Ceknricek.com -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Dinas Bina Marga DKI Jakarta menerapkan lima konsep dalam melakukan penataan trotoar di Ibu kota. Yakni, Complete Street, Rightsizing Street, Coordination, Right Function dan Collaboration.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Hari Nugroho mengatakan, Complete Street merupakan suatu konsep perencanaan dengan pembagian fungsi jalan secara ideal dan lengkap.
"Penataan fungsi jalan secara ideal dan lengkap itu mencakup jalur kendaraan, jalur sepeda, jalur hijau, pejalan kaki, street furniture dan aksesoris seperti, PJU, tanaman dan kursi. Kemudian, mencakup juga pentaan jaringan utilitas seperti manhole utilitas atau ducting system," ujar Hari, di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (21/10).
Baca Juga: Anies Baswedan: Trotoar di Jakarta Multifungsi Bisa untuk Foto Prewedding
Hari menjelaskan, Rightsizing Street adalah konsep menata ulang ruang milik jalan dengan konsistensi lajur. Jadi, tidak mempersempit jalanan, tetapi dibuat konsinyasi lajur.
"Ada jalan dengan tiga, empat jalur, ada yang lima. Akhirnya kita konsistenkan, kita bicara tiga jalur ya tiga jalur semuanya, sisanya untuk trotoar," terangnya.
Right Function, sambung Hari, merupakan implementasi penataan ruang milik jalan kepada fungsi yang tepat. Artinya, trotoar atau pedestrian itu hak dari pejalan kaki sehingga yang diutamakan adalah pejalan kakinya.
"Secara fungsi itu jelas, untuk pejalan kaki. Nah, untuk fungsi tambahannya yang kita sesuaikan," ungkapnya.
Konsep Coordination dimaksud adalah koordinasi dengan instansi terkait baik sosialisasi, penertiban, relokasi, hingga pengamanan. "Berkaitan dengan ruang berjalan ada yang terkena relokasi maupun penertiban. Ini diperlukan koordinasi," ucapnya.
Baca Juga: Pemprov DKI Targetkan Revitalisasi Trotoar Rampung Akhir 2019
Sedangkan konsep Collaboration adalah pelibatan berbagai komunitas, penggiat, pakar, pemerhati, institusi, dan lain-lain. Setiap melakukan gagasan atau ide harus dimulai dengan kolaborasi.
"Setelah kita membuat gagasan atau rencana, baru kita melihat apa yang perlu dilakukan dalam trotoar itu. Kemudian, diterjemahkan dengan narasi dan aksi," kata Hari.
Menurut Hari, hal-hal yang perlu dipertahankan dalam penataan trotoar yaitu karakteristik pergerakan pejalan kaki, integrasi antarmoda transportasi, kondisi lingkungan sekitarnya, fungsi jalan atau jenis penggunanya, serta penciptaan ruang interaksi atau ruang ketiga.
Lokasi yang menjadi prioritas dalam penataan trotoar meliputi kawasan sekitar terminal, stasiun kereta (MRT, LRT dan KRL), sekitar halte Transjakarta, kawasan komersial dan perkantoran, kawasan destinasi wisata, serta kawasan permukiman menuju transportasi umum.
"Tidak hanya membangun trotoar, Dinas Bina Marga juga membangun ruang ketiga seperti spot budaya," tandasnya.
BACA JUGA: Cek OPINI, Opini Terkini Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.
Editor: Farid R Iskandar