Ceknricek.com -- Para tenaga medis seperti dokter dan perawat berada di garda depan selama masa pandemi COVID-19. Mereka bertarung nyawa untuk merawat pasien corona. Tak sedikit jumlah dokter dan perawat yang meninggal terjangkit COVID-19 dari pasiennya.
Bagaimana perjuangan dan suka duka para tenaga medis dalam merawat pasien corona?
Dalam siaran langsung akun Youtube BNPB Indonesia, Rabu, (7/10/20). Dalam bincang virtual tersebut dihadirkan Triandi Mirsal AMK, seorang perawat dari RS Pertamina, Jakarta dan Kombes Pol Dr. dr. Sumy Hastri Purwanti SpF dari RS Bhayangkara, Semarang.
Andi demikian sapaan Triandi Mirsal mengungkapkan dirinya sempat dihantui perasaan takut dan cemas pada awal-awal merawat pasien corona. Apalagi kala itu, alat pelindung diri (APD) tidak selengkap dan secanggih sekarang.
“Awalnya sempat takut tertular, tapi berkat dukungan masyarakat dan pihak rumah sakit dengan kelengkapan APD jadi berani menangani pasien COVID-19,” ujar Andi di Graha BNPB Jakarta.
Lebih lanjut, ia menuturkan pihak rumah sakit tempatnya bekerja menyiapkan semua kebutuhan dalam penanganan pasien corona, seperti APD, suplemen dan penginapan.
Senada dengan Andi, dokter Hastry dari Semarang mengaku dirinya sudah lebih dulu melakukan persiapan jauh sebelum virus corona mewabah di Tanah Air.
Komisaris Besar polisi ini menjelaskan, sebelum merawat pasien COVID-19 pihak sudah melengkapi segala macam peralatan dan fasilitas yang dibutuhkan seperti APD, baju hazmat, kaca mata, sarung tangan.
“APD yang berkualitas dan sesuai standar WHO penting sekali sebagai perisai diri para tenaga medis, “terang dokter Hastry.
Selain itu, Kepala RS Bhayangkara Semarang ini memaparkan, dalam merawat pasien tidak hanya APD yang dibutuhkan tapi juga mekanisme pertahanan diri para tenaga medis juga penting.
“Tetap happy, semangat dan tidak stres memberikan motivasi lebih bagi kita dalam melayani serta menolong orang-orang yang terkena COVID-19, “tambahnya.
Hal terberat bagi para tenaga medis selama pandemi COVID-19 yakni memberikan penjelasan dan pengertian kepada keluarga.
“Saya selalu beritahu mereka bahwa selama di rumah sakit, saya selalu mengenakan APD dan dilengkapi fasilitas yang aman dari COVID-19,"ujar Andi.
Lebih lanjut, Andi juga tak henti-hentinya mengingatkan keluarganya untuk selalu taat protokol kesehatan, rutin berolah raga dan tetap jaga stamina tubuh.
Selama menangani pasien corona, Andi mendapat satu pengalaman yang paling berkesan. Saat dirinya berada di ruang UGD, ada seorang pasien COVID-19 yang mengalami sesak napas berat. Kondisinya benar-benar parah.
Namun berkat perawatan dan motivasi dari tim medis, pasien tersebut sembuh dan bisa berkumpul lagi dengan keluarganya.
“Pasien COVID-19 rata-rata perlu dukungan psikologis selain perawatan medis. Kebanyakan mereka mengalami sedikit guncangan psikis, “tutur Andi.
Pengalaman serupa dialami Dokter Hastry yang rata-rata pasiennya anggota Polri. Dalam pengalamannya ada anggota yang tidak sabaran ingin segera keluar dari rumah sakit. Hasilnya jadi stres dan proses pemulihan melambat sehingga harus mendekam satu bulan di rumah sakit.
Menutup bincang-bincang virtual Andi dan dokter Hastri berpesan kepada masyarakat agar selau taat dan disiplin terhadap protokol kesehatan.
Paling penting bagi masyarakat kalau sudah merasa ada gejala COVID-19, harus segera ke rumah sakit untuk lakukan tes atau pemeriksaan. Jangan lupa cuci tangan, minum vitamin, olah raga dan berjemur sinar matahari.
Baca juga: Pikiran Positif Percepat Kesembuhan Covid
Baca juga: Menkes Terawan: Pekerja 18-59 Tahun Jadi Prioritas Vaksin Covid-19