konsumsi rumah tangga. Sebanyak 56% dari Produk Domestik Brtuo yang tumbuh 5,01 persen disumbang komsumsi rumah tangga. Angka tersebut melambat dibanding kuartal II yang mencapai 5,14 persen. Namun, jika dibandingkan periode yang sama tahun 2017, angka ini meningkat dibanding sebelumnya sebesar 4,93 persen.

 

Suku bunga tinggi

Selain ekspor-impor yang menjadi fokus utama, Budi juga mengungkap tentang kebijakan suku bunga tinggi yang diterapkan negara-negara ASEAN. Persaingan suku bunga dinilai menjadi tantangan. 

“Berikutnya masalah external peers di mana semua negara cenderung dengan suku bunga tinggi,” ungkap Budi, seperti dikutip Kompas.

Negara-negara ASEAN menerapkan kebijakan suku bunga tinggi sebagai upaya menarik modal dari asing yang mulai berkurang. 

Budi menyampaikan sepekan terakhir aliran modal masuk mulai terjadi. Meski telah ada sentiment positif, secara fundamental Indonesia dinilai masih kalah dengan negara-negara seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.

“Masalah likuditas di sistem keuangan, neraca korporasi, inflasi, dan risiko PDB terkontaksi dengan gambaran adanya suku bunga tinggim,” kata Budi. 

Ia memastikan bahwa BI akan berusaha menjaga stabilitas makro ekonomi Indonesia. Budi mengaku masih optimis dengan kondisi perekonomian Indonesia di tahun 2019, karena permintaan domestik masih kuat. 

“Dengan risiko itu sampai 2018 stabilitas reatif cukup baik dengan kinerja rupiah masih di batas fundamental. Domestic demand masih cukup kuat. Ini jadikan kita optimis di 2019,” pungkasnya. 



Berita Terkait