Blackout, PLN Janji Bayar Ganti Rugi | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Sindo

Blackout, PLN Janji Bayar Ganti Rugi

Ceknricek.com -- Minggu kemarin menjadi hari tanpa listrik di sejumlah tempat. Blackout terjadi mulai pukul 11.48 di sejumlah wilayah Jakarta dan sebagian Banten, Jawa Barat, serta Jawa Tengah. Beberapa wilayah bahkan masih padam hingga Senin (5/8) pagi.

Nyaris semua media sosial dibanjiri keluhan soal setrum. Musibah listrik ini terjadi dua hari setelah Sripeni Inten Cahyani ditunjuk sebagai Pjs Direktur Utama PLN (Persero). Spekulasi adanya sabotase pun bertebaran. Ada yang menghubungkan matinya listrik dengan penunjukan Sripeni.

PLN menjelaskan listrik mati karena ada gangguan pada sisi transmisi Ungaran dan Pemalang 500 kiloVolt (kV). Hal ini mengakibatkan transfer energi dari timur ke barat mengalami kegagalan.

Presiden Joko Widodo sempat mendatangi Kantor Pusat PLN, Senin (5/8). Jokowi mempertanyakan jajaran PLN yang tak menghitung kejadian gangguan listrik, sehingga berdampak pada pemadaman di sejumlah wilayah. Menurutnya, listrik mati tiba-tiba menunjukkan tak ada langkah antisipasi dari PLN. "Kok tahu-tahu drop (listrik) itu? Artinya, pekerjaan yang ada tidak dihitung, tidak dikalkulasi dan itu betul-betul merugikan kita semuanya," terang Jokowi.

Sumber: Ashar/Ceknricek.com

Jokowi tidak keliru. Masyarakat jelas dirugikan dengan matinya listrik. Bahkan Jokowi pun mendapat banjir kritik di medsos. Neta S. Pane, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), misalnya, menumpahkan kekesalannya di dinding Facebook karena gara-gara listrik padam ikan koi kesayangannya mati.

Sumber: Ashar/Ceknricek.com

“Om, mau 4.0 kek, mau bangun LRT kek, MRT kek, kereta api cepat kek, mobil listrik kek, beresin dulu tuh PLN. Ape kagak malu di era 4.0 sekarang ini masih ada negara nyang listriknye matek 12 jam, ibu kotanya gelap gulita, FB kagak bisa. WA wafat. Telepon tewas. Di ibu kota republik amboradul ini aye kek masuk lorong waktu ke 12 abad lalu. Ngerilah. Selamat jalan koi ku yang indah. Tenanglah di sana. Semua itu gara-gara ulah PLN,” tulis Neta.

Keluhan senada juga banyak ditumpahkan warganet lainnya di medsos. Ada yang mengeluh karena nggak bisa transaksi di ATM, perjalanan mereka yang terganggu karena KRL tidak beroperasi, transaksi daring yang mesti ditunda akibat internet tidak berfungsi, dan banyak lagi. Andai PLN mau membayar ganti rugi, rasanya perusahaan setrum ini tak akan sanggup mengganti seluruh kerugian masyarakat.

Blackout tidak cuma mengakibatkan aliran rumah tangga mati, tetapi juga layanan publik, seperti gedung perkantoran dan sebagian pusat perbelanjaan, termasuk ritel sejenis Indomaret, Alfamart. Belum lagi, layanan transportasi publik, seperti kereta rel listrik, dan MRT Jakarta.

Sumber: Tribun

"Kita tahu ini dampaknya luar biasa. Kami ingin melakukan perbaikan signifikan. Oleh karena itu, kami perlu masukan-masukan dari tim independen," ujar Pelaksana Tugas (Plt) Dirut PLN Sripeni Inten Cahyani sembari menambahkan bahwa PLN akan menunjuk pihak independen untuk melakukan investigasi atas kejadian ini.

Ganti Rugi

PLN berencana merogoh kocek sekitar Rp840 miliar untuk memberi ganti rugi kepada pelanggan. Biaya sebesar itu ditaksir dari perhitungan total warga terdampak pemadaman yang diperkirakan mencapai 21,9 juta pelanggan.

Kompensasi itu tidak akan disalurkan dalam bentuk uang, melainkan pemotongan biaya tagihan listrik yang akan diakumulasikan di masa pembayaran berikutnya. Jumlah itu masih bisa berubah sebelum PLN menetapkan finalisasi perhitungan kerugian.

PLN Gantirugi. Sumber: LawJustice

Blackout atau listrik padam total yang terjadi di Indonesia juga pernah dialami negara lain di era milineal ini. Sejumlah negara seperti India, Taiwan, Australia, bahkan Amerika Serikat juga pernah mengalami hal serupa.

Di Taiwan, pada Agustus 2017 lalu, kerusakan struktural dan kesalahan manusia pada pembangkit listrik negara menyebabkan pemadaman listrik di hampir seluruh wilayah negara itu selama lima jam. Pemadaman itu berdampak terhadap 151 perusahaan industri dan jutaan rumah tangga lainnya, dengan kerugian mencapai US$3 juta dolar.

Sebagai ganti rugi, otoritas Taiwan menetapkan potongan tagihan listrik satu hari bagi setiap rumah tangga. Kebijakan itu menyebabkan perusahaan listrik negara, Taiwan Power Co, merugi Rp122 miliar.

Pada 14 Juli lalu, Amerika Serikat juga mengalami hal serupa. Salah satu kota tersibuk di dunia, New York, tepatnya wilayah Manhattan, mengalami pemadaman listrik total selama enam jam.

Sebanyak 72 ribu warga terdampak pemadaman listrik yang disebabkan oleh sejumlah kabel pembangkit listrik yang terbakar. Insiden itu menyebabkan aktivitas bisnis, transportasi, dan hiburan terputus. Layanan transportasi kereta bawah tanah terhenti. Sejumlah pertunjukan teater Broadway hingga konser juga terpaksa dibatalkan.

Foto: The Strait Times

Sementara itu, India pernah mengalami pemadaman listrik terburuk dalam sejarah pada 30 dan 31 Juli 2012. Insiden itu menyebabkan sekitar 700 juta orang, termasuk di Ibu Kota New Delhi, hidup tanpa energi listrik selama 10 jam.

Padamnya listrik berskala raksasa tersebut juga menyebabkan jaringan transportasi terhenti dengan ratusan perjalanan kereta terlantar dan pasokan air terputus. Banyak lampu pengatur lalu lintas padam dan membuat kemacetan mengular di mana-mana.

Blackout terparah yang pernah terjadi di Tanah Air adalah pada 18 Agustus 2005. Selain Jakarta dan Banten, berbagai wilayah di sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali juga terkena dampaknya. Penyebabnya adalah kerusakan di jaringan transmisi SUTET 500 KV Jawa-Bali.

Jauh sebelum itu, blackout terjadi pada 1997 dan 1998. Pada 1997, listrik Jawa-Bali padam dan membutuhkan waktu cukup lama untuk memulihkannya. Adapun pada September 2018, listrik di sebagian Jawa dan Bali mati karena ada gangguan di PLTU Paiton.

Pemadaman listrik, tak hanya masyarakat yang dirugikan. PLN sendiri juga kehilangan pendapatan. Direktur Pengadaan Strategis II PLN, Djoko Raharjo Abumanan, memprediksi kerugian yang ditanggung perusahaan berkisar Rp90 miliar akibat blackout Minggu kemarin. Kerugian berasal dari terhentinya penjualan listrik saat terjadi gangguan.

"Kita harapkan ini merupakan sesuatu yang kita hindari. Inilah yang menjadi perhatian utama kami. Kami memohon maaf yang seluas-luasnya kepada seluruh pelanggan PLN yang terdampak pemadaman," ujar Sripeni.

Rata-rata penjualan listrik PLN mencapai 22 ribu MegaWatt per jam pada hari libur atau Minggu. Namun, pasokan yang disuplai oleh pembangkit di Jabodetabek, Jawa Barat, dan Banten hanya sebesar 13.000 MW per jam. Artinya, potential loss PLN sebesar 9 ribu MW per jam.

Kini PLN juga mesti mempertimbangkan pemberian kompensasi bagi pelanggan yang terdampak pemadaman listrik. Djoko mengatakan, ketentuan mengenai kompensasi kepada konsumen yang dirugikan saat terjadi pemadaman listrik sudah diatur dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 27 Tahun 2017. Peraturan itu berisi tentang tingkat mutu pelayanan dan biaya yang terkait dengan penyaluran tenaga listrik oleh PT PLN.

"Salah satu bentuk ganti rugi yang diberikan berupa kompensasi pengurangan tagihan listrik kepada konsumen," katanya.

Masyarakat tentu tidak bisa berharap terlalu banyak atas ganti rugi dari PLN. Perusahaan setrum pelat merah ini tidak mengganti ikan koi atau ikan mahal lainnya yang mati gara-gara tak mendapat suplai oksigen yang cukup.



Berita Terkait