DPR Australia Kecolongan? | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: News.com

DPR Australia Kecolongan?

Ceknricek.com -- Menyaksikan sidang parlemen (DPR) Australia minggu lalu bisa-bisa menimbulkan kesan bahwa para wakil rakyat benua ini sudah di ambang perbaku hantaman.

Memang biasanya pun sidang-sidang parlemen di Australia, yang ditayangkan langsung oleh televisi dan disiarkan langsung oleh radio dari awal hingga akhir, acap selalu seru dan sengit.

Cuma kali ini penyebabnya adalah seorang Amoy (kata orang Medan), maksudnya seorang janda kelahiran Hong Kong, berusia 55 tahun, yang pindah ke Australia pada tahun 1985, yang dalam pemilu di Australia bulan Mei lalu, terpilih mewakili Dapil Chisholm, tidak jauh dari Melbourne.

Gladys Liu adalah keturunan Cina pertama yang berhasil masuk ke DPR. Sebelumnya, dan sampai sekarang sudah ada keturunan Cina asal Malaysia (ibunya orang Australia) dalam Senat, bernama Penny Wong.

Apa pasal parlemen “ribut”? Bukankah Gladys Liu secara "cuceng” (bahasa Hokien Medan yang artinya bersih/jujur) telah dipilih oleh mayoritas pemilih di Dapil-nya? Gladys Liu mewakili Partai Liberal yang selamanya berkoalisi dengan Partai Nasional, dan kini memegang tampuk kekuasaan.

DPR Australia
Sumber: ABC News

Pasalnya pihak oposisi Partai Buruh menyangsikan kesetiaan Gladys Liu yang dalam tahun 1992 menukar kewarganegaraannya dan masuk menjadi warganegara Australia, dan kemudian dalam tahun 2003 menjadi anggota Partai Liberal.

Meski telah begitu lama menjadi warganegara Australia namun ada kalangan, seperti Partai Buruh, dan bahkan unsur-unsur dalam Partai Liberal, yang terus menyangsikan ketulusannya sebagai seorang warga negara Australia.

Suara-suara agar ia mengundurkan diri kian santer, apalagi setelah ia seakan lebih banyak menghindar ketika mendapat pertanyaan yang mencecar dari wartawan Australia, misalnya mengenai kesediaannya untuk mengecam Presiden RRC Xi Jinping.

Kemudian terungkap pula bahwa dalam tahun 2017 Gladys Liu ikut dalam upaya mendorong agar investasi Cina di bidang tanah pertanian di Australia lebih dipermudah. 

Ternyata, begitu dilaporkan oleh Badan Siaran Australia – ABC – Gladys Liu waktu itu adalah ketua Cabang Multi Budaya Timur Partai Liberal di Negara Bagian Victoria.

Cabang Partai Liberal itu juga berulang kali menyerukan kepada pemerintah pusat agar menangani “sentimen yang dianut masyarakat Australia dewasa ini terhadap investasi asing.”

Segala “gempuran” terhadap riwayat Gladys Liu ini, yang sudah resmi menjadi salah seorang wakil rakyat terpilih secara cuceng di parlemen, ditanggapi dengan keras oleh pemerintah (Partai Liberal dan Partai Nasional yang berkoalisi).

DPR Australia
Sumber: ABC News

Perdana Menteri Scott Morrison dituding telah menggunakan “kartu ras” (semacam SARA) dalam menangkis serangan-serangan terhadap rekan separtainya itu dan sekaligus membela sepak terjang Gladys Liu selama ini.

“Mereka (Oposisi),” kata PM Scott dalam debat di parlemen, “memfitnah seorang warganegara Australia keturunan Cina.”

Ini, kata PM Morrison selanjutnya, sama saja seperti memfitnah 1,2 juta warga Australia keturunan Cina yang sekarang menjadikan Australia tempat tinggal mereka.

Dalam pernyataannya di sosmed bahasa Mandarin PM Morrison menuding Partai Buruh melakukan segala yang mungkin untuk mendiskreditkan Gladys Liu dan ia (PM Morrison) akan kukuh membelanya dan semua warga Australia keturunan Cina yang telah memberi sumbangan yang besar kepada Australia dengan sikap yang tulus.

Partai Buruh membantah bahwa kecamannya terhadap Gladys Liu dilandasi sikap rasisme (seperti disebut di atas Juru Bicara Luar Negeri Partai Buruh Senator Penny Wong juga adalah keturnan Cina).

DPR Australia
Sumber: Southcoastregister

Baca Juga: Corruptio Optimi Pessima!(Kejahatan oleh yang terbaik adalah yang terbejat)

Seorang wartawan/kolomnis Australia yang dikenal sangat pro Partai Liberal bahkan mengatakan bahwa berapi-apinya pembelaan PM Morrison terhadap Gladys Liu pantas diimbali oleh Cina dengan kiriman kartu ucapan terima kasih.

Bagaimana pun, kata wartawan Andrew Bolt, masih banyak yang harus dijelaskan oleh Gladys Liu, dan dia tidak bisa bersembunyi di sebalik ucapan-ucapan mengenai rasisme dan sejenisnya.

Juru Bicara Partai Buruh bidang Luar Negeri Senator Penny Wong mengatakan, PM Morrison tidak dapat menjadikan seluruh masyarakat keturunan Cina di Australia sebagai tameng dalam upayanya menghindari kenyataan bahwa ia tidak mengindahkan peringatan-peringatan dari badan-badan intelijen dan keamanan Australia. 

Kini juga terungkap bahwa dalam tahun 2018, ketika masih menjabat sebagai Perdana Menteri dari Koalisi Partai Liberal dan Partai Nasional, Malcolm Turnbull menolak untuk menghadiri acara pengumpulan dana bersama rekan-rekan Gladys Liu.

Ada juga laporan yang belum dikukuhkan bahwa badan-badan keamanan/intelijen Australia telah memperingatkan Partai Liberal agar jangan mencalonkan Gladys Liu, akan tetapi Menteri Dalam Negeri Australia Peter Dutton mengatakan tidak ada bukti nyata bahwa Gladys Liu merupakan ancaman terhadap keamanan Australia.

Dalam pidato perdananya di parlemen Gladys Liu mengaku sebagai “seseorang kelahiran Cina” (meski ia lahir di Hong Kong ketika masih dikuasai Inggeris) dan bangga sebagai keturunan Chaozhou, sebuah desa di Provinsi Guangdong, Cina Selatan.

DPR Australia
Sumber: The New Daily

Gladys Liu diakui ketrampilannya, termasuk dalam upaya-upaya pengumpulan dana untuk Partai Liberal.

Di Australia putra-putra asal (Desa) Chaozhou yang juga menjadi tenar termasuk penyumbang untuk partai-partai politik Chau Chak Wing.

Seorang lainnya adalah Huang Ziangmo yang permohonannya untuk menjadi penduduk tetap di Autralia ditolak karena dituding dalam dengar pendapat di depan Komisi Mandiri Anti Korupsi negara bagian New South Wales, secara tidak sah menyumbang sebanding dengan satu miliar rupiah kepada Partai Buruh Australia.

Gladys Liu diakui sebagai seorang “pekerja” bukan hanya pembicara.

Dalam pidato perdananya ia mengatakan tiba di Australia dengan hanya dua koper dan tekad untuk berhasil. 

Seorang keturunan Cina lainnya, Dokter Umum Lilia Ilina, mengaku pernah bersama-sama dalam sebuah organisasi dengan Gladys Liu dan mengakui kegesitan dan tekad Gladys Liu dan bahwa organisasi mereka tidak pernah dihubungi oleh pemerintah Cina.

Diakuinya pemerintah Cina, sebagaimana pemerintah-pemerintah asing lainnya, mungkin saja akan mencoba memberikan tekanan kepada masyarakatnya yang berada di luar negeri, namun segala sesuatunya terserah kepada para pemimpin masyarakat Cina di Austraia ini untuk berpegang teguh pada standard yang telah ditetapkan.

Segala ini membasahkan kembali ingatan kita pada suatu peristiwa beberapa tahun silam, ketika seorang konglomerat nonpri dari Indonesia sewaktu diwawancarai oleh sebuah stasiun televisi di Cina mengaku:

“Saya lahir dan besar di Indonesia. Menempuh pendidikan, menikah dan memulai bisnis juga di sana. Tetapi Indonesia adalah ayah angkat bagi saya, karena itu ketika pulang ke Cina saya merasa menemukan ayah kandung. Itu karena saya masih merasa orang Cina,” demikian diucapkan seorang konglomerat saat tampil sebagai narasumber dalam sebuah acara televisi di Cina.

DPR Australia
Sumber: ABC News

Namun kemudian pihak sang konglomerat mencoba mengklarifikasi makna sesungguhnya dari ucapan tersebut. Wallahu a’lam.

Sementara itu, investor Cina di bidang peternakan di sebuah kawasan di Australia Barat telah dihukum dengan kewajiban “memulihkan seperti sedia kala lahan penuh tanamam asli seluas 120 hektar” yang dirambahnya tanpa izin untuk membuat sarana air minum dan keperluan-keperluan peternakan lainnya.

Bukan itu saja, investor tersebut juga terancam denda sampai 500-ribu dolar.

Ternyata penduduk asli setempat masih dapat mengimbau penguasa untuk melindungi "warisan-warisan” tradisional mereka, seperti tumbuh-tumbuhan khas kawasan tersebut. 

* Nuim Khaiyath, wartawan senior tinggal di Melbourne.

BACA JUGA: Cek HEADLINE Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini



Berita Terkait