Ceknricek.com -- Menteri BUMN Erick Tohir pemegang saham merah putih terbesar dan Chairul Tanjung pemegang saham publik terbesar Garuda Indonesia kembali mengajukan saya sebagai Komisaris Garuda Indonesia. Sebelumnya saya menduduki jabatan tersebut pada tahun 2011-2014 dan melepaskannya pada waktu saya menjadi Duta Besar RI di Polandia.
Foto: Ashar/Ceknricek.com
Pada 2011, saat menteri BUMN adalah Mustapha Abubakar, Garuda memutuskan untuk mencatat sahamnya di pasar modal dengan harga perdana Rp750-1100. Adalah Moh. Nazarudin, Bendahara dari Partai Demokrat, yang menyatakan akan membeli saham Garuda dengan harga tersebut. Harga yang oleh pasar dianggap sangat terlalu tinggi. Pada saat harus terjadinya pembayaran Nazaruddin tidak muncul dan tidak datang menyelesaikan kewajibannya karena sadar bahwa harga saham tersebut jauh di atas kisaran harga nilai perusahaan.
Untuk tidak hilang muka, pemerintah meminta Kelompok perusahaan pimpinan Chairul Tanjung (CT) untuk datang menjadi dewa penyelamat.
Achirnya CT setuju membeli saham Garuda sebanyak 29% dengan harga total sekitar U$300 juta atau sekitar Rp3,5 triliun dengan harga saham rata-rata Rp600 - Rp650. CT setuju membantu pemerintah namun oleh sementara "orang tertentu" dianggap CT langsung mengantongi keuntungan ratusan miliar rupiah. Padahal harga saham terus merosot ke kisaran Rp500. (sekarang bahkan hanya Rp460). CT Hanya mendapatkan hak kedudukan dua Komisaris yaitu Chris Kanter dan saya, sementara seharusnya haknya adalah dua komisaris dan dua direksi.
Sumber: Istimewa
Namun CT hanya mengelus dada. Kami telah sampaikan pendapat kami untuk tidak membeli saham Garuda, tapi CT katakan: "Biarlah kita bantu Perusahan ini, perusahaan yang membawa bendera merah putih ke mancanegara".
Baca Juga: Didapuk Jadi Komut, Triawan Munaf: Perlu ada yang Baru dari Garuda
Sumber: Istimewa
Di dalam perjalan Garuda membaik, namun harga saham tetap hanya bertengger dikisaran Rp450 atau kerugian Rp200 per saham, sementara CT dikatakan meraup keuntungan ratusan miliar rupiah. Pada hari ini CT Corp melalui investasi saham, bunga dan perbedaan kurs (pada waktu itu kurs dollar Rp11.000) telah menginvestasi sekitar Rp7 triliun, dan mengantongi rugi sekitar Rp3,5 triliun.
Pada masa Menteri BUMN Rini Soemarno, hak CT dikebiri lebih lagi dengan hanya memberi satu kedudukan komisaris. Sekarang kami Bersama Doni Oskario dan Chairal Tanjung mendapatkan kedudukan Komisaris, Wakil Dirut dan Wakil Komut untuk mencoba memperbaiki kinerja Garuda.
Foto: Ashar/Ceknricek.com
Baca Juga: Irfan Setiaputra dan Triawan Munaf Resmi Jabat Dirut dan Komut Garuda
Apakah salah kalau selama ini kami/saya dari kelompok CT yang merupakan partisipan publik terbesar mengeluh dan secara terbuka mengkritik Manajemen Garuda atas keputusan- keputusannya yang merugikan Garuda, bukan hanya dari segi operasional namun juga dari berbagai tindakan korupsi yang terjadi hampir di semua level.
Hanya fitnah yang diterima CT dan group CT selama ini dari media dan media sosial, dengan tuduhan skenario besar untuk mengabil alih Garuda, namun kita akan tetap semangat mencoba memperbaiki Garuda perusahaan Nasional kebanggaan kita semua.
Sumber: Istimewa
Kami mohon maaf menyampaikan informasi ini melalui media sosial agar masyarakat mendapatkan gambaran bagaimana sakitnya fitnah yang dirasakan kelompok CT dan Chairul Tanjung pribadi, seorang pengusaha nasional yang memperkerjakan lebih dari 150.000 karyawan di kelompoknya.
Hanya Tuhan Yang Maha Kuasa yang mengetahui akhir Cerita Garuda. Tantangan dan pekerjaan yang luar biasa sulitnya, semoga bisa kita perbaiki. Apakah saya bisa, sementara umur saya juga tidak muda lagi. Ucapan selamat dan selamat berjuang banyak saya terima, semoga bisa, semoga kita bisa menyelesaikan tugas perbaikan ini. Semoga.
*Peter F Gontha, Komisaris Garuda Indonesia.
BACA JUGA: Cek AKTIVITAS KEPALA DAERAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini