Bisnis Ritel: Belajarlah Walau Sampai ke China   | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Sumber: China Daily

Bisnis Ritel: Belajarlah Walau Sampai ke China  

Ceknricek.com -- China menempatkan diri di jalur terdepan dalam dunia perdagangan eceran. Negeri Tirai Bambu ini akan mengukuhkan diri sebagai negara yang meraih penjualan ritel terbesar di dunia, menyalip Amerika Serikat (AS) pada tahun ini. Survei yang dilakukan perusahaan riset pasar eMarketer mengungkap, total penjualan ritel China mencapai US$5,6 triliun atau tumbuh 7,5%. Sementara pada periode yang sama, pasar ritel di AS hanya akan tumbuh 3,3% menjadi US$5,5 triliun.

Perang dagang antara China dan AS sama-sama memukul sektor ritel kedua negara. Namun, tetap saja total penjualan ritel kedua negara adalah yang tertinggi. “Tidak ada yang bisa menghentikan mereka,” ujar Monica Peart, Direktur eMarketer sebagaimana dikutip  Washingtonpost.com, belum lama ini.

Lebih dari 35% perdagangan eceran China terjadi secara daring. Maknanya, 65% lagi masih berupa toko-toko tradisional. China melangkah maju dalam perdagangan daring sejak 2013. Penjualannya diperkirakan akan tumbuh lebih dari 30% menjadi US$1,989 triliun.

Riset HSBC Private Banking juga menyebutkan, ekonomi dunia akan dikuasai oleh tiga negara pada 2030 nanti. Managing Director Chief Market Strategist, Asia HSBC Private Banking, Fan Cheuk Wan menyebut, posisi pertama adalah China, selanjutnya AS lalu India.

"Populasi kelas menengah Asia yang besar akan mendatangkan banyak peluang untuk sektor layanan perorangan, produk ritel premium, e-commerce, hiburan, perjalanan, pendidikan, kesehatan, dan keuangan," tuturnya, seperti dikutip Liputan6, Sabtu (22/6).

Sumber: CNN

China akan menggantikan posisi Amerika Serikat (AS) sebagai kekuatan ekonomi terbesar di dunia. "Kita tahu pada tahun ini China sedang berusaha menggantikan AS sebagai pasar retail terbesar di dunia. Ini berkat pasar e-commerce yang lumayan cepat," tuturnya.

Kini, China menjadi salah satu sumber terbesar pertumbuhan ekonomi digital dunia. Masifnya pertumbuhan pasar ritel China akan semakin dilengkapi dengan penetrasi teknologi digital terkini yang mencakup Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), big data, serta cloud computing. Keempat teknologi tersebut akan terintegrasi secara daring dengan saluran ritel luring hingga mampu menawarkan pengalaman belanja yang lebih personal.

Hasil survei juga menunjukkan, pada tahun ini, China akan berkontribusi sebesar 56% dari penjualan ritel daring secara global. Sementara pada tiga tahun kemudian, kontribusi belanja daring China akan mencapai 63%.

Niaga Daring

Alibaba dan JD.com adalah mesin utama di balik ledakan niaga daring China. Alibaba tumbuh pesat sejak diluncurkan pada 1999. Tahun lalu, e-niaga ini memiliki 524 juta pengguna aktif. Di sisi lain, JD.com, yang diluncurkan pada 2004, ingin menyebarkan teknologinya ke lebih dari 500 gudang di seluruh China, Thailand, dan Indonesia untuk mengurangi tenaga kerja melalui otomatisasi.

Alibaba. Sumber: Investopiedia

Peart bilang, Alibaba dan JD.com mengembangkan sistem pembayaran mereka sendiri, merangkul media sosial, dan menjadi one-stop-shop untuk hampir setiap jenis produk. Keduanya telah berhasil melakukan itu di daerah perkotaan maupun pedesaan di China.

Selain niaga daring, JD.com juga mengoperasikan toko ritel luring bertajuk X-Mart. Kios perdagangan eceran ini berbasis teknologi nontunai dan unmanned. Seluruh transaksi di sini tidak menerima uang tunai karena pembayaran menggunakan aplikasi besutan JD.com dan WeChat. Konsumen cukup menempelkan QR Code pada mesin pembaca di pintu otomatis (e-gate), selanjutnya pintu terbuka dan bisa masuk ke dalam toko.

JD.com. Sumber: Tech Node

Ketika sudah di dalam, konsumen bisa mengambil barang seperti makanan ataupun minuman yang diinginkan. Selanjutnya, konsumen bisa langsung keluar dari pintu yang sama, tanpa perlu antre kasir ataupun memindai barang yang dibeli di mesin kasir. Tidak ada petugas kasir di toko ini (unmanned). Jadi, juga tak ada meja kasir (cashier less).

Begitu konsumen keluar e-gate, saldo di aplikasi akan berkurang secara otomatis. Sistem kamera dan sensor di dalam toko dapat membaca apa saja yang diambil dan dibeli konsumen. Sistem dapat membaca dengan sangat akurat. “Begitu kalian keluar, saldo di rekening ponsel akan berkurang,” ungkap Director of International Media JD.com Vic Gu.

Ekspansi ke Indonesia

Hingga saat ini, JD.com mengoperasikan 20 minimarket di China. Agustus tahun lalu, JD.com melebarkan sayap X-Mart di Indonesia yakni di Pantai Indah Kapuk, Jakarta. Minimarket itu menyandang nama JD.ID X. Berbeda dengan X-Mart, JD.ID X menambahkan fitur keamanan toko dengan teknologi pemindai wajah sebelum konsumen meninggalkan minimarket.

X-mart. Sumber: Liputan6

Sistem belanja tersebut berbasis AI atau kecerdasan buatan. Untuk tahu identitas konsumen, sistem tersebut memungkinkan mengenali konsumen lewat teknologi pemindai wajah, selain itu ada Radio Frequency Identification (RFID) untuk mengetahui produk yang dibeli konsumen, plus metode pembayaran nontunai, baik itu lewat kartu kredit atau debit.

Teknologi belanja secara cashless berkembang pesat di China. Hampir semua toko baik daring dan luring hingga pedagang kaki lima pun telah melakukan transaksi secara nontunai menggunakan online payment.



Berita Terkait