Ceknricek.com -- Dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS) awal bulan ini, Indonesia sudah memasuki masa resesi. Salah satu indikatornya yakni pertumbuhan ekonomi dengan minus tiga persen lebih.
Bagaimana langkah untuk meningkatkan lagi pertumbuhan ekonomi dan bisa keluar dari jurang resesi? Menurut peneliti Center for Indonesian Policy Studies Pingkan Audrine Kosijungan saat ini penting untuk mensinergikan kebijakan peningkatan konsumsi dan penanganan pandemi COVID-19.
Dalam siaran persnya di Jakarta, Sabtu, (7/11/20) Pingkan menyatakan penanganan COVID-19 perlu disinergikan dengan upaya mengatrol tingkat konsumsi masyarakat agar pertumbuhan ekonomi kembali menggeliat.
“Pemerintah perlu memperkuat sinergi antara upaya peningkatan konsumsi dan penanganan COVID-19 untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi di 2021,” katanya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan dengan melihat perkembangan perekonomian saat ini memang konsumsi perlu terus digerakkan setidaknya untuk meminimalisir dampak dari peluang resesi yang ada. Salah satu stimulusnya adalah dengan memberikan bantuan langsung tunai (BLT) kepada kelompok masyarakat yang masuk kategori rentan.
Klik video untuk tahu lebih banyak - SOSIALISASI 3M DARI EKO PATRIO
“Jika melihat data jumlah penduduk miskin secara bulanan, angkanya naik dari 25,1 juta menjadi 26,4 juta pada Maret 2020 yang lalu,” paparnya.
Pinkan menegaskan pentingnya untuk terus melakukan upaya menahan laju pertambahan pasien COVID-19 demi mendapatkan pertumbuhan ekonomi yang sesuai dengan target Presiden Jokowi 4,5-5,5 persen pada tahun 2021.
“Untuk itu, tentu saja konsumsi perlu terus dioptimalkan. Namun hal tersebut tidak menjadi jaminan penakar resesi. Mengingat permasalahan utama tetap ada pada penanganan COVID-19 di Indonesia,” terangnya.
Sementara itu, secara terpisah Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman menyatakan belanja pemerintah yang meningkat tinggi menjadi motor penggerak ekonomi di tengah krisis pandemi COVID-19.
“Motor penggerak perekonomian saat ini adalah dari belanja pemerintah,” katanya.
Menurut Luky hal ini terjadi karena sektor penggerak ekonomi lainnya mengalami pukulan sangat berat dari dampak corona seperti konsumsi rumah tangga, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi, ekspor dan impor.
Konsumsi pemerintah melonjak tinggi karena direalisasikan melalui berbagai bantuan dan insentif yang diberikan kepada masyarakat terdampak pandemi COVID-19.
Baca juga: Teten Masduki: Sekarang Sudah Banyak Pelaku UMKM Patuh Protokol Kesehatan
Baca juga: Ketua Satgas Paparkan Perkembangan Penanganan COVID-19 di Tanah Air