Kabar duka tersebut dibenarkan Lavina, sahabat keluarga almarhum. "Sempat masuk ICU, tapi saya tidak tahu pasti beliau sakit apa," katanya.
Dwi Koen lahir di Banjar, Jawa Barat, pada 13 Mei 1941. Dia bergabung dengan Kompas Gramedia pada 1976 sebagai karyawan bagian tata artistik dan ilustrator.
Pada 1979, dia diangkat menjadi Kepala Bagian Produksi PT Gramedia Film (1979-1983). Tahun 1984, dia menjadi Kepala Bagian Audio Visual PT Gramedia Film bidang dokumenter, film iklan, animasi, dan grafis serta slide program dan studio perekaman (1984) dan Staf redaksi Harian Kompas.
Sumber: Istimewa
Panji Koming adalah strip komik ciptaannya yang secara berkala diterbitkan di surat kabar Kompas edisi Minggu sejak 14 Oktober 1979.
Dalam Panji Koming, ada karakter yang sangat populer bagi para pembaca Kompas dan penggemar komik atau kartun di Indonesia, seperti Panji Koming sendiri, Pailul, Ni Woro Ciblon, Ni Dyah Gembili, Mbah, Denmas Aryo Kendor, dan Kirik.
Baca Juga: Komikus Legend Kazuo Koike Tutup Usia
Koming berasal dari singkatan "Kompas Minggu"--karena habitat komik strip itu ada di situ, dari awal hingga akhir. Penciptaan karakter komik oleh Dwi Koen ini merupakan saran dari rsejawatnya yang dekat sejak di bangku kuliah, kartunis almarhum GM Sudarta. Panji Koming pertama kali muncul di Kompas pada edisi hari Minggu, 14 Oktober 1979.
Selain Panji Koming, ada karakter Sawung Kampret. Karakter ini tak kalah terkenalnya dibanding Panji Koming. Keduanya kurang lebih sama, membincangkan kondisi masa kini dengan mengambil seting masa lalu. Panji Koming berbincang tentang seting situasi di kerajaan Majapahit yang hidup 500-an tahun lalu. Sementara Sawung Kampret berseting pada kondisi sekitar abad 17 ketika Nusantara ini dikuasai oleh para pedagang VOC dari Belanda.
Sumber: Istimewa
Dwi Koen adalah salah satu keturunan R. Ng. Ranggawarsita (1802-1873), pujangga besar di lingkungan Kasunanan Surakarta. Dari ayahnya, R. Soemantri Brotoatmodjo yang sarjana teknik dan jago menggambar teknik dia banyak menimba pengetahuan awal tentang menggambar. Juga tentang ketelatenan dan ketelitian berproses dipelajarinya sang ibu yang menjadi seorang perias pengantin. Salah satu paman dari garis ibunya juga seorang yang cakap menggambar dan melukis.
Sosok penuh humor ini membuka lebar peluangnya di dunia kreatif ketika dia memilih meneruskan studi di ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia, sekarang Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta) antara tahun 1958-1965. Dia cukup lama mengenyam studi di kampus itu karena sempat pindah jurusan. Awalnya memilih di Seni Lukis. Namun kemudian merasa kurang cocok, ia pindah ke Ilustrasi Grafik (sekarang dikembangkan jadi Seni Grafis dan Disain Komunikasi Visual). Saat kuliah, Dwi Koen sempat nyambi kerja dengan mengisi ilustrasi di media cetak di Yogyakarta seperti Waspada, Minggu Pagi dan Kedaulatan Rakyat.
Sumber: Istimewa
Selepas kuliah di Yogya, berbagai karya telah dikreasinya dengan berbagai bentuk dan berkolaborasi dengan berbagai kalangan. Perkembangan teknologi yang kian pesat juga tak luput dari responsnya untuk tetap eksis berkarya. Misalnya dia membuat karya animasi. Untuk bidang ini pun Dwi Koen bahkan telah menerima penghargaan International Animation Festival Hiroshima 1994 atas kerja kreatifnya. Oleh pemerintah karakter Panji Koming ciptaannya pernah dijadikan serial perangko. Atas pencapaiannya ini, entah sudah berapa banyak mahasiswa yang membuat skripsi, tesis atau disertasi tentang karakter buatannya itu.
Komik Panji Koming yang mengisahkan tentang obrolan Koming dan Pailul tentang sosok Pak P. Swantoro pada Kompas Minggu, 18 Agustus 2019 kemarin menjadi seri terakhir Panji Koming. Perjalanan panjang selama 40 tahun Panji Koming telah berakhir sejak hari ini.
BACA JUGA: Cek BREAKING NEWS, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini