Ceknricek.com --Ternyata ramalan bahwa kiamat sudah di ambang pintu, gegara kebakaran belukar dahsyat yang kemudian disusul pandemi COVID-19, bagi sementara kalangan di Australia dianggap sebagai suatu bentuk asa alias harapan.
Inikah yang dimaksudkan Raja Penyair Pujangga Baru Tengku Amir Hamzah ketika dalam salah satu karyanya, ia mengundang kiamat (alias maut untuk dirinya)?
Datanglah engkau wahai maut
lepaskan aku dari nestapa
engkau lagi tempatku berpaut
Diwaktu ini gelap gulita. (Buah Rindu II)
Bisa saja. Belakangan ini, di Australia ada perbincangan yang mengarah ke sana, terutama di kalangan mereka yang menaruh perhatian pada agama, terutama agama Kristen.
Bagaimana tidak! Malapetaka seakan datang silih berganti, susul menyusul.
Belum lagi begitu banyak korban kebakaran belukar (karhutla) pulih dari duka akibat angkara murka amukan api yang umumnya dikaitkan dengan neraka itu awal tahun ini, tiba-tiba hujan deras laksana tercurah dari langit. Api memang padam.Namun kepadaman itu ternyata menyisakan masalah baru. Air hujan menghanyutkan abu dan kehangusan lainnya masuk ke sungai dan tadahan air disekitarnya menyebabkan polusi tersendiri pula.
Baca Juga : Goggle Tambah Fitur Panggilan Video Meet di Gmail
Itulah makanya dalam budaya Inggris ada peringatan, “Hati-hati apa yang engkau dambakan, bagaimana kalau sekiranya sampai terkabul?”
Sewaktu amukan api sedang menjadi-jadi, tidak sedikit yang mendambakan, bahkan mendoakan, termasuk pelaksanaan salat istisqa oleh Muslim di Australia, agar hujan turun.Hujan memang turun namun dalam curahan yang melampaui batas hingga timbul banjir. Laksana takut akan hantu terpeluk akan bangkai.
Ada pakar Muslim yang menyimpulkan bahwa Allah SWT menciptakan air, antara lain, untuk menertibkan atau menjinakkan kecongkakan api (wallahu a’lam). Awalnya diturunkan (benar diturunkan QS 57:25) besi, yang ternyata sangat tangguh dan menjadi angkuh. Diciptakanlah api untuk melembekkan besi dan begitu seterusnya. Lalu, apakah mungkin bahwa setelah manusia dengan segala capaiannya, sampai-sampai ke bulan dan balik lagi; senjata nuklir dengan daya memusnahkan yang begitu dahsyat dan lain sebagainya kemudian merasa sangat tangguh lantas menjadi angkuh, hingga perlu “ditertibkan” dengan virus Corona baru alias COVID-19? Agar segala prestasi, filsafat, ideologi (komunisme, sosialisme, kapitalisme dll) yang begitu dibangga-banggakan akhirnya ternyata hanya buatan manusia saja, betapa pun dia (manusia) merasa tangguh dan menjadi angkuh karena ciptaannya sendiri. Teryata manusia memang dhaif, lemah (QS 4:28).
Baca Juga : Anies Tagih Dana Bagi Hasil, Ini Jawaban Sri Mulyani
Dalam bahasa Inggris perkataan”apocalypse” berarti kiamat (meski dalam bahasa aslinya (Yunani, bahasa Perjanjian Baru – Bible) apocalypse berarti wahyu. Dalam agama Yahudi, Kristen dan bahkan dalam Islam banyak tulisan mengenai “akhir zaman”. Dan bagi tidak sedikit penganut agama-agama samawat itu, memang gelagat alias gejala-gejala yang bertubi-tubi muncul belakangan ini, termasuk letusan-letusan gunung api, gempa bumi, banjir dan hama berbagai jenis serangga dapat disimpulkan sebagai “muqaddimah” dari kiamat.
Cukup menakjubkan adalah kesimpulan bahwa segala pertanda akan kiamat itu, meski menyeramkan, namun bersamaan dengan itu juga mendatangkan ketenteraman hati.
Kata Badan Siaran Australia – ABC - menurut sejumlah pakar agama di Australia kian menyengitnya pandemi COVID-19 dengan konsekuensi kemungkinan akan berakhirnya kehidupan duniawi seperti yang dikenal selama ini memberi semacam harapan bagi banyak orang, para agnostic, atheis dan tentu saja theis ( mereka yang meyakini adanya Tuhan).
Baca Juga : Ada Pertanda Baik, Meski 18 Ribu Meninggal Karena Corona di Prancis
Pendambaan agar dunia cepat kiamat memang sudah ada sejak kapan-kapan. Dalam buku “History’s Worst Predictions” (Ramalan Paling Konyol Dalam Sejarah oleh Eric Chaline) dikatakan, “selama tiga abad pertama sejak kelahirannya, Gereja Kristiani memang sangat membutuhkan janji akan dunia yang lebih baik di kemudian hari/akhir zaman, di tengah-tengah kezaliman yang dilampiaskan kekuasaan Romawi atas para pemeluk ajaran ini.”
Akan tetapi meski pun agama Kristen kemudian berkembang pesat dan luas setelah Kaisar Romawi Konstantin memeluk agama ini, namun dambaan akan hari kiamat itu tetap saja menjadi idaman bagi banyak Umat Kristiani.
Ini dikarenakan dalam Bible Perjanjian Baru, dalam Bab-Bab Markus, Matius dan Lukas dan dalam Surat-Surat Santo Paulus, terkandung ramalan bahwa dunia akan segera kiamat.
“Maka berkatalah Yesus kepada mereka itu, "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Adalah beberapa orang yang berdiri di sini, yang tiada akan merasai mati sebelum dilihatnya kerajaan Allah datang dengan kuasa." (Markus 9:1)
Baca Juga : Tips Konsumsi Makanan Kaleng Secara Sehat Saat Pandemi Covid-19
Karena ramalan itu terdapat dalam 3 dari ke-4 Kitab yang diyakini oleh umumnya Umat Kristen sebagai kalam Tuhan, maka banyak yang “tidak sabar” menantikan apa yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai “The Second Coming of Jesus” (kedatangan kedua Yesus).
Begitu meluapnya hasrat sebagian orang agar kiamat cepat terjadi, hingga ada yang tidak segan-segan melakukan perbuatan nekat dengan harapan itu dapat mencetuskan kiamat.
Sekitar lima puluh tahun silam, seorang pemangkas bulu domba dari Australia, Denis Michael Rohan, 28 tahun, pergi ke Israel dalam upaya mendorong agar Yesus segera turun ke bumi untuk mengusung akhir zaman.
Pemuda ini sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa dan setelah menjalani perawatan menjadi pendengar setia sebuah siaran “Radio Gereja Tuhan” yang di antara penyiarnya adalah seorang warga Amerika bernama Herbert Armstrong. Yang menyampaikan acara “Dunia di Hari Esok”.
Penyiar Herbert Armstrong meramalkan bahwa akhir zaman akan terjadi setelah berkobar perang dunia yang berpusat di sekitar Al Quds/Yarusalem. Pada tanggal 21 Agustus 1969, Denis Michael Rohan dengan membawa sebuah termos berisi minyak lampu memasuki Masjidil Aqsa dan berhasil menyebabkan kebakaran besar.
Baca Juga : Ilmuwan: Corona Rusak Ginjal dan Hati
Ternyata bahwa Denis Michael Rohan menganut paham tersendiri tentang kiamat dan berharap dengan melakukan pembakaran itu ia dapat mencetuskan “perang dunia” yang diramalkan penyiar radio Herbert Armstrong akan berpusat di Al Quds/Yarusalem, yang akan mendorong turunnya Yesus Kristus ke bumi untuk kemudian mengusung kiamat.
Kepada polisi Israel Denis Michael Rohan mengatakan, berdasarkan kajiannya tentang isi Bible, ia yakin bahwa Tuhan menghendakinya agar menghancurkan Masjidil Aqsa.
Di pengadilan Denis Michael Rohan menyatakan, “Tuhan menyampaikan bahwa karena aku ta’at pada-Nya, maka aku akan diangkat ke atas bumi dan Tuhan akan menghimpun semua gadis di Israel untuk aku hingga mereka semuanya melahirkan keturunan demi keagungan Tuhan.”
Majelis tiga hakim Israel dengan aklamasi menyimpulkan bahwa terdakwa memang sakit jiwa. Ia kemudian dirawat di rumah sakit dan dipulangkan ke Australia dan sejak itu laksana ditelan bumi tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Hikmah dari peristiwa tersebut adalah timbulnya kesepakatan negara-negara Muslim untuk membentuk Organisasi Kerjasama Islam.
Baca Juga : Bioinformatika dalam Rekognisi Agent Covid-19
Meski awalnya dalam ajaran agama Yahudi (Yudaisme) juga sangat didambakan datangnya kiamat, namun lambat laun, bagian ini dari ajaran tersebut sudah kurang diminati, meski tetap dipercaya. Teolog Gereja Anglikan di Australia Michael Jensen menjelaskan bahwa Yesus sendiri dalam meramalkan tentang kiamat menggunakan ungkapan-ungkapan dan perlambangan-perlambangan yang dramatis, seperti kegelap-gulitaan dan gempa dan waktu yang penuh cobaan dan isyarat-isyarat yang mengerikan sebelum Tuhan mewujudkan kekuasaannya di bumi.
Dan karena Paskah tahun ini bertepatan dengan pandemi COVID-19 maka bagi sementara kalangan Kristiani, kata Pendeta Michael Jensen, segala itu adalah alamat bahwa akhir zaman/kiamat sudah bermula. Meski dalam ajaran Islam tidak ada ayat Al Qur’an yang secara khusus meramalkan kapan kiamat akan terjadi, namun kata Dr. David Cook, yang speialisasinya adalah penelitian dan penulisan mengenai kiamat menurut Islam, di zaman abad pertengahan, yang berakhir dalam abad ke-16, banyak ulama yang mencoba menyimpulkan apa-apa saja yang akan menjadi tanda atau alamat apabila kiamat akan terjadi.
Baca Juga : 14 Awak Kapal KM Kelud Positif Covid-19
“Tanda-tanda itu termasuk tampilnya Dajjal, kembalinya ‘Isa abna Maryam (as) ke bumi, dan mata hari terbit dari Barat,” kata Dr. David Cook.
Diriwayatkan Rasulullah (saw) pernah berpetuah (dalam hadits): “Sekiranya engkau mengetahui besok dunia akan kiamat dan engkau memiliki sebiji bibit sawi, maka tanamkanlah bibit itu.” Usaha manusia (Muslim) tidak boleh berhenti.
Alhasil kesimpulannya ialah, kata Dr. David Cook, dalam semua agama samawat segala malapetaka, musibah, bencana – masaaib - pada hakikatnya dimaksudkan sebagai peringatan, atau ajakan kepada manusia, alias mendorong manusia dengan rasa ngeri atau takut agar bertaubat, berbuat yang hasanah dan semua ini sekaligus memberi harapan yang menciptakan ketenteraman jiwa.
“Kata terakhir bukan berada di tangan virus COVID-19; kata terakhir (akan terjadi kiamat atau tidak) berada di tangan Tuhan,” kata Dr. David Cook. Wallahu a’lam
BACA JUGA: Cek BREAKING NEWS, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini