H.B Jassin Sebagaimana yang Saya Kenal (3) | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Istimewa

H.B Jassin Sebagaimana yang Saya Kenal (3)

Ceknricek.com--Seminar nasional "Kepahlawanan H.B. Jassin Mencerdaskan Bangsa" dihelat pada Selasa (22/2/22) di Ruang Serba Guna Lt.4, Perpustakaan Nasional RI, Jl. Medan Merdeka Selatan No.11, Jakarta Pusat.

Kegiatan ini adalah kolaborasi antara Pemerintah Provinsi Gorontalo,PSD H.B. Jassin-Gorontalo, Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin (Jakarta), Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (APTISI), Universitas Gorontalo, Gorontalo Post, Lamahu Jakarta, Kerukunan Keluarga Indonesia Gorontalo (KKIG) dan tokoh tokoh nasional dari Gorontalo.

Salah satu pematerinya adalah Zain Badjeber, yang mencoba memotret kedekatannya dengan H.B Jassin, dan diturunkan dalam 3 tulisan berikut:

Dari perkenalan dengan H.B Jassin ini, kemudian saya mengundang pula H.B Jassin hadir pada Peringatan Hari Peristiwa Patriotisme 23 Januari 1942 di Gorontalo yang diselenggarakan di Gedung Balai Kota DKI Jakarta tahun 1977 dimana saya menjadi Ketua Panitianya. Beliau (H.B Jassin) hadir dengan kesederhanaannya. Memang beliau jarang bertemu dengan kumpulan masyarakat Gorontalo di Jakarta.

Pertemanan saya dengan H.B Jassin berlanjut karena pada tahun 1975,itu kami tinggal tidak berjauhan di daerah Bungur ( belakang Pasar Senen dan Stasion kereta api ) . Bukan saja sering ketemu di jalanan ketika sama – sama jalan kaki menuju Proyek Senen untuk kemudian masing – masing melanjutkan perjalanan dengan becak atau bis kota ke tujuannya. Atau saya berkunjung ke rumahnya di Jalan Siwalan untuk sekedar ngobrol berbagai hal. Termasuk secara khusus mewawancarainya ketika saya sebagai Redaktur Majalah Risalah Islamiyah menjadikan H.B Jassin sebagai Tokoh dalam Laporan Utama bulan Juli 1975.

Ketika itu nama H.B Jassin ramai dalam pemberitaan pers dan sorotan dari berbagai tokoh Islam . Baliau telah menulis Terjemahan Al - Quran dengan bahasa puisi ( Sastera ) dan diberi nama “ Bacaan Mulia “. Padahal beliau dipandang bukan ahlinya untuk itu oleh berbagai Ulama maupun tokoh Islam.

Tetapi bukan tidak ada pula yang mendukung usaha beliau. Paling tidak mereka yang selama ini tidak tahu atau tidak mengenal Terjemahan maupun Tafsir Al – Quran, dengan tulisan H.B Jassin dalam terjemahan puitis itu akan ikut terangsang membacanya.

Saya ingin memberi forum pula melalui Majalah Risalah Islamiyah yang diterbitkan oleh Lembaga Missi Islam dibawah naungan NU (Nahdlatul Ulama) itu. Majalah tersebut masih saya simpan sampai kini dan saya lampirkan copynya di Makalah ini ( Halaman 38 foto saya bersama H.B Jassin ketika wawancara ! ).

Sudah pernah disebut sebagai Paus Sastera Indonesia, dihantam Komunis pula dengan Manifesto Kebudayaannya diseret ke Pengadilan karena tulisan Ki Panjikusmin, kini namanya melambung pula karena mempuitisasi Terjemahan Al – Quran . Pujian, koreksi, dan hantaman diterimanya dengan tersenyum seperti kebiasaan dan kesederhanaannya !

Di tahun 1993 H.B Jassin diberi gelar adat tertinggi dari masyarakat Gorontalo dan Pemerintah Daerah. Saya tentu hadir pula dalam upacara adat di Jakarta itu. Dengan segala kerendahan hati dan dengan senyumnya yang khas, diterimanya gelar itu sambil berpakaian adat kebesaran Gorontalo.

Jassin yang memulai setiap kerja selalu mengucap “ Bismillah “ dan mengakhiri kerjanya dengan “ Alhamdulillah “ itu, pada tahun 2000 ( lahir 31 Juli 1917 ) telah berpulang ke Rahmatullah di Jakarta dan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta. Kebetulan sebagai anggota DPR / MPR RI yang lagi sibuk dengan kerja perubahan UUD NRI Tahun 1945 , saya sedang dinas di luar Jakarta sehingga tidak ikut mengantarkannya ke peristirahatannya yang terakhir itu.

Namun nama H.B jassin terus terekam dengan perjalanan hidup saya dan generasi dari zaman saya sampai generasi kini Insya Allah ! Dia tidak pernah berpikir gelar apa lagi yang akan diberikan untuk pengabdiannya itu .

Sengaja makalah ini saya tulis tidak seperti lazimnya menulis Makalah kesaksian terhadap sekelumit perjalanan hidup seorang pejoang. Ia ditulis untuk seorang pejoang Sastera Indonesia yang sampai mendunia !


Editor: Ariful Hakim


Berita Terkait