Ceknricek.com—Sekitar 3 tahun lalu, tabloid cek & ricek menulis berita tentang kegembiraan Ahmad Albar menyambut kelahiran si kecil Malayeka Zhezan Albar (3). Kala itu, dari foto yang di share,penyanyi rock legendaris ini tersenyum senang, sembari menggendong sang bayi didampingi istrinya, Dewi Sri Astuti.
Ini momen langka. Bayangkan,diusia kepala 7, Iyek –begitu Ahmad Albar biasa disapa- masih sumringah menerima anugerah Allah tanpa takut direpotkan. Sejatinya, dari sinilah publik bisa menangkap pelajaran berharga tentang spirit hidup dedengkot God Bless ini,dalam memaknai angka usia.
Setidaknya,itulah yang terjadi juga pada Bernie Eccleston,mantan bos Formula one. Bernie mendapat anak diusia 89 tahun dari istrinya Fabiana Flosi, yang berusia 44 tahun. Bernie mengaku tidak takut mengasuh bayi,saat sebagian besar manula (manusia lanjut usia) lebih memilih berleha leha menikmati hidup dan ketenangan.
Foto : Istimewa
Iyek dan Bernie, tanpa sadar telah meneladani pilihan Rosul Muhammad setelah diangkat sebagai rosul di usia 40 tahun. Hingga sesaat sebelum ajal menjemput di usia 63 tahun, Rosul Muhammad justru tak pernah berhenti berkarya, bersilaturahmi dan berdakwah –sesuatu yang berkebalikan dengan anggapan umum di tengah publik, semakin tua usia kita, maka pilihan terbaik adalah mundur pelan-pelan dari urusan dunia.
Merasa Bersyukur
Tentu saja Iyek bukan nabi. Jika hari Kamis, 16 Juli 2020 ia genap berusia 74 tahun, rasa-rasanya apresiasi tentang betapa militannya pria kelahiran Surabaya ini mempersembahkan apa yang ia bisa pada dunia, patut diberikan. Mungkin juga itulah cara Iyek bersyukur. Hal ini yang terungkap setahun lalu, saat God Bless akan mengisi acara di ajang Jakarta Rock Space, di Senayan City, Jakarta Pusat.
“Kita bersyukur sekarang masih dikasih sehat masih bisa bermusik, karena banyak kawan-kawan kita yang usianya 40-50 tahun udah nggak bisa main musik lagi. Padahal mereka hidup sehat, dan lain-lain, tapi mereka udah kena stroke. Karena itu kita harus bersyukur,” katanya.
Rasa syukur itu jadi pondasi penting hingga God Bless masih bisa eksis hingga kini. Begitu juga Iyek. Harapan yang juga tertancap disemua pecinta lagu rock Indonesia, agar God Bless secemerlang grup-grup rock dunia seperti Deep Purple, Kansas, Grand Funk, Railroad, atau bahkan Rolling Stone yang masih abadi sampai kini.
Foto: Istimewa
Sebagai ‘orang tua’ diblantika musik rock Indonesia, perjalanan karir Iyek memang tidak selalu mulus bertabur bunga. Tapi begitulah hidup. Dengan pikiran positif, publik bisa mengambil angle yang bagus, dari banyak ragam drama kehidupan yang melingkupinya. Mau tidak mau, kita harus memberi tabik pada Iyek, atas senioritasnya di dunia music rock.
Iyek memulai karier bermusiknya sejak muda. Di usia 12 tahun, ia membentuk band Bintang Remaja yang tampil mengikuti Festival Band Bocah di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Setelah bubar, ia kemudian membentuk grup musik Kuarta Nada bersama Titi Qadarsih. Tak lama, Iyek bertolak ke Belanda.
Di Belanda, Iyek remaja terus fokus mengasah bakat bermusiknya. Pada 1966, Iyek bergabung dengan grup musik bernama Take Five. Bersama Take Five, Iyek tampil secara rutin di Bar Dancing DE AAP di Markt, Belanda. Sayang pada 1967 Take Five bubar. Iyek kemudian membentuk Clover Leaf.
Momen paling menentukan terjadi setelah Iyek pulang ke Indonesia. Pada 1973, Iyek dan Ludwig membentuk grup musik bernama God Bless yang saat itu juga diperkuat oleh Fuad Hassan (drum), Donny Fattah (bass), dan Yockie Suryoprayogo (keyboard). Mereka tampil perdana di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat pada 5 Mei 1973.
Foto: Istimewa
Dalam perjalanan waktu, God Bless memang sempat vakum (bukan bubar). Iyek sempat membuat grup Duo Kribo bersama Ucok Harahap dan Gong 2000. Juga bersolo karir. Atas nama penggemar God Bless, grup ini kemudian muncul lagi. Pada tahun 1988, God Bless baru berhasil menarik perhatian publik melalui album 'Semut Hitam' yang meledak dipasaran.
Resep Awet
Disaat banyak grup band jatuh bangun kemudian hilang dari peredaran, tentu publik bertanya-tanya apa resep God Bless hingga bisa bertahan sampai sekarang. Soal ini, Iyek punya rahasianya. Menurutnya, God Bless bisa bertahan hingga kini karena ada rasa cinta. Selain itu, selera musik masing-masing personel juga sama.
"Saya rasa di God Bless ini semua cinta God Bless, cocok dengan selera dan pemilihan lagu-lagu dan selera dari kita-kita klop, mereka cinta musik kebetulan musik rock, seleranya cocok,” kata Iyek satu ketika pada para juru warta.
Foto: Istimewa
Tidak hanya itu, toleransi antar sesama personel juga menjadi ikatan yang kuat bagi God Bless.Ada perasaan jadi seperti keluarga besar. Dari situ, mereka mencoba saling menghargai, menjaga supaya tidak menyinggung satu sama lain.
Namun perlu dicatat pula,selain piawai dalam bernyanyi dan bermusik, Iyek juga dikenal sebagai aktor yang hebat sedari muda. Ia pertama kali dipercaya untuk berperan di film 'Jendral Kantjil' saat usianya baru 12 tahun. Setelah pulang dari Belanda dan membentuk God Bless di Indonesia, Iyek pun masih aktif bermain film-film dengan berbagai genre. Iyek diketahui pernah dua kali berduet dengan Rano Karno di film 'Perawan Malam' (1974) dan 'Si Doel Anak Modern' (1976).
Foto: Istimewa
Tak kalah penting, Iyek pernah beradu akting dengan sosok Rini S Bono di film 'Laila Majenun' (1975) yang membawa mereka ke pelaminan dan menikah di tahun 1978. Di masa tuanya, Iyek juga masih dipercaya untuk beradu peran dengan aktris muda, Aurelie Moeremans di film 'D'Love' dan tampil di film 'Jendral Kancil the Movie' yang rilis pada 2012.
Sayang, resep mangkus di God Bless kurang ‘nendang’ dijalinan rumah tangganya. Setelah mendapat tiga anak dari Rini S Bono (Fauzi Albar, Fachri Albar, dan Fadli Albar), pada tahun 1994 keduanya memilih jalan masing-masing.Iyek sempat menjalin hubungan dengan Cut Keke, sebelum menikah dengan Dewi Sri Astuti. Sempat juga terjerembab salah jalan di kasus narkoba, sebelum bangkit lagi melanjutkan hidup.
Foto: Istimewa
Kini, di usia menginjak 74 tahun, anak-anaknya dari hasil pernikahan dengan Rini S. Bono juga telah tumbuh dewasa dan sudah memiliki kehidupan masing-masing. Si bungsu Fadli Albar meninggal dunia pada 29 Agustus 2019 lalu karena sakit liver yang dideritanya. Jika Rosul Muhammad wafat di usia 63 tahun, Iyek masih dikasih ‘bonus’ oleh Allah 11 tahun dan ini bukan waktu yang pendek. Selama itu pula, publik bisa menarik pembelajaran berharga, yang mungkin bisa disusun dalam sebuah prosa pendek.
“Hidup adalah bagaikan bendera perang. Kadang-kadang berkibar megah menantang. Kadang-kadang kotor,robek dan hampir jatuh ke tangan musuh. Tapi selama Allah masih memberi nyawa, semua harus tetap dipertahankan dengan gagah berani –sampai ke tangan Tuhan,”.
Selamat Ulang Tahun Om Iyek…
BACA JUGA: Cek SENI & BUDAYA, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.