Ceknricek.com -- Pembangunan jalan tol terus saja melaju. Menteri Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, menargetkan tahun ini bisa mengoperasikan jalan berbayar sepanjang 1.852 km. Posisi saat ini, hampir 1.000 km sudah diresmikan dan dioperasikan. Sayang, investor jalan tol amat terbatas. “Dia lagi, dia lagi,” ujar Ketua Umum Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI), Desi Arryani, Senin (29/4) lalu.
Senin pekan lalu itu, ATI menggelar rapat koordinasi terkait pengelolaan jalan tol bersama 53 Badan Usaha Jalan Tol (BUJT). Rapat berlangsung selama dua hari di Fairmont Hotel, Jakarta. Rakor ini membahas seputar tantangan dalam pengelolaan jalan tol.

Sumber: Gatra
Berdasarkan data dari Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT), jalan tol yang telah dioperasikan sejak 2015 hingga April tahun ini mencapai panjang 949 km. Dengan begitu masih ada 903 km yang status operasionalnya diharapkan bisa terealisasikan hingga akhir tahun ini.
Menteri Basuki mengungkapkan, sejumlah ruas tol akan dimulai pembangunannya dalam waktu dekat. Proyek jalan berbayar itu antara lain Semarang-Demak. Posisi proyek ini masih menunggu penetapan pemenang lelang. Lalu, jalan tol Jogja-Solo. Konon penetapan lokasi sudah tuntas, tinggal dilelang.
Namun, kabar lainnya menyebut sejauh ini pemerintah masih mematangkan trase proyek tersebut. Persoalan trase masih menunggu persetujuan dari Gubernur Yogyakarta Sri Sultan HB X. "Ini perlu approval. Kalau (Gubernur) Jawa Tengah ini sudah final, Yogyakarta yang masih perlu dibahas," kata Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit.
Direktorat Jenderal Bina Marga masih melakukan pembahasan final untuk trase jalan tol yang akan melintasi wilayah Yogyakarta. Bila pembahasan telah rampung, Kementerian PUPR akan menyampaikan hal tersebut kepada Gubernur Yogyakarta. "Setelah itu baru izin penlok (penetapan lokasi), DPPT (Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah)," ujarnya.
Selanjutnya, jalan tol yang akan dibangun tahun ini adalah Cigatas atau Cileunyi-Garut-Tasikmalaya, Probolinggo-Banyuwangi, Bengkulu-Lubuk Linggau-Muara Enim-Sp. Indralaya, Padang-Sicincin-Pekanbaru, dan Tebing Tinggi-Parapat.
Sebelumnya, BPJT menargetkan pada Kuartal I-2019 melakukan lelang enam proyek jalan berbayar senilai Rp137,74 triliun. Keenam proyek tol tersebut, yaitu ruas Kamal-Teluk Naga-Rajeg sepanjang 38,6 kilometer (km), ruas Balaraja-Semanan 31,9 km, akses Pelabuhan Patimban 37,7 km, ruas Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap 184,05 km, ruas Jembatan Penajam-Passer Utara 7,6 km, serta proyek tol Solo-Yogyakarta sepanjang 91,93 km.
Investor yang Itu-itu Saja
Desi berharap ke depannya investor jalan tol bisa terus berkembang. Artinya, baik itu pembangunannya maupun operatornya tidak hanya dikelola oleh investor yang itu-itu saja. Saat ini jumlah badan usaha jalan tol atau BUJT yang tergabung di dalam ATI baru mencapai 53 badan usaha. BUJT tersebut juga ternaungi di bawah beberapa holding yang jumlahnya belum terlalu banyak. "Tentunya, kita berharap investasi di negeri ini, semakin banyak yang berinvestasi di dalamnya," tambahnya.
Oleh karena itu, menurut Desi, perlu adanya keberimbangan regulasi yang dibuat oleh pemerintah. Regulasi yang dibuat diharapkan tak hanya menguntungkan salah satu pihak semata. Untuk itu, penting adanya komunikasi antara BUJT, investor dengan pemerintah. Karena dalam pengoperasian dan pembangunan jalan tol, ketiganya memiliki keterkaitan yang sangat erat.
Pemain tol memang itu-itu saja. Dan mereka tampaknya terus ekspansif. Tengok saja capital expenditure (capex) PT Waskita Karya (Persero) Tbk. pada 2019. Perusahaan yang awalnya banyak mengakuisisi tol mangkrak ini menyiapkan belanja modal Rp25,3 triliun. Angka itu naik 26,5% dibanding 2018.

Sumber: Kumparan
Di sisi lain, PT Jasamarga Japek Selatan (JJS) juga melanjutkan pembangunan Jalan Tol Cikampek II Selatan sepanjang 62 km. Tekad ini kian menggebu begitu JJS mendapat kredit sindikasi senilai Rp4,16 triliun untuk dana talangan tanah. Kredit sindikasi itu dikucurkan tiga bank, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Central Asia Tbk., dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Masing-masing bank memberikan kredit sekitar Rp1,38 triliun.
JJS merupakan kelompok usaha PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Emiten berkode saham JSMR itu memiliki konsesi 33 ruas tol. Total panjang yang dimiliki 1.527 km dengan 1.000 km di antaranya telah beroperasi.

Sumber: Koran BUMN
Pemain Swasta
Bukan hanya perusahaan pelat merah saja yang ingin menjala cuan di bisnis tol. Astra Infra, sub-holding PT Astra Internasional Tbk. juga punya target yang tak tanggung-tanggung. “Kami memang punya misi mengembangkan infrastruktur di Indonesia. Karenanya, saat ini Astra Infra punya 6 ruas jalan tol dan ingin terus berkembang,” tutur Kris Ade Sudiyono, Business Development Astra Infra. Astra memiliki target hingga 2020 dapat mengelola ruas tol sepanjang 500 km. Adapun saat ini, perusahaan telah mengelola jalan tol sepanjang 353 km.
PT Nusantara Infrastructure Tbk. (META) tak mau kalah. Perusahaan ini juga akan terus gencar melakukan ekspansi bisnis di jalan tol setelah resmi dikendalikan oleh PT Metro Pacific Tollways Indonesia. META ini tidak akan berhenti membidik konsesi di ruas baru. Salah satu yang dibidik META saat ini adalah jalan tol akses menuju Makassar New Port sepanjang 2 km. Nantinya, jalan tol itu akan terhubung ke tol yang sudah dikelola perusahaan ini lewat anak usahanya, yakni Tallo-Bandara Hasanuddin dan Tol Pelabuhan Soekarno Hatta- Pettarani.
Pembangunan jalan tol tersebut merupakan penugasan dari pemerintah setempat kepada Nusantara Infrastructure. Namun, perseroan masih menunggu izin prinsip pembangunannya sehingga belum bisa diketahui nilai investasi yang dibutuhkan untuk proyek tersebut.
Selain itu, META juga sedang membidik beberapa ruas tol lain. Perusahaan ini dengan menggandeng konsorsium PT Adhi Karya Tbk., PT Acset Indonusa Tbk. (ACST), dan PT Triputra Utama Selaras memprakarsai pembangunan tol Cikunir Ulujami sepanjang 36,5 km dengan perkiraan investasi Rp22,5 triliun.
Nusantara Infrastructure juga tengah menanti izin prinsip untuk prakarsa tol tersebut dan diharapkan bisa diperoleh dalam waktu dekat. Dengan demikian, sudah bisa mulai proses tender tahun depan.
Bidikan lain yakni Tol Bandung Intra Urban Toll Road (BIUTR) dan Tol Makassar-Marros. Nusantara Infrastructure berencana kembali memprakarsai pembangunan keduanya melalui konsorsium. Namun, masih sebatas perencanaan.
Lewat anak usahanya PT Margautama Nusantara, META telah memiliki konsesi di empat ruas tol, yakni Jakarta Outer Ring Road (JORR) seksi W1 ruas Kebon Jeruk-Penjaringan, tol BSD ruas Pondok Aren-Serpong, tol BMN Makassar ruas Pelabuhan Soekarno Hatta-Pettarani, serta jalan tol seksi empat (JTSE) ruas Tallo-Bandara Hassanudin Makassar.
PT Bangun Tjipta Sarana juga berencana memperbesar bisnisnya di sektor jalan tol. Namun, dalam melakukan ekspansi perusahaan memilih untuk bermitra dengan perusahaan-perusahaan lain dan hanya mengincar porsi minoritas.
Trihadi Karnanto, Direktur Bangun Tjipta Sarana, mengungkapkan, dalam jangka waktu tiga tahun ke depan, pihaknya akan menyiapkan dana sekitar Rp5 triliun untuk ekspansi di jalan tol.
Ruas tol yang sedang dibidik Bangun Tjipta adalah enam ruas tol dalam kota Jakarta. Dalam ekspansi di bisnis tol, Bangun Tjipta memang memilih tidak akan terlalu gencar lantaran perusahaan ini juga memiliki bisnis-bisnis lain yang juga terus dikembangkan, seperti properti, perkebunan, dan energi. Lagi pula menurutnya, sebagian besar pembangunan ruas tol yang potensial sudah dijangkau oleh pemerintah.
Saat ini, Bangun Tjipta Sarana tercatat telah memiliki dua konsesi jalan tol, yakni Tol JORR W1 (PT Jakarta Lingkar Baratsatu) dan Tol Balikpapan-Samarinda (PT Jasamarga Balikpapan Samarinda). Di Jakarta Lingkar Baratsatu (JLB), Bangun Tjipta menggenggam saham sebesar 64,78%, PT Margautama Nusantara 35%, dan sisanya dimiliki PT Rekadaya Adicipta. Sementara, di Tol Balipapan-Samarida memiliki saham 15%, lalu 55% dikuasai PT Jasa Marga Tbk, 15% PTPP, dan 15% lagi dimiliki PT Wijaya Karya Tbk.
Selanjutnya, PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP) kini konsentrasi membangun ruas tol Pluit-Tanjung Priok. Di situ nanti akan dibangun jalan tol elevated di atas kali yang panjangnya 9,5 km. Nilai proyek tol di Jakarta Utara itu mencapai Rp13 triliun. CMNP akan menggarap proyek ini melalui anak usahanya PT Girder Indonesia dan bekerja sama dengan PT Wijaya Karya Tbk.
Proyek kedua, membangun tol di wilayah Bandung. Tol ini juga merupakan tol elevated yang akan terbentang dari Pasir Koja hingga Pasir Kaliki. Tol dengan panjang 12 km ini akan menghabiskan dana investasi sebesar Rp11–12 triliun. Menilik gencarnya pemerintah membangun jalan berbayar ini, naga-naganya target pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019 bakal tercapai. Dalam RPJMN itu, pemerintah menargetkan mengoperasikan jalan tol 1.050 km.