Ceknricek.com -- Bekas Kepala Bakin Jend (purn) AM Hendropriyono bilang, pertikaian Palestina Israel "bukan urusan kita" tapi urusan bangsa Arab dan Yahudi. Ada lagi omongan bodoh, "Dunia Arab tinggalkan Palestina, kok Indonesia masih bela.?" Itu jelas pernyataan orang yang tidak tahu sejarah. Tidak paham preambule Undang-undang Dasar 1945. Tokoh yang asbun, asal bunyi.
"Saya prihatin atas pernyataan dari seorang tokoh yang mengaku sangat memperjuangkan Pancasila," kata Bukhori Yusuf, anggota DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). "Lha Bung Karno sebagai pencetus Pancasila sangat membela rakyat Palestina untuk bisa merdeka," lanjutnya.
Sejarah mencatat Mufti Palestina, Muhammad Amin Al Husaini, salah satu tokoh yang disegani, ikut andil dalam pengakuan kemerdekaan Republik Indonesia. Bahkan Muhammad Amin Al Husaini bersafari ke sejumlah negara Timur Tengah untuk pengakuan negara Indonesia.
Selain Syeikh Amin Al Husaini, langkah serupa juga dilakukan Muhammad Taher Ali, saudagar kaya Palestina dan juga seorang jurnalis. Taher Ali mengambil seluruh kekayaannya yang disimpan di bank dan disedekahkan untuk perjuangan rakyat Indonesia saat itu.
Preambule UUD '45 menyebut bahwa "sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan". Itu termasuk penjajahan Israel atas bangsa Palestina juga harus diakhiri.
Presiden Joko Widodo menegaskan, "Indonesia mengutuk serangan Israel yang telah menyebabkan jatuhnya ratusan korban jiwa, termasuk perempuan dan anak-anak. Agresi Israel harus dihentikan." Jokowi mengaku, perkembangan situasi di Palestina merupakan salah satu isu global yang terus menjadi perhatiannya.
Dalam berbagai kesempatan dan forum internasional, Indonesia selalu menegaskan dukungannya terhadap perjuangan rakyat Palestina untuk merdeka, melawan pendudukan dan blokade Israel. Indonesia sejak dulu hingga sekarang konsisten mendukung. Misalnya, pada 2016, Pemerintah Indonesia memberikan bantuan sekitar US$1 juta kepada Palestina. Selain itu juga memberikan program pembangunan sumber daya manusia, yang telah diikuti 1.364 warga Palestina hingga awal 2016.
2017, Pemerintah Indonesia menerapkan zero tariff atau kebijakan tidak memungut cukai apapun untuk produk Palestina yang masuk ke Indonesia, seperti kurma dan minyak zaitun. 2018, Pemerintah Indonesia membantu sebesar US$ 7 juta atau setara Rp 106,2 miliar bagi bangsa Palestina.
2019, Baznas telah mendistribusikan bantuan sebesar USD 150.000 untuk para pengungsi Palestina, yang merupakan dana kemanusiaan telah diserahkan melalui Dubes RI Amman pada tanggal 7 Januari 2019. Pada 2021, Februari, Pemerintah Indonesia memberikan bantuan senilai 2,3 juta dolar AS (sekitar Rp 32,1 miliar).
Masyarakat juga tidak tinggal diam. Berbagai penggalangan dilakukan. Kitabisa.com, misalnya. Hingga 11 Mei sudah terkumpul dana sebesar Rp 751 juta lebih dari target Rp 2 miliar. Lembaga filantropi Aksi Cepat Tanggap, yang sudah lama berkiprah di Palestina, juga menggalang dana.
Malah ada satu rumah yang dijual, dan sebagian hasilnya disumbangkan untuk rakyat Palestina. Triyanto mengaku sudah banyak yang tertarik dengan rumahnya yang berada di Perum Puri Brawijaya, Kelurahan Kebalenan, Banyuwangi itu. Pada 11 Mei sudah enam orang yang melihat rumah tersebut.
Sejak puluhan tahun lalu, blokade Israel mengungkung kebebasan rakyat Palestina. Sejak itu pula berbagai permasalahan muncul, mulai dari kemiskinan, kelaparan, kesehatan, hingga pendidikan. Sebuah wilayah Palestina bernama Gaza disebut sebagai "penjara terbesar di dunia" oleh PBB.
Dilansir dari laman _Al Jazeera_, Gaza memiliki luas 365 kilometer persegi dengan penduduk 2 juta jiwa. Tempat ini menjadi salah satu yang terpadat di dunia. Luas Gaza kira-kira setara dengan Cape Town, Afrika Selatan (400 km2), Abbotsford, Kanada (375 km2), dan Detroit, Amerika Serikat (367 km2).
Pergerakan keluar masuk dari Jalur Gaza melalui Beit Hanoun (Erez dalam bahasa Israel) berbatasan dengan Israel dan Rafah berbatasan dengan Mesir. Baik Israel dan Mesir hampir selalu menutup perbatasan dan itu menyebabkan kian buruknya kondisi kemanusiaan dan ekonomi di Gaza.
Hingga Minggu 16 Mei pukul 18.00 waktu al-Quds atau pukul 22.00 WIB, tercatat 192 orang meninggal akibat serangan Israel tersebut. Sebanyak 1.235 orang luka-luka.
Baca juga: Tentang Palestina