BI Optimistis Neraca Pembayaran Bakal Surplus di Akhir 2019 | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Sumber: Antaranews

BI Optimistis Neraca Pembayaran Bakal Surplus di Akhir 2019

Ceknricek.com -- Bank Indonesia meyakini neraca pembayaran sepanjang 2019 akan berbalik menjadi surplus di kuartal terakhir 2019 ini. Sekadar informasi, pada tahun 2018 lalu neraca pembayaran Indonesia (NPI) berada di posisi defisit sebesar US$7,1 miliar. Padahal di tahun 2017, NPI masih surplus sebesar US$11,6 miliar.

Hingga dua kuartal pertama tahun ini, nilai NPI juga bergerak variatif. Pada kuartal I (Januari-Maret), nilai NPI ialah surplus sebesar US$2,4 miliar. Angka ini berbalik menjadi defisit US$1,9 miliar pada kuartal II (April-Juni).

"Secara keseluruhan kami meyakini Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) akan surplus, sedangkan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) di 2,5-3 persen Produk Domestik Bruto tahun ini," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis (24/10) seperti dilansir Antara.

NPI merupakan parameter ketahanan ekonomi ekternal Indonesia. Beberapa faktor yang dianggap bisa membuat angka NPI berbalik surplus ialah aliran modal asing yang mendukung neraca modal dan finansial.

NPI terdiri dari transksi berjalan dan transaksi modal serta finansial. Surplus neraca modal ini bisa menutupi defisit dari transaksi berjalan sehingga membuat NPI tetap surplus.

Selain itu, NPI juga merupakan indikator aliran keluar dan masuk valuta asing ke Indonesia. Jika NPI surplus, maka ketahanan ekonomi Indonesia terhadap tekanan ekonomi eksternal akan semakin kuat. Begitu pula sebaliknya jika NPI deifist, maka ketahanan ekonomi Indonesia terhadap tekanan ekonomi eksternal juga lemah.

Baca Juga: Inflasi Terkendali, BI Kembali Pangkas Suku Bunga Acuan

Beberapa tekanan ekonomi eksternal misalnya perang dagang antara Amerika Serikat dan China, melemahnya mata uang negara-negara lain, hingga proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) yang turut mempengaruhi mata uang Negeri Ratu Elizabeth II itu.

Jika NPI defisit, maka yang paling membebani NPI adalah neraca transaksi berjalan yang terdiri dari transaksi barang dan jasa. Sementara itu, neraca transaksi berjalan 2019 diperkirakan BI masih defisit di 2,5-3 persen Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun ini. Hal ini disebabkan karena ekspor Indonesia yang kurang bertenaga.

BI optimistis NPI akan membalik positif mulai kuartal III 2019. Proyeksi tersebut karena surplus transaksi modal dan finansial, dimana arus masuk investasi portofolio pada triwulan III 2019 tercatat 4,8 miliar dolar AS.

“Faktor pendorong lainnya ialah defisit transaksi berjalan yang diperkirakan juga akan tetap terkendali. Pasalnya, dipengaruhi oleh impor yang menurun sejalan dengan kebutuhan domestik dan sebagai dampak positif kebijakan pengendalian impor, misalnya program B20,” kata Perry menjelaskan.

Sumber: Antaranews

BI juga mencatat nilai tukar rupiah menguat sejalan neraca pembayaran yang membaik. Pada Oktober 2019, Rupiah mencatatkan penguatan 1,18 persen dibandingkan dengan level akhir September 2019.

Angka kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) sendiri pada 25 Oktober ialah sebesar Rp14.064, atau menguat dari Rp14.174 di 30 September 2019. BI juga mencatat penguatan rupiah sejak awal tahun sampai dengan 23 Oktober 2019 tercatat menguat 2,50 persen (year to date/ytd).

"Posisi cadangan devisa Indonesia juga tetap kuat, pada akhir September 2019 tercatat 124,3 miliar dolar AS," ucap Perry.

BACA JUGA: Cek  AKTIVITAS PRESIDEN, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini. 


Editor: Farid R Iskandar


Berita Terkait