Oleh Prof. Tjipta Lesmana
03/29/2022, 21:39 WIB
Ceknricek.com--Sekitar 10 hari yang laluy, kelangkaan minyak solar sudah melanda kota Balikpapan. Sopir-sopir truk harus antre satu hari untuk mendapatkan solar. Antrean truk sangat panjang, menimbulkan kemacetan lalu-lintas yang luar biasa menjengkelkan.
Sejak 3 hari yang lalu, kelangkaan solar melanda Jakarta dan kota-kota sekitarnya seperti Tangerang. Gas berukuran kecil juga langka dengan harga meningkat. Sementara itu, harga minyak goreng curah, apalagi kemasan makin tinggi; pemerintah seakan tidak berdaya menangani kelangkaan dan tingginya harga meski peraturan sudah dua kali diubah.
Mengapa terjadi kelangkaan minyak solar?
Selasa 29 Maret DPR gelar Rapat Dengar Pendapat dengan Bu Nicke Widyawati, Dirut Pertamina. Dirut Pertamina jadi target cecar pertanyaan para wakil rakyat. Menurut Dirut Pertamina ada dugaan kuat solar bersubsidi dijual ke industri, bahkan samar-samar ia menyebut industri tambang kelapa sawit dan batu bara. Pemerintah akan menindak SPBU yang nakal menjual solarnya ke pihak industri!
Itulah pola komunikasi aparat pemerintah umumnya: pakai komunikasi gertak sambal (fear arousing communication). Namanya juga gertal sambal, tidak ada realisasinya.
Lihat misalnya dalam kasus minyak goreng! Menteri Perdagangan pada tanggal 18 Maret mengancam akan mengumumkan nama-nama mafia minyak goreng yang sudah ada di kantong Kapolri. Faktanya? Sampai tulisan ini dibuat, 29 Maret, nama-nama itu masih “burem”, jangankan diumumkan. Ada apa sesungguhnya yang terjadi ?!
Sayup-sayup muncul kritik keras terhadap pemerintah Jokowi: Pemerintah takut pada Mafia.....
Tidak heran, sampai tulisan ini dibuat, kisruh minyak goreng masih terus berlangsung. Rakyat kecil DIPAKSA beli minyak goreng dengan harga lebih mahal, dengan antrean yang tetap desak-desakan! Dan Boyamin, sosok yg berani dalam perjuangan mendobrak segala bentuk kecurigaan korupsi di negeri ini telah mengajukan gugatan terhadap petinggi Kemendag terkait kasus minyak goreng.
Aneh bin ajaib, jika aparat sudah kantongi nama-nama “mafia minyak goreng”, kenapa tidak berani digebuk?
Jika Dirut Pertamina sudah tahu tidak sedikit SPBU yang menjual solar ke industri sebagai kelangkaan solar, kenapa tidak SEGERA ditindak? Kenapa akan dibiarkan lagi terulangnya “drama minyak solar” sebagaimana drama minyak goreng?
Publik juga bertanya-mana mana suara Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama yang dikenal bersuara mendamprat masalah apa saja yang mengandung unsur kejahatan ? Bukankah Komisaris punya kewenangan menindak tegas Direksi ?
Sesungguhnya, penegakan hukum yang konsisten, persisten dan tanpa pandang bulu (termasuk hantam mafia) merupakan kelemahan utama pemerintah sekarang !!
Editor: Ariful Hakim