Ceknricek.com -- Setelah resmi menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim juga secara resmi undur diri dari perusahaan yang dibesarkan dan turut membesarkan namanya, PT Aplikasi Karya Anak Bangsa alias Gojek. Perlu diketahui, di bawah arahannya Gojek meraih status sebagai decacorn alias memiliki valuasi US$10 miliar ke atas.
Ada satu impian Nadiem yang belum dituntaskan hingga dirinya meninggalkan Gojek, yakni melihat perusahannya melantai di lantai bursa alias melakukan intial public offering (IPO). Hal ini pernah diungkapkannya dalam wawancara dengan CNBC 03 Juni 2018.
Setelah ditinggal Nadiem, Gojek kini akan di bawah nahkoda baru, Andre Soelistyo, Presiden Gojek Grup dan Kevin Aluwi, co-founder Gojek yang akan berbagi tanggung jawab untuk menjalankan perusahaan sebagai co-CEO. Keduanya berniat untuk fokus membawa perusahaan ke tahap selanjutnya. Sayang, untuk rencana IPO, saat ini bukan termasuk fokus yang ingin dilaksanakan terlebih dahulu.
Sumber: Antara
"Fokus kami saat ini adalah terus mengembangkan bisnis dan memperkuat layanan kepada para pengguna aplikasi kami," kata Vice President Regional Corporate Affair Gojek, Michael Say di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (22/10), seperti dilansir Antara .
Dengan kata lain, saat ini pihaknya belum berencana mengakhiri era “bakar duit” guna bisa menjalankan usaha secara sehat dan berkelanjutan. Perlu diketahui, hingga saat ini kondisi keuangan Gojek masih berkubang di zona merah. Jadi meski status decacorn sekalipun, bukan berarti perusahaan memiliki keuntungan sebesar nilai valuasi yang disebut.
Baca Juga: Nadiem Makarim, Selamat Tinggal Gojek
Sayangnya, angka-angka untung rugi dari perusahaan rintisan tersebut tidak bisa diakses publik, hingga masyarakat tidak tahu persis berapa sebenarnya putaran uang yang dimiliki Gojek. Angka-angka ini sejatinya bisa diketahui publik, apabila perusahaan sudah menjadi perusahaan publik dengan melantai di lantai bursa.
Sebelumnya, Michael menyatakan, Gojek diharapkan bisa melakukan IPO dalam kisaran 3-4 tahun ke depan. Untuk itu, Gojek memang bertekad menghasilkan laporan keuangan yang sehat sebagai syarat IPO. "Agar bisa IPO, mau tidak mau laporan keuangan kan harus hijau sehingga tidak mungkin terus bakar uang," tukas pria ini.
Namun untuk tahun ini, Michael menyatakan, pihaknya lebih fokus untuk memberikan dampak ekonomi dan sosial yang signifikan kepada para mitra di negara-negara tempat Gojek beroperasi. Selain di Indonesia, Gojek juga beroperasi di Vietnam, Filipina, Thailand dan Singapura.
Gojek lebih memilih fokus membangun ekosistem dari tiga super apps yang melayani orang (people), barang (things) dan uang (money). Gojek mengklaim saat ini aplikasinya sudah diunduh sekitar 125 juta kali, memiliki lebih dari 300 ribu merchants, 1,7 juta mitra pengemudi/pengendara, serta beroperasi di 207 kabupaten dan kota.
Sumber: Antara
Sebenarnya, sejak tahun 2018 Bursa Efek Indonesia sudah melakukan penjajakan agar Gojek berani melantai di lantai bursa. "Kalau perusahaan teknologi IPO, biasanya selalu diborong investor asing," ujar Direktur Utama Bursa Efek Indonesia yang saat itu masih dijabat oleh Tito Sulistio, 05 Maret 2018 seperti dikutip Antara.
“Tinggal menunggu waktu saja. Kami ingin bisa terdaftar di BEI, sehingga masyarakat Indonesia termasuk mitra pengemudi bisa ikut memiliki saham Gojek," kata Andre Soelistyo yang kini menggantikan Nadiem.
BACA JUGA: Cek OPINI, Opini Terkini Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.
Editor: Farid R Iskandar