Betulkah Ade Armando, Pemicu Sekaligus Korban Kekerasan Oleh 'Penumpang Gelap' Aksi Unjuk Rasa ? | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Istimewa

Betulkah Ade Armando, Pemicu Sekaligus Korban Kekerasan Oleh 'Penumpang Gelap' Aksi Unjuk Rasa ?

Ceknricek.com--Sejak dulu pelaksana unjuk rasa selalu diwanti-wanti untuk menjaga ketat kelompoknya tidak disusupi "penumpang gelap". Dalam banyak kisah unjuk rasa, penumpang gelap ini lah yang menciptakan kericuhan dengan bermacam motivasi.

Apapun motivasinya yang pasti tujuan unjuk rasa sebagai koreksi agar keadaan lebih baik, akhirnya tertutupi oleh peristiwa kegaduhan. Aksi unjuk rasa mahasiswa BEM SI ( Badan Eksekutif Mahasiswa Se Indonesia) di depan Gedung MPR-RI Senin (11/4/22) seperti itu kemarin.

Pengeroyokan massa terhadap penggiat sosial media Ade Armando akhirnya mendominasi pemberitaan di media mainstream maupun media sosial. Menutup kisah sukses BEM SI menyelenggarakan aksi unjuk rasa yang tertib, santun, dan intelek. Tidak kurang Kapolri Jendral Sigit Lystio Prabowo dan jajarannya memuji BEM SI.

Foto: Istimewa

Saking terkesannya, Kapolri yang tampil berpidato di atas mobil komando BEM SI, tak lupa memerintahkan jajarannya untuk mengawal dan melindungi keselamatan para mahasiswa. Jangan sampai disusupi penumpang gelap. Namun, entah apa pemicunya, hanya beberapa menit setelah Kapolri tinggalkan acara,   suasana di depan Gedung MPR-RI mendadak chaos.

Memantau & Membuat Konten

Dalam sebuah pernyataannya Ade Armando mengaku hadir di Gedung MPR-RI untuk memantau dan membuat konten media YouTubenya, lebih kurang berpesan sama agar pengunjuk rasa tidak dimanfaatkan oleh penumpang gelap lewat narasi-narasinya yang kritis. Tapi siapa nyana, pemimpin media Cokro TV justru menjadi korban kekerasan satu-satunya dan mungkin yang pertama kali terjadi, sampai ditelanjangi, dan hingga kini celananya belum ditemukan.

Berikut kronologis peristiwa itu yang dirangkum anggota redaksi dan kontributor media Ceknricek.com terkait kejadiaan naas yang menimpa dosen Universitas Indonesia itu.

Dalam demonstrasi mahasiswa menolak 'tiga periode" yang dilaksanakan Senin (11/4/22) ada satu kejadian yang menarik perhatian dan kemudian mendominasi pemberitaan. Bahkan peristiwa itu bisa disebut mengalahkan isu utama yang diusung para demonstran. Peristiwa tersebut adalah pengeroyokan terhadap Ade Armando ( selanjutnya AA) yang lalu menimbulkan pro dan kontra. 

Dugaan Pemicu Kekerasan

Memang, segala bentuk kekerasan, termasuk pemukulan dan pengeroyokan, dengan alasan apa pun, tidak dapat dibenarkan. Namun seperti kata pepatah, tidak ada asap tanpa api. Hubungan sebab-akibat juga perlu ditilik lebih jeli. Apa pemicu pemukulan tersebut dan hal-hal penting lainnya?

Video dan foto yang tersebar di media sosial memperlihatkan beberapa hal menarik. Pertama, beredar postingan AA yang berbunyi, "BEM (yang konon) seluruh Indonesia akan gelar demo turunkan Jokowi, 11 April. Apa gak haus ya? Gak laper ya? Atau memang gak puasa?"

Di sini terlihat, AA memiliki keraguan tersendiri tentang para demonstran BEM SI. Ada diksi 'yang konon". Lalu kata-kata "turunkan Jokowi", yang nampaknya berbeda dengan isu "menolak 3 periode". Kalimat-kalimat berikutnya lebih bernada "nyinyir', jika boleh dikatakan demikian, terhadap aksi mahasiswa tersebut. Provokasikah ini? Bisa ya, bisa tidak. Tapi ternyata ini tidak berhenti di sini.

Foto: Istimewa

Yang sangat mencengangkan, dan mungkin di luar dugaan, adalah lanjutannya, yakni tindakan cukup "berani" AA pada saat demonstrasi sedang terjadi. Itu ditunjukkan video AA mengadakan wawancara dengan banyak wartawan, tidak jauh dari depan Gedung DPR, sebelum pemukulan terjadi. Meski suara di video itu tidak terlalu nyaring, namun ada beberapa hal yang bisa ditangkap telinga. Kata-kata 'memantau'. Juga ada kata-kata, "BEM sendiri pecah dua...." Dan seterusnya.

Tindakan ini bisa disebut sangat "anomali". Seorang AA yang kerap mendapat cap tertentu, berani muncul di tengah massa yang memiliki pandangan berseberangan dengannya. "Sang loyalis" masuk ke kalangan "pengkritik", yang sedang melakukan unjuk rasa, dengan sukarela. Bahkan, ia juga "berani" unjuk gigi dengan terang-terangan melakukan wawancara menilai BEM UI di momen itu, disaksikan banyak orang.

Foto: Istimewa

Selanjutnya ada video tertentu, yang menampilkan tokoh "Si Pinky ", perempuan berbaju pink, yang meneriakkan kata-kata tertentu. Di sini, AA nampak tersenyum-senyum, lalu merespon. Bahkan sempat terjadi perdebatan antar mereeka. Dalam video ini, ada pula sosok pria muda berkaos hitam tangan panjang -- sebut saja "Si Hitam" -- yang terlihat mengambil posisi kerap melindungi AA. (Apakah orang ini Belmondo Scorpio yang kabarnya saat itu memang sedang menemani AA di TKP?).

Foto: Istimewa

Kemudian, ada potongan video, yang menampakkan suasana memanas. "Si Hitam" dan beberapa orang lain berusaha mengevakuasi AA agar menghindari percekcokan. Tapi tampaknya, AA justru ikut terprovokasi, saling membalas perkataan dengan seseorang. Ia juga menunjukkan sikap tidak senang dan sempat membalikkan badan untuk selanjutnya membalas perkataan.

Lalu byar .. amburadul. Terjadilah peristiwa itu. Pengeroyokan, pemukulan, bahkan penghinaan dengan cara -- maaf -- memelorotkan celana AA. Ia bahkan ditendang berkali-kali saat tersungkur tidak berdaya di aspal. (Sekali lagi tindak kekerasan ini tentu saja tidak dapat dibenarkan.)

Serombongan polisi (berseragam) lalu menyelamatkannya. Tampak cukup kerepotan mengevakuasi AA, di tengah-tengah massa yang tengah meluap marah. Tidak satu pun pengeroyok mengenakan jaket kampus. AA kemudian berhasil dievakuasi masuk ke halaman Gedung DPR. Wajahnya babak belur dan tetap dengan keadaan hanya bercelana dalam.

Foto: Istimewa

Lalu muncul tuntutan agar mereka yang terlibat dalam pengeroyokan diusut. Cukup cepat pula beredar empat foto yang diduga sebagai pengeroyok. Namun, tidak lama kemudian muncul video singkat dari salah seorang yang "diidentifikasi" terlibat sebagai pelaku, yakni Budi Purwanto. Ia menyatakan berita tentang dirinya tidak benar saat kejadian ia sedang berada di kampungnya, di Lampung. Ia membuat testimoni itu bersama dengan Kepala Kampungnya.

Dari kronologi sederhana ini, ada beberapa isu lanjutan yang perlu ditelusuri. Pertama, mengapa AA begitu nekad atau naif, serta percaya diri muncul bahkan diwawancarai di lokasi unjuk rasa itu? Apakah AA tidak memahami bahwa massa yang dihadapi bukan orang per orang yang ada dalam kendalinya? Apakah ia lupa psikologi massa yang kerap sangat rentan terhadap provokasi? Apalagi saat itu ia berada dalam massa yang notabene berbeda arus dengannya. Mengapa ia bisa "senekad' itu? Mengingat reputasinya sebagai dosen senior di sebuah universitas negeri, tindakan itu seperti tidak masuk akal ini jadi terlihat sangat naif.

Lalu, dalam kasus keroyok massa ini, siapakah yang bisa dituding sebagai pelaku? Dalam teori psikologi massa ada pandangan bahwa dalam kerumunan, tanggung jawab individu semakin menghilang dan tindakan makin dilihat sebagai tindakan bersama, seiring bertambahnya jumlah massa yang ada. Dikaitkan dengan peristiwa AA saat terjadinya unjuk rasa yang melibatkan begitu banyak orang, siapakah yang diharapkan bertanggung jawab? Koordinator lapangan? Kampus? Ketua BEM SI? 

Foto: Istimewa

Ataukah ini bisa dipikul oleh beberapa orang yang disinyalir sebagai provokator? Bagaimana menentukan provokator itu? Yang mulai berteriak? Berdebat? Atau yang pertama memukul? Beberapa sosok yang nampak konsisten muncul di video juga bisa menjadi subjek penting di sini untuk digali kesaksiannya oleh pihak yang berwajib.

Lebih jauh, jika ditarik dalam hubungan kausalitas, apakah tindakan AA yang sebelumnya diwawancarai di lokasi kejadian bisa dikategorikan sebagai tindakan pemicu? Atau masuk ke tindakan provokatif yang mengakibatkan amuk massa terhadap dirinya?

Mengakhiri tulisan ini, perlu kiranya gerak cepat berbasis objektivitas dari penegak hukum, terutama polisi, untuk membuat kejadian ini terang-benderang. Hal ini perlu segera dilakukan agar tidak memicu kembali friksi tajam yang "membahayakan" publik.


Editor: Ariful Hakim


Berita Terkait