Gempa Bertubi, Dua Dandim, Satu Komando (4) | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Foto: Istimewa

Gempa Bertubi, Dua Dandim, Satu Komando (4)

Presiden Tiba

Tanggal 19 Januari, empat hari setelah gempa, Stadion Manakarra pun dikunjungi Presiden Joko Widodo. Presiden mengapresiasi kerja keras penanganan gempa Mamuju. “Tanpa arahan, bimbingan, dan dukungan Pak Doni, mungkin tidak akan secepat itu penanganannya. Kebetulan saya paham sekali kepemimpinan beliau,” ujarnya.

Lomba Militer, Ibarat Persiapan Perang

Tri Aji pun mengisahkan, saat-saat berada di bawah komando Doni. “Waktu itu saya Letnan Dua, baru selesai tugas operasi Timtim, dan langsung ditempatkan di Batalyon Singaraja. Saat saya masuk, masih komandan lama. Dua bulan kemudian, masuk Pak Doni menjadi Danyon berpangkat letnan kolonel,” ujarnya.

Yang terkesan ketika itu, bagaimana Doni menggembleng kesamaptaan prajurit batalyon yang dipimpinnya. Ia bahkan membentuk Peleton Tangkas, di mana Tri Aji yang ditunjuk menjadi komandan peleton (Danton).

“Setiap hari kami digembleng fisik, lalu diarahkan untuk menciptakan rekor-rekor tertentu dalam cabang olahraga. Baik olahraga militer maupun cabang olahraga umum,” kenang Tri Aji.

Doni menginginkan prajuritnya bisa mengukir prestasi di Porad, Pekan Olahraga TNI Angkatan Darat yang mempertandingkan cabang-cabang olahraga militer dan cabang-cabang olahraga umum.

“Sebelum ikut Porad, batalyon kami nyaris tidak ada yang kenal. Tapi setelah kami keluar sebagai Juara IV, barulah batalyon Singaraja mulai dilihat orang,” ujar Tri Aji bangga.

Betapa tidak, di event Porad, atlet-atlet Batalyon Singaraja harus bertanding dengan atlet-atlet prajurit dari kesatuan lain yang sudah kesohor.

“Juara 1 Kopassus. Ya, itu kesatuan lama Pak Doni kan? Pantaslah. Kemudian juara 2 Kostrad Cilodong, juara 3 Kodam Jaya, dan juara 4 batalyon Singaraja. Wah kami bangga sekali bisa berprestasi di tingkat nasional,” katanya.

 

Tri bahkan yakin, jika waktu latihan lebih lama, bisa berprestasi lebih bagus. “Kami digembleng enam bulan. Dan saya kira semua prajurit yang pernah dipimpin beliau, pasti tahu, dalam menggembleng beliau tidak hanya memberi perintah, tetapi terlibat langsung. Ketika itu, beliau adalah sosok paling tangguh. Tidak ada prajurit lain yang mampu mengalahkan fisiknya,” puji Tri.

Kontingen terdiri atas 31 orang. Kesemuanya harus bisa dan siap diterjunkan di cabang mana pun. Baik olahraga militer, seperti lari lintas medan, renang militer, menembak, dan lain-lain. Olahraga umum seperti sepakbola, voli, tenis dan lain-lain. “Di cabang umum, saya masuk tim sepakbola,” ujar lulusan Akmil 1997 itu.

Seni Perang

Suatu ketika saya bertanya kepada Doni, mengapa ia begitu all out menyiapkan anggotanya untuk lomba olahraga, padahal mereka kan unsur militer, bukan atlet?Menurut Doni, menyiapkan pasukan untuk ikut lomba olahraga militer adalah ibarat persiapan menuju medan perang perang.

"Ini semacam latihan mengukur kemampuan pasukan. Kita siapkan latihannya, makanannya, juga mentalnya. Jadi kegiatan lomba olahraga militer adalah juga persiapan berangkat bertempur, berangkat ke medan perang. Komandan Kompi, Komandan Batalyon wajib belajar mengatur strategi. Mengatur dan mengukur kekuatan anak buah. Ini sebuah seni," ungkap Doni.

Dalam pertandingan olahraga sipil, seorang atlet umumnya bertanding cukup dalam satu kecabangan. Namun dalam lomba olahraga di dunia militer, seorang atlet bisa ditugaskan bertanding beberapa cabang. "Misalnya seorang atlet militer bertanding di cabang lari, terus renang, sepak bola dan juga menembak. Satu orang ikut lomba di empat cabang," kata Doni memberi contoh.

Intinya, Doni menanamkan ruh slogan "lebih baik mandi keringat di dalam latihan daripada mandi darah dalam penugasan di medan tempur".

Hukuman Doni

Ketika ditanya, apa pernah mendapat hukuman dari Doni Monardo selaku komandannya? Tri Aji spontan tertawa terbahak. “Pernah. Malam-malam ketahuan merokok. Padahal, saya sudah sembunyi-sembunyi… eh ketahuan. Ya habislah dimarahi, di jungkir-balik. Waktu itu usia saya 25 tahun, dan ya itu memang karena kebandelan saya,” ujar Tri masih dalam derai tawa. 

Doni Monardo diakui mengajarkan banyak hal. Prinsip-prinsip kepemimpinan militer ditanamkan betul dan melekat hingga sekarang. “Selama di Mamuju saya ingat betul pesan beliau, agar mengutamakan keselamatan warga. Selama beliau di Mamuju, selalu memanggil dan memberi perintah. Mulai dari tugas evakuasi, penyiapan pos pengungsi, penyaluran sembako, penyiapan fasilitas Rumah Sakit Darurat, membuka jalan terisolir di Desa Bela dan Kopeang, dan lain-lain. Ya begitulah beliau, perintah mengalir seperti air,” ujar Tri lagi-lagi diiringi tawa senang.

Perhatian Doni sehari-hari tertuju kepada persoalan-persoalan yang belum terselesaikan, lalu menuntaskannya. “Saya termasuk mendampingi beliau ke lokasi-lokasi bencana menggunakan helikopter. Selama itu pula, saya harus siap menerima perintah-perintah baru,” katanya.


Editor: Ariful Hakim


Berita Terkait