India Tawarkan Beras dan Gula Sebagai Syarat Kesepakatan Sawit | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: KSP

India Tawarkan Beras dan Gula Sebagai Syarat Kesepakatan Sawit

Ceknricek.com -- Indonesia dan India menjajaki kesepakatan baru, khususnya terkait produk sawit dan gula yang merupakan andalan devisa kedua negara. Sistem barter pun menjadi salah satu alternatif, dimana agar produk sawit Indonesia bisa masuk ke India bersaing dengan sawit Malaysia, sedangkan India meminta agar produk beras dan gula mentahnya (raw sugar) dibeli oleh Indonesia.

"Memang saat sekarang tarif kelapa sawit, baik itu untuk CPO maupun RBD sudah sama. Semula ada perbedaan 5 persen, namun sesuai dengan permintaan Bapak Presiden (Jokowi), Perdana Menteri Narendra Modi menerima itu sehingga tarif CPO itu sama, Refined Bio Blended itu sama, RBD itu sama," kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di Bangkok, Thailand, Minggu (3/11) dalam siaran pers yang diterima Ceknricek.com.

Menurut Airlangga, bea masuk untuk CPO saat ini ialah 40 persen, 50 persen RBD, pada Desember akan diturunkan menjadi 37,5 persen dan 45 persen. Bea masuk impor ini berlaku untuk Indonesia dan Malaysia, sehingga tidak ada perbedaan lagi soal bea masuk. 

Sekadar informasi, India pada 1 Maret 2018 lalu telah menaikkan bea masuk CPO dari awalnya 30 persen menjadi 44 persen. Begitu pula dengan tarif impor produk turunan CPO yang naik dari 40 persen menjadi 54 persen. Sistem barter ini pun menjadi alternatif bagian kerjasama. Airlangga mengakui bahwa pemerintah sudah mengatakan diambil secara bertahap alias setuju.

India Tawarkan Beras dan Gula Sebagai Syarat Kesepakatan Sawit
Sumber: Setkab

"Nanti bisa ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan ke depan dan memang per hari ini trade kita dengan India positif. Kita positif 8 miliar dollar AS, tertinggi di 2017 sebesar 10 miliar dollar AS, dan komoditas utamanya adalah batu bara dan kelapa sawit,” kata Airlangga.

Saat ini sendiri sebagian besar impor gula yang dilakukan Indonesia berasal dari Thailand. Menurut data dari Kemendag, sebanyak 3,63 juta ton atau 78 persen dari total impor gula mentah Indonesia sepanjang Januari-November 2018 dipasok dari Thailand.

Dalam kesempatan yang sama, Menko Airlangga Hartarto menyampaikan juga mengungkapkan peran penting India terkait dengan RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership). Airlangga menilai India memiliki peran penting, sama dengan China.

Baca Juga: Dalam Nuansa Batik, Presiden Berharap Dukungan Belanda Hadapi Uni Eropa Soal Sawit

“Memang kalau kita lihat, RCEP adalah blok terbesar melebihi Uni Eropa (UE). UE itu PDB-nya kira-kira Rp18 triliun, kalau PDB RCEP itu US$27 triliun, sedangkan TPP itu US$11 triliun. Kalau kita lihat perdagangannya RCEP itu US$11,5 triliun, EU US$12,5 dan TPP US$5,8 triliun. Kalau kita bicara penduduk, RCEP ini 3,6 miliar jadi tentu jauh lebih besar daripada UE dan PBB. Oleh karena itu, tadi hampir seluruh pemimpin itu mendorong agar perundingan ini bisa difinalisasi,” kata Airlangga.

Sementara itu, di kesempatan terpisah, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengemukakan, India berkeinginan untuk menjajaki kesepakatan ini karena ASEAN merupakan mitra yang terpenting bagi India.

“RCEP ini masih berlangsung. Nanti saya juga akan masih berunding lagi dengan menteri-menteri seluruh member RCEP ini. Mudah-mudahan pada Senin (4/11) ini masalah RCEP banyak kemajuan hasilnya,” kata Agus. 

BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.


Editor: Thomas Rizal


Berita Terkait