Inflasi Terkendali, BI Kembali Pangkas Suku Bunga Acuan | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Sumber: Antaranews

Inflasi Terkendali, BI Kembali Pangkas Suku Bunga Acuan

Ceknricek.com -- Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk kembali menurunkan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5 persen pada Oktober 2019. Ini merupakan keempat kalinya bank sentral memangkas suku bunga acuan sepanjang 2019 ini.

“Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 Oktober 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,00 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen,” tulis BI dalam keterangan tertulisnya, Kamis (24/10).

Tercatat, nilai suku bunga acuan pada Januari 2019 ialah sebesar 6 persen, yang merupakan nilai yang sama sejak 15 November 2018. Angka ini bertahan hingga Semester I 2019.

BI mulai menurunkan suku bunga menjadi 5,75 persen pada 18 Juli 2019. Selama tiga bulan berikutnya secara beruntun, BI memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, dan yang terakhir ialah menjadi 5,00 persen.

Menurut BI, keputusan untuk kembali memangkas suku bunga acuan ini sejalan dengan inflasi yang terkendali dan imbal hasil investasi di dalam negeri yang menarik. Kebijakan ini juga merupakan langkah antisipatif (pre-emptive) lanjutan yang dikeluarkan BI untuk mendorong ekonomi domestik di tengah ekonomi global yang melambat.

“Kebijakan ini didukung strategi operasi moneter yang terus diperkuat untuk menjaga kecukupan likuiditas dan mendukung transmisi bauran kebijakan yang akomodatif. Kebijakan makroprudensial tetap akomodatif untuk mendorong penyaluran kredit perbankan dan memperluas pembiayaan bagi perekonomian,” tambah BI.

Sumber: Antaranews

Sekadar informasi, besaran inflasi berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2019 secara tahun ke tahun atau year on year (yoyadalah sebesar 3,39 persen. Angka ini masih sesuai dengan rentang target inflasi BI di 2019, yakni sebesar 3,5 persen dengan deviasi 1 persen.

Terendah Sejak 2008

Terkait pertumbuhan ekonomi global, sebelumnya Dana Moneter Internasional (IMF) telah memprediksi pertumbuhan ekonomi hanya mampu tumbuh 3 persen untuk tahun 2019. Angka tersebut merupakan yang terendah sejak tahun 2008.

Baca Juga: Ditinggal Nadiem, Gojek Belum Fokus untuk IPO

Hal ini diamini oleh BI, yang menyebut saat ini ketidakpastian pasar keuangan mereda pasca kesepakatan dagang AS dan China pada Oktober lalu. BI menilai berbagai ketidakpastian dari ketegangan hubungan dagang AS dan Tiongkok serta risiko geopolitik lain tetap dicermati karena dapat memengaruhi upaya mendorong pertumbuhan ekonomi domestik dan menjaga arus masuk modal asing sebagai penopang stabilitas eksternal.

“Pertumbuhan ekonomi dunia yang melemah dipengaruhi oleh berlanjutnya penurunan volume perdagangan akibat ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok serta berkurangnya kegiatan produksi di banyak negara. Perkembangan yang sama juga terjadi di perekonomian Eropa, Jepang, Tiongkok, dan India. Kondisi ini kemudian berdampak pada kembali menurunnya harga minyak dan komoditas global, yang kemudian menyebabkan tetap lemahnya tekanan inflasi,” tulis BI.

Sementara itu, BI juga memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2019 atau sepanjang Juli-September 2019 sebesar 5,05 persen dibandingkan periode sama 2018 (yoy) atau lebih lambat dibanding perkiraan sebelumnya yang sebesar 5,1 persen (yoy).

Pertumbuhan ekonomi di kuartal III dan IV diperkirakan lebih lambat dibanding semester I 2019. Pasalnya di dua kuartal terakhir, tidak ada stimulus signifikan bagi konsumsi domestik seperti efek dari Pemilu Presiden dan Legislatif pada semester I 2019. Data BPS sendiri mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia di semester I 2019 ialah sebesar 5,06 persen

"Masalahnya di kuartal III dan IV, tidak ada lagi pengeluaran dengan pemilu. Di kuartal I dan II, pengeluaran tinggi dan menopang pertumbuhan di atas lima persen, dengan tidak adanya konsumsi dari Pemilu, maka Konsumsi Rumah Tangga berasal dari pendapatan, golongan menengah," ujar dia.

Untuk itu, BI berkomitmen untuk memperkuat kebijakan sistem pembayaran dan kebijakan pendalaman pasar keuangan juga terus diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi. BI juga akan mencermati perkembangan ekonomi domestik dan global dalam memanfaatkan ruang bauran kebijakan yang akomodatif untuk menjaga tetap terkendalinya inflasi dan stabilitas eksternal serta turut mendorong momentum pertumbuhan ekonomi.

“Koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah dan otoritas terkait terus diperkuat guna mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong permintaan domestik, serta meningkatkan ekspor, pariwisata, dan aliran masuk modal asing, termasuk Penanaman Modal Asing (PMA),” tulis BI menjelaskan.

BACA JUGA: Cek OPINI, Opini Terkini Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.


Editor: Farid R Iskandar


Berita Terkait