Euforia Sambut Vaksin COVID-19, Jangan Lupa Protokol Kesehatan | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Ketua Satgas COVID-19, Doni Monardo (Foto: BNPB Indonesia)

Euforia Sambut Vaksin COVID-19, Jangan Lupa Protokol Kesehatan

Ceknricek.com -- Publik saat ini tengah diliputi euforia menyambut kehadiran vaksin COVID-19. Euforia tersebut bisa dianggap wajar, karena pemerintah dalam beberapa kesempatan mengungkapkan bahwa sekitar November atau Desember, vaksin corona sudah tersedia.

Rasa gembira dan senang yang berlebihan berpotensi jadi bumerang,. Keyakinan bahwa vaksin mampu menyembuhkan dan bahkan menghilangkan wabah corona menyebabkan masyarakat lengah sehingga risiko tertular COVID-19 makin tinggi.

Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan COVID-19 sudah berulangkali mengingatkan masyarakat bahwa vaksin bukan satu-satunya obat corona. Dalam webinar Media Center Satgas, di Jakarta Selasa kemarin, Juru Bicara Satgas COVID-19, Wiku Adisasmito menjelaskan kombinasi vaksin dan protokol kesehatan diakui lebih efektif ketimbang vaksin sendiri. Artinya, di era kebiasaan baru protokol kesehatan tetap menjadi vaksin terbaik.

Kesadaran ini mendorong Ketua Satgas COVID-19 Doni Monardo mengingatkan masyarakat mematuhi protokol kesehatan. Menurut Doni, protokol kesehatan merupakan vaksin terbaik menangkal penularan virus corona.

“Presiden sudah katakan, sebelum vaksin dan obat ditemukan, maka vaksin yang efektif mencegah COVID-19 adalah patuh protokol kesehatan,”kata dia dalam sebuah talkshow di Jakarta.

Klik video untuk tahu lebih banyak - KENA COVID-19, BUKAN AIB!

Lebih lanjut Doni menjelaskan memakai masker dengan benar, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan merupakan sejumlah protokol kesehatan yang wajib dipatuhi.

Menurut dia, kepatuhan masyarakat mematuhi protokol kesehatan belum sebanding dengan perjuangan tenaga kesehatan di rumah sakit. Angka kematian dokter cukup tinggi, lebih dari 130 dokter bahkan diantaranya dokter umum yang meninggal terpapar COVID-19.

"Artinya hampir semua dokter berpotensi terpapar COVID-19. Kalau kita mau menjaga tenaga kesehatan kita, maka harus kerja keras mengurangi angka pasien COVID-19, sehingga para dokter bisa lebih relaksasi dan mempermudah mempercepat penanganan pasien," lanjut dia.

Doni Monardo juga menyatakan kerja sama penta helix dari tingkat pusat hingga daerah dan ikut melibatkan berbagai kelompok seperti tokoh agama, merupakan cara untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa siapa saja bisa terinfeksi corona terlebih jika ada yang tidak taat protokol kesehatan. Ia optimistis seluruh masyarakat Indonesia sebagai masyarakat pejuang dapat bekerja sama mengendalikan penularan COVID-19.

“"Kolaborasi pentahelix penting sekali. Khususnya tokoh agama, karena masih ada 17 persen masyarakat kita yang menganggap COVID-19 tidak mungkin menulari mereka. Satgas juga bekerja sama dengan Dewan Pers, kita ikutkan juga 5.800 wartawan untuk mengupayakan mengubah perilaku masyarakat, termasuk yang 17 persen tadi," pungkasnya.

Baca juga: Ini Daftar Prioritas Penerima Vaksin COVID-19 Versi Kemenkes

Baca juga: Selain 3M, Ada Juga 3K Untuk Lawan COVID-19



Berita Terkait