Ceknricek.com -- Food and Drug Administration (FDA) atau badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (AS) mengeluarkan izin penggunaan darurat vaksin COVID-19 buatan Pfizer-BioNTech.
Izin tersebut dikeluarkan pada Jumat, (11/12/20) atau Sabtu, (12/12/20) waktu Indonesia dan rencananya dalam beberapa hari ke depan akan dilakukan suntikan pertama vaksin COVID-19.
Izin yang dikeluarkan FDA menjadi titik balik penanganan COVID-19 di AS yang telah merenggut nyawa sekitar 292.000 jiwa. Izin penggunaan darurat dari FDA berdasarkan hasil uji klinis yang menunjukan vaksin Pfizer terbukti 95 persen efektivitasnya.
Seperti dilansir Reuters yang dipantau di Jakarta, Sabtu, (12/12/20) FDA mengatakan vaksin dapat diberikan pada orang yang berusia 16 tahun ke atas. Petugas kesehatan dan orang tua di panti jompo direncanakan menjadi kalangan penerima utama dalam tahap pertama persediaan 2,9 juta dosis.
Pemerintah AS mengatakan akan mulai mendistribusikan vaksin di seluruh negeri segera setelah otorisasi FDA, dan penyuntikan pertama akan dilakukan awal minggu depan.Jutaan orang Amerika bakal mulai divaksinasi pada Desember, terutama jika vaksin kedua dari Moderna Inc disetujui secara cepat.
Vaksin Pfizer-BioNTech pertama kali disetujui di Inggris awal Desember dan penduduk Inggris mulai menerima suntikan pada Selasa (8/12). Kanada juga mengesahkan vaksin tersebut dan berharap sudah bisa melakukan vaksinasi minggu depan.
Klik video untuk tahu lebih banyak - SOSIALISASI 3M DARI CAMELIA MALIK
Selain itu izin dari FDA itu keluar pada saat infeksi, rawat inap, dan kematian melonjak hingga mencapai rekor di AS, yang gagal meningkatkan upaya terkoordinasi untuk memperlambat penyebaran virus.
Awal pekan ini, total kematian satu hari karena COVID-19 mencapai 3.000, sementara unit perawatan intensif rumah sakit di seluruh negeri hampir mencapai kapasitas. Keadaan itu dilihat mengancam sistem perawatan kesehatan, yang telah kewalahan.
Perusahaan-perusahaan lain yang vaksinnya berada dalam pengembangan lanjutan termasuk Moderna --yang mungkin akan mendapatkan izin penggunaan darurat di AS segera minggu depan, AstraZeneca Plc dengan Universitas Oxford, dan Johnson & Johnson.
BioNTech mulai mengembangkan vaksin pada Januari 2020 dengan menggunakan teknologi yang disebut RNA, pembawa pesan sintetis (mRNA) yang belum menghasilkan produk yang disetujui.
Teknologi itu menggunakan pembawa pesan kimiawi untuk menginstruksikan sel membuat protein untuk meniru bagian dari virus corona baru, yang dipelajari oleh sistem kekebalan sebagai penyerang. BioNTech mencapai kesepakatan pengembangan dengan Pfizer pada Maret.
Vaksin tersebut hadir dengan tantangan distribusi yang kompleks karena harus dikirim dan disimpan pada suhu -70 Celcius (-94 F), sehingga membutuhkan lemari es ultra-dingin khusus atau pasokan es kering.
Vaksin Moderna menggunakan teknologi yang sama tetapi tidak perlu disimpan pada suhu sub-Arktik.
Pfizer telah mengembangkan wadah pengiriman khusus yang akan diisi dengan es kering agar vaksin tidak rusak. Banyak negara bagian khawatir tentang apakah es kering cukup tersedia untuk pengiriman ke daerah pedesaan yang tidak memiliki lemari pendingin khusus, tetapi Pfizer yakin harus ada pasokan yang cukup.
Upaya Amerika Serikat mendapatkan vaksin telah menjadi respons sentral terhadap pandemi pemerintahan Donald Trump, yang sebagian besar telah membuat negara bagian berjuang sendiri.
Baca juga: AstraZeneca Setuju Kombinasikan Vaksin COVID-19 dengan Sputnik V
Baca juga: Erick Thohir Pastikan Semua Vaksin yang Masuk Indonesia Aman