Bio Farma Akan Terima 40 Juta Bulk Vaksin COVID-19 dari Sinovac | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Logo Biofarma (biofarma.go.id)

Bio Farma Akan Terima 40 Juta Bulk Vaksin COVID-19 dari Sinovac

Ceknricek.com -- Perusahaan farmasi pelat merah Bio Farma memastikan akan menerima 40 juta dosis vaksin COVID-19 dalam bentuk bulk pada bulan Desember ini.

Dalam keterangannya kepada media di Jakarta, Rabu, (3/12/20), Corporate Secretary Bio Farma Bambang Heryanto menyatakan 40 juta dosis vaksin itu akan tiba secara bertahap di Tanah Air.

“Akan tiba secara bertahap mulai bulan Desember,” ungkapnya.

Terkait tanggal persisnya, Bambang belum bisa memberitahukan sebab saat ini masih dalam proses distribusi.

“Untuk tanggal masih dalam proses,” imbuhnya.

Lebih lanjut Bambang Heryanto memaparkan 40 juta bulk vaksin tersebut bakal langsung dibawa ke pabrik Bio Farma di Bandung, Jawa Barat. Selanjutnya, pihak Bio Farma akan memproduksi vaksin Sinovac dan dimasukkan ke botol-botol.

“Langsung diproses oleh kami,” katanya.

Sementara untuk proses vaksinasi sampai sekarang, masyarakat dan pemerintah harus menunggu ‘kode’ dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Kepala BPOM Penny Lukito menyatakan pihaknya memperkirakan baru memberikan izin edar darurat pada pekan ketiga Januari 2021. Itu berarti, kemungkinan vaksinasi akan dimulai pada akhir Januari 2021.

Sedangkan untuk menyiapkan proses produksi dan distribusi vaksin COVID-19, Bio Farma berkolaborasi dengan Telkoom membanguun infrastruktur digital. Infrastruktur digital tersebut berkaitan dengan penyediaan dan layanan vaksin COVID-19 sambil menunggu penerbitan emergency use authorization (EUA) dari BPOM.

Klik video untuk tahu lebih banyak - SOSIALISASI 3M DARI TANTOWI YAHYA

Direktur Digital Health Care Bio Farma Soleh Udin Al Ayubi dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, mengatakan sistem infrastruktur digital ini dibuat untuk menjawab tantangan yang akan dihadapi saat program vaksinasi COVID-19 resmi diluncurkan Kementerian Kesehatan.

“Ini hasil kerja sama dengan Telkom yang berperan sebagai aggregator dengan mengintegrasikan data dari berbagai sumber kementerian, lembaga pemerintah, seperti Dukcapil, Kemenkes, Kominfo, BPJS dan TNI/Polri,” ujarnya.

Sistem tersebut dapat menghitung secara tepat jumlah vaksin yang dibutuhkan dari suatu tempat layanan vaksinasi, sehingga produk vaksin COVID-19 lebih merata.

“Infrastruktur yang terakhir adalah aplikasi yang dapat mengintegrasikan hasil vaksinasi dengan kebutuhan lainnya,” jelasnya.

Ayub memparkan ada empat tahap dalam membangun infrastruktur digital ini, antara lain pemasangan teknologi track dan trace berupa 2D barcode pada kemasan vaksin COVID-19 yang dilakukan pada proses pengemasan produk.

“Teknologi track and trace, dalam bentuk barcode yang dapat dipindai, yang dipasang pada kemasan primer (vial), sekunder (dus kemasan) maupun tersier hingga truk pengantar. Pemasangan track and trace pada produk vaksin COVID-19 berfungsi mencegah kadaluarsa, nomor batch dan nomor serial produk tersebut,” pungkasnya.

Baca juga: Luhut Sebut Vaksinasi COVID-19 akan Dimulai Pada Januari 2021

Baca juga: Vaksin COVID-19 dari Sinovac Diklaim Lebih Cepat Tingkatkan Sistem Imun



Berita Terkait