Ceknricek.com--Tidak sedikit yang awalnya menikmati kegembiraan meluap-luap yang melambung sampai ke langit ke-7, dan banyak pula yang kemudian laksana terhempas ke dasar bumi oleh kekecewaan yang tak terperikan, termasuk tiga sekawan (buzzer) yang selama ini banyak kawan dan banyak pula lawan mereka, yang terhenyak akibat apa yang oleh Muslim disebut “kualat” sementara penganut agama Hindu dan Buddha menyebutnya “Hukum Karma”.
Sebagaimana diberitakan dalam sebuah media di Indonesia, ketika terbetik kabar bahwa seorang keturunan Tionghoa akan menyumbangkan 2T untuk menangani Covid-19 di Sumatera Selatan, “The Three Musketeers” (Denny Siregar, Ade Armando dan Permadi Arya), secara berbunga-bunga melayangkan pujian setinggi langit.
(“Sumbangan bernilai fantastis itu sempat dibangga-banggakan Ade Armando, Abu Janda, serta Denny Siregar. Mereka bahkan membanding-bandingkannya dengan sumbangan yang digalang sejumlah orang untuk Palestina.”) Detikcom. (Penulis pernah mendengar petuah “jangan sekali-kali melecehkan mereka yang tengah dizalimi – dalam hal ini bangsa Palestina – karena ancaman/janji azabnya sangat berat).
Gegaranya adalah tong kosong yang nyaring bunyinya itu, kali ini dalam bentuk tawaran sumbangan 2 triliun rupiah dari anggota keluarga Akidi Tio kepada Kapolda Sumsel, seorang Inspektur Jenderal
Polri. Untuk sementara ini barangkali kita masih bisa berharap mungkin saja dana 2T itu sebenarnya ada, dan siapa tahu mungkin besok lusa akan dicairkan, agar kegembiraan yang sempat dinikmati oleh begitu banyak orang, termasuk ketiga buzzer yang dimaksud (Denny Siregar, Ade Armando dan Permadi Arya), akan melambung lebih tinggi lagi melampaui langit ke-7, menghapuskan kekecewaan, dan bahkan keangkara-murkaan yang sempat mendidih. Ibarat film seri kisah Akidi Tio ini mungkin masih akan ada lanjutannya. Oleh sebab itu “tunggu sajatanggal mainnya.”
Kenapa?
Karena Harta Qarun itu bukan hanya isapan jempol semata yang dikisahkan dalam Riwayat Ali Baba yang terdapat dalam Cerita Seribu Malam dan Satu Malam. Siapa menyangka bahwa ternyata di Afghanistan pun ada harta qarun dalam bentuk bongkahan emas dan benda-benda bernilai tinggi lainnya. Dalam salah satu laporannya jurnal Diplomatic Courier menyebutkan: “Last year in June (2011), the United States discovered nearly $1 trillion in untapped mineral deposits in Afghanistan, far beyond what was previously estimated.”
Bulan Juni 2011 Amerika menemukan deposito mineral yang belum digarap bernilai hampir 1 triliun dolar di Afghanistan, jauh melampaui apa yang pernah ditaksir sebelumnya.Belum lagi berbagai peninggalan benda-benda berharga yang tercecer ketika bangsa Yunani (di bawah pimpinan Iskandar Agung) masuk ke Afghanistan. Kota Herat dikatakan dibangun oleh Iskandar Agung yang meski pun berasal dari Makedonia namun selalu disebut oleh bangsa Yunani sebagai “orang Yunani”.
Dalam sejarah umat manusia, berbagai harta benda yang fantastis dari bermacam-macam budaya/bangsa telah dicuri atau hilang begitu saja. Terkadang benda-benda tersebut hilang atau dicuri ketika terjadi peperangan, atau bencana alam, hingga benda-benda tersebut tidak dapat dilindungi, dan ada pula kalanya diboyong pulang oleh tentara yang melakukan serangan. Terkadang benda-benda tersebut ditemukan kembali, namun sampai sekarang masih banyak yang ghaib.
Jurnal “Live Science” pernah menurunkan tulisan tentang berbagai benda yang hampir tidak ternilai harganya yang pernah lenyap kemudian ditemukan kembali, dan yang sampai sekarang tidak diketahui di mana keberadaannya. Di antaranya adalah permata yang menghiasi mahkota Irlandia berupa berlian kemerah-merahan berukuran 333 karat.
Bagaimana dengan di Indonesia?
Pernah seorang asal Aljazair yang dalam perantauannya sampai ke Melbourne, Australia, dan kemudian menetap di kota ini. Penulis pernah berkenalan dengannya dan karena ingin berlatih bahasa Arab, sering mengobrol dengannya. Sebut saja namanya Hamidun, yang ternyata mampu berbahasa Melayu dengan cukup fasih. Suatu kali Hamidun berkisah bahwa “Pedang Nabi Sulaiman (as) sebenarnya kini berada di Indonesia, tepatnya di daerah Toba, Sumatera Utara).”
Secara tidak langsung ia mengajak penulis untuk mencarinya. Katanya, pedang tersebut berhiaskan ratna mutu manikam yang nilainya tidak terkira. Melihat bahwa penulis skeptis, ia kemudian mengundang agar penulis bertandang ke rumahnya.
Di rumahnya ternyata banyak barang “kuno”, termasuk mata uang logam bertuliskan antara lain syahadat, kemungkinan yang diedarkan sekitar tahun 661 Era Kristiani. Dan di antara kebanggaannya adalah sebuah baskom keramik dengan motif Tiongkok.
Hamidun menuturkan:“Ketika baru-baru ini berlibur ke Indonesia, saya menyempatkan diri ke sebuah desa di pedalaman Kalimantan. Di sana saya melihat ada sebuah baskom berisi air untuk minuman ternak peliharaan seorang penduduk keturunan Tionghoa. Saya amati bahwa itu bukanlah sembarang baskom melainkan barang antik yang sudah berumur ratusan tahun yang bernilai tinggi kalau dibersihkan.
Saya membujuk agar pemilik baskom bersedia menukar tempat minuman ternaknya itu dengan beberapa baskom plastik yang tahan banting yang dijual di kota terdekat dari desa tersebut. Ia bersedia dan berterima kasih. Saya bergegas ke kota dan membeli sejumlah baskom plastik dan terjadilah barter, dan hasilnya?
Hamidun mengeluarkan baskom keramik antik itu dari almarinya dan dengan bangga menjelaskan arti lukisan-lukisan pada baskom tersebut. Mungkin karena cerita oleh Hamidun itu terlalu fantastis, penulis akhirnya lupa, dan kabarnya Hamidun mudik ke Aljazair dan kami tidak pernah berhubungan lagi.
Jadi, siapa tahu, mungkin saja keluarga Akidi Tio memang punya “harta qarun” senilai 2T atau bahkan lebih, yang sewaktu-waktu dapat dimunculkannya, di lelang dan kemudian hasilnya (2T?) jadi disumbangkan kepada Kapolda Sumsel. Bayangkan keterkejutan kita..Wallahu a’lam.#
Editor: Ariful Hakim