Di Australia Pemda Terus Membangkang Pemerintah Pusat | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Sumber: Istimewa

Di Australia Pemda Terus Membangkang Pemerintah Pusat

Ceknricek.com --Sungguh ini laksana peribahasa Turki “anjing menggonggong kafilah lalu”. Bagaimana tidak, usai sidang Kabinet Nasional – terdiri atas kepala pemerintahan daerah (negara bagian) dan wilayah serta pemerintah pusat/federal Australia – Perdana Menteri Scott Morrison tampil di depan kamera televisi media dan mengancam secara terselubung dengan mengatakan, “Kalau pemda bersikeras tidak bersedia membuka kembali perbatasan-perbatasan mereka untuk lalu lintas antar negara bagian, maka pemerintah pusat akan melarang pendatang dari Singapura masuk ke Australia.”

Jelas ucapannya itu sekali lintas terkesan laksana teka teki. Apa gerangan hubungannya dengan Singapura? Pertama-tama baiklah dijelaskan di sini bahwa ternyata dalam sidang Kabinet Nasional Jum’at  lalu  sejumlah kepala pemda Australia dengan degilnya bersikeras belum akan membuka kembali perbatasan mereka hingga dapat dikunjungi pendatang dari negara bagian lain untuk sementara ini.

Di antara yang dianggap sangat “diktatorial” adalah kepala pemda Negara Bagian Queensland, seorang perempuan bernama Annastacia Palaszczuk (keturunan Polandia), kepala pemda Negara Bagian Australia Barat Mark McGowan, kepala pemda Negara Bagian Australia Selatan Steven Marshall dan kepala pemda Negara Bagian Tasmania Peter Gutwein.

Baca Juga : Update Covid-19 Indonesia 13 Juni: 37.420 Positif, Jawa Timur Sumbang Kasus Tertinggi

Umumnya pemda-pemda yang disebutkan tadi sangat cemas akan terjadi “gelombang kedua” yang sangat mengerikan sekiranya mereka sampai salah langkah dan terlalu cepat memperlonggar pembatasan yang telah diberlakukan selama ini gegara COVID-19.

Lambatnya perbatasan-perbatasan negara bagian dibuka kembali sangat menjengkelkan pemerintah pusat yang memikul tanggungjawab atas nasib perekonomian negara. Namun negara bagian di Australia (sebanding dengan provinsi di Indonesia) punya otonomi yang luas sekali dan kepala pemda di Australia ini tidak segan-segan untuk bertindak demi kepentingan masyarakatnya masing-masing.

Akan halnya Negara Bagian Queensland yang iklimnya agak tropikal, yang selama ini memang menjadi tujuan banyak turis dalam negeri dari bagian selatan yang dilanda musim dingin, mungkin baru akan membuka kembali perbatasannya sekitar tanggal 10 Juli, setelah bertubi-tubi didesak pempus alias pemerintah pusat.

Menteri Kesehatan Queensland (tiap-tiap negara bagian punya menteri kesehatannya sendiri)  mengingatkan bahwa sejak awal pemda telah menyatakan baru akan meninjau kembali status perbatasan yang telah ditutup akhir Juni untuk menentukan apakah bijaksana membukanya kembali tanggal 10 Juli.​

“Belum ada yang berubah dari ketentuan tersebut,” katanya dengan tegas.

Selama ini yang diperbolehkan melintasi perbatasan untuk masuk ke Queensland adalah para siswa sekolah, pekerja dan supir-supir pengangkut barang, sementara untuk semua pihak lain, Queensland tertutup.

Baca Juga : Jurnal Internasional Fakultas Teknik UI, IJTech, Raih Ranking Q1

Milyarwan pertambangan  Queensland Clive Palmer, yang sempat terpilih sebagai anggota parlemen federal, tidak tahan melihat kedegilan pemda dan telah melayangkan gugatan ke Mahkamah Agung Australia, sementara pemimpin Partai Satu Bangsa, Pauline Hanson, yang dianggap kurang bersimpati pada warga kulit non putih, juga mengancam akan melakukan gugatan hukum.

“Sama sekali bertentangan dengan konstitusi tindakan kepala pemda Annastasia Palaszcuzuk menutup perbatasan Queensland dan tindakannya itu telah menimbulkan kecemasan besar bagi ketahanan ekonomi negara bagian ini,” katanya dalam Facebook-nya bulan lalu.

Pada waktu laporan ini dsusun di Queensland terdapat empat kasus COVID-19 positif, dan dua orang kini dirawat di rumah sakit. Sementara itu pemda Negara Bagian Australia Barat mengatakan, hanya akan membuka kembali perbatasan apabila memang aman untuk melakukan hal seperti itu.

“Segalanya tergantung pada pimpinan Dinas Kesehatan di Negara Bagian ini,” katanya.

Di Australia Barat kini terdapat 18 kasus COVID-19 yang aktif. Milyarwan pertambangan Clive Palmer yang juga punya usaha di negara bagian ini mengancam akan melakukan gugatan hukum. Kepala pemda Australia Selatan Steven Marshall mengatakan akan membuka kembali perbatasannya tanggal 20 Juli.

Baca Juga : Penumpang Kereta Jarak Jauh Era New Norwal Wajib Gunakan Pelindung Muka

Mulai tanggal 19 Juni warung-warung minuman alias pub dan restoran akan diperbolehkan menampung sampai sebanyak 300 tamu. Dan di antara yang sangat menggembirakan penduduk negara bagian itu adalah keputusan untuk mengizinkan sampai dua ribu penonton menyaksikan pertandingan sepakbola ala Australia. Rata-rata negara bagian ini adalah di antara yang paling aman COVID-19 di Australia.

Wilayah Utara Australia mengaku menunggu perkembangan dari unjukrasa “Black Lives Matter” yang sempat dilangsungkan di Melbourne dan Sydney, yang masing-masing dihadiri sampai 10-ribu orang. Kata kepala pemerintahan Wilayah Utara, Michael Gunner , kawasan ini menimbulkan “kecemburuan” banyak orang hingga mendorong mereka ingin mengunjunginya karena begitu aman dari COID-19. Namun demikian pembukaan kembali perbatasan akan dilangsungkan setelah pemberitahuan 30-hari sebelumnya.

Kepala Pemda Tasmania mengatakan pembukaan kembali perbatasan nampaknya baru akan dilakukan akhir Juli, sementara hubungan feri antara  Pulau Tasmania dan daratan Australia, masih dibatasi hanya untuk penduduk Tasmania yang ingin mudik; mereka yang karena satu dan lain hal harus ke Tasmania dan operator angkutan barang. Di Tasmania tidak ada lagi dilaporkan kasus aktif virus corona.

Akan halnya Negara Bagian New South Wales dan Victoria, meski merupakan dua wilayah yang paling tinggi jumlah kasus virus corona-nya di Australia, selama ini tidak sampai menutup perbatasan mereka, meski dari ke-102 jumlah kematian akibat corona, 48 terjadi di Negara Bagian New South Wales dan 19 di Victoria.

Baca Juga : Banjir Jeneponto Sulsel, Empat Orang Warga Hilang Terseret Arus

Itulah sebabnya ketika kepala pemda New South Wales dan kepala pemda Negara Bagian New South Wales, seorang perempuan bernama  Gladys Berejiklian (keturunan Armenia), berulang kali mendesak pemda Queensland agar membuka kembali perbatasannya demi kepentingan ekonomi kedua negara bagian, kepala pemda Queensland mengatakan dengan kata-kata pedas “tidak bersedia dikuliahi oleh negara bagian yang menjadi ajang jumlah kematian terbesar di Australia (48 dari 102).”

Ketika berbagai negara bagian dan wilayah mengumumkan penutupan perbatasan, kepala pemda Victoria Dan Andrews, mengatakan, asalkan penduduk mematuhi ketentuan kesehatan maka perbatasan akan terus terbuka.

“Jaga jarak, gunakan akal sehat, bertindaklah demi kepentingan orang lain, dan jangan hanya memikirkan diri sendiri, maka niscaya segalanya akan aman,” katanya.

Lalu apa gerangan maksud sindiran Perdana Menteri Scott Morrison tentang kemungkinan larangan masuk ke Australia pendatang dari Singapura?

Pada hakikatnya yang dimaksudkannya barangkali bukan Singapura melainkan Tiongkok. Sebagaimana sudah pernah dilaporkan, berbagai (perguruan tinggi) negara bagian di Australia sangat mengandalkan pemasukan dari parasiswa dan mahasiswa asing yang meneruskan pendidikan dan kuliah mereka di Australia, terutama dari Tiongkok, yang  tahun lalu jumlahnya mencapai sekitar 260.000 orang yang mendatangkan pemasukan lebih dari 30-miliar dolar bagi Australia. Negara bagian Victoria saja mengantongi 12-miliar dolar dari jumlah itu.

Nah, kalau para siswa dan mahasiswa asing tersebut dilarang masuk oleh pemerintah federal, satu-satunya pihak yang berkewenangan mengeluarkan visa untuk warga asing, maka yang akan sangat terpukul adalah berbagai negara bagian yang perguruan dan perguruan tingginya diminati oleh para penuntut ilmu dari Tiongkok itu. Itulah dia “pukul anak sindir menantu”.

BACA JUGA: Cek SOSOK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini

 

 



Berita Terkait