Djakarta Teater Platform Digelar Pekan Depan | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Instalasi Macet Teater Kubur Djakarta Teater Platform 2018. Foto: Tembi Rumah Budaya

Djakarta Teater Platform Digelar Pekan Depan

Ceknricek.com -- Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta bekerjasama dengan Kementrian Komunikasi dan Informatika, British Council, Japan Foundation, dan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) menggelar Djakarta Teater Platform (DTP) pada 8-20 Juli 2019.

Event akbar ke-4 ini akan diadakan di Graha Bhakti Budaya (GBB) Taman Ismail Marzuki dan Gedung FFTV Studio Tom dan Teater Luwes Institut Kesenian Jakarta dengan mengangkat tema “Kekuasaan dan Ketakutan”.

Anggota Komite Teater DKJ Adinda Luthvianti (Dinda) mengatakan, program DTP merupakan sebuah ruang penciptaan seni pertunjukan yang mengutamakan proses (laboratorium) penciptaan dan produksi pengetahuan melalui simposium, diskusi penciptaan, pameran dan pertunjukan.

Menurut dia, DTP akan membuka ruang yang seluasnya untuk kemungkinan penciptaan, pengetahuan, riset, dan membaca ulang kesenian. Dengan itu, diharapkan DTP suatu waktu dapat menjadi festival internasional untuk keberbagaian dalam kesenian.

“Ingin menunjukan proses program menuju festival internasional, di mana ekosistem kesenian diurai sejak awal di DTP,” ungkapnya di Jakarta, Selasa (25/6).

Dalam dua tahun terakhir, Komite Teater sebagai basis penciptaan dalam DTP telah menampilkan pertunjukan dari mancanegara, termasuk Inggris, Jepang, Hongkong, dan Filipina.

Dalam DTP tahun 2019 ini, kolaborasi antara seniman lokal dan luar negeri itu masih terjadi, antara lain dengan menghadirkan seniman teater dari Inggris dan Jepang.

Dinda mengungkapkan, keikutsertaan seniman dari kedua negara berbeda belahan itu karena ingin menunjukan praktik penciptaan ala Asia dan Eropa sekaligus dalam DTP.

Menurut Dinda, Inggris diundang karena memang negeri Ratu Elizabeth itu sudah sejak lama menghasilkan teks teater dan sastra yang kuat. Salah satunya adalah warisan karya William Shakespeare yang saat ini sudah diterjemahkan ke dalam hampir semua bahasa ibu di dunia.

“Teks-teks itu menunjukkan bagaimana praktik penciptaan masa kini terjadi. Teks tetap hidup dan terus menerus sejalan perkembangan sosial politik di zamannya,” ujarnya.

Dalam event ini, Impermanence dari Inggris akan membawa pertunjukan teater Baal karya Bertolt Brecht (1918) dengan “original soundtrack” yang dikomposisi dan dipertunjukan langsung oleh musisi akustik-elektro Robert Bentall.

Sumber: The Jakarta Post

Demikian pula dengan Jepang, yang terkenal karena memiliki banyak grup seni pertunjukan. Pada DTP tahun ini, akan ada Yasuhito Yano (sutradara Theatre Company Shelf) yang akan menjadi pembicara dalam workshop “Tubuh dan Teks”.

Yano terkenal karena kepiawaiannya merevisi kembali teks-teks klasik dari seluruh dunia dengan merekonstruksi teks-teks itu secara tekstual. Dalam tradisi teater modern Jepang, gaya Yano jarang terjadi karena hampir semua sutradara Jepang juga penulis naskah drama.

Untuk diketahui, program DTP 2019 ini akan terbagi ke dalam beberapa jenis kegiatan, antara lain: pertunjukan, pameran, diskusi, danworkshop. Pertunjukan dan pameran digelar di gedung pertunjukan Graha Bakti Budaya, sedangkan diskusi dan workshop diadakan di Gedung FFTV Studio Tom dan Teater Luwes IKJ.

Uniknya, dalam workshop, Komite Teater juga akan menghadirkan Corali Dance Company dan Impermanence dari Inggris yang akan berbicara tentang tema disabilitas dan kerja kesenian. Corali, sejak didirikan pada 1989 terkenal sebagai pemimpin dalam penciptaan pertunjukan tari dengan penekanan khusus pada pembelajaran disabilitas.

Indonesia, kata Dinda, belum banyak membuat ruang bagi disabilitas dalam kesenian. Sementara Inggris memiliki format pengelolaan kesenian untuk disabilitas.

“Maka workshop dan kolaborasi karya dalam showcase kami upayakan sebagai transfer pengetahuan,” paparnya.

Pada event DTP kali ini, ada beberapa seniman Indonesia yang ikut mempertontonkan karya mereka, antara lain: Artery Performa (Underscore Copy Paste Sae), Gema Swaratyagita dan Laring Project (Ngangon Kaedan: Dari Ruang Rahim), Kala Teater (Suara-suara Gelap--dari ruang dapur), Lab Teater Ciputat-Jakarta (Sinopsis TIM 2019+), dan Teater Alamat (Setengah Komplek-X).

Kelima kelompok teater lokal ini dipilih melalui proses kurasi yang teliti oleh para pakar dan pegiat seni Dewan Kesenian Jakarta, terutama untuk bagaimana konsep karya mereka mendukung gagasan yang ingin disampaikan melalui event ini.

Akhirnya, Dinda menjelaskan, adanya British Council dan Japan Foundation sebagai joint-partnership dalam program ini, karena kedua lembaga terkenal sebagai yang sangat terbuka untuk bertukar informasi tentang tema kesenian.

“Kedua lembaga ini turut serta mendorong pemerintah Indonesia lewat diplomasi kebudayaan,” ungkapnya.



Berita Terkait