Jalan Terjal Menteri PKB ke Senayan | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto : Istimewa

Jalan Terjal Menteri PKB ke Senayan

Ceknricek.com -- Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB lumayan besar menanggok suara pada pemilu 2019 ini. Sayang, para menterinya belum laku dijual. Mengapa?

Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, serta Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Eko Putro Sandjojo pantas bersedih. Ya, setidaknya masygul. Bagaimana tidak, nama sudah ngetop, jabatan juga tinggi, ternyata tak menjamin dirinya bisa memikat hati rakyat. Cita-cita ketiga menteri asal PKB ini untuk menjadi anggota DPR-RI kandas.

Hanif berlaga di Jabar VI, Imam di DKI 1, dan Eko untuk Dapil Bengkulu. Ketiganya tidak bisa menambah suara partainya secara signifikan. Padahal di daerah lain suara PKB lumayan besar.

Berdasar real count Komisi Pemilihan Umum (KPU) Rabu 7 Mei 2019, Partai Kaum Nahdliyin ini sudah mengumpulkan 8,46%. Artinya, sudah bisa dipastikan lolos electoral threshold yang mensyaratkan perolehan suara 4%. PKB menempatkan diri menjadi lima besar. Di atas PKB ada PDI-P (20,15), Partai Golkar (13,26%), Partai Gerindra (11,78%), dan Partai Nasdem 9,66%. Sedangkan di bawahnya berurutan adalah Partai Demokrat (8,13%), Partai Keadilan Sejahtera (7,28%), Partai Amanat Nasional  (7,04%), dan Partai Persatuan Pembangunan (4,2%). Partai-partai selain itu diperkirakan tidak bisa menembus 4%.

Pertarungan Dua Menteri

Mari kita telaah satu per satu palagan tempat para menteri PKB ini bertempur. Menteri Hanif diterjunkan di Daerah Pemilihan Jabar VI. Bagi Hanif, tempat ini jelas menantang. Soalnya, di sini dia adalah pendatang baru. Hanif harus berhadapan dengan para petahana yang sudah mengenal wilayah Bekasi dan Depok dengan baik. Sudah begitu, dia mesti bersaing dengan caleg Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang juga Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.

Hanif. Sumber : Voice of Indionesia

Di wilayah ini PKB dan PPP minim pemilih. Penempatan Hanif Dhakiri oleh PKB dan Lukman Hakim Saifuddin oleh PPP jelas untuk merebut kursi yang urung didapat pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2014. Namun, gebrakan PKB dan PPP yang sama-sama mengirim menteri itu berbuah pahit. Mereka berdua diperkirakan kandas.

Pada kontestasi 2014, PPP dan PKB masing-masing di peringkat delapan dan sembilan. Sementara itu, kuota Dapil Jabar VI hanya enam kursi. Maknanya, PPP dan PKB gagal mendapat kursi.

Di sini PDI-P adalah rajanya. Moncong Putih mengirimkan dua wakil ke Senayan, sisanya terdistribusi ke empat parpol. Kini, motivasi PDI-P dan empat parpol lain pun terlihat ingin mempertahankan capaian Pileg 2019 dengan memasang para petahana.

Sumber : Tempo

Hanif dan Lukman memang berpengalaman ikut pileg, tetapi basis mereka sebelumnya adalah di Jawa Tengah. Modal suara partai memang dimiliki, tetapi keduanya harus menjual ketokohan seperti halnya caleg lain yang bertarung di Dapil Jabar VI. Alokasi enam kursi memang terbilang sedikit untuk Dapil Jabar VI yang tercatat memiliki 2,99 juta pemilih di Kota Bekasi dan Kota Depok.

Selanjutnya Menpora Imam Nahrawi. Ia juga diperkirakan kandas di Daerah Pemilihan DKI Jakarta I. Di ibu kota, Imam harus bersaing dengan para ‘tokoh daerah’ yang membidik kursi DPR.

Di sini ada Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio. Pada Pemilu 2014, anggota DPR ini  mewakili Dapil Jawa Timur VIII. Namun, Pemilu kali ini, dia maju di Dapil DKI I. Sang politisi yang artis ini sudah 3 tahun ini menjabat Ketua DPW Partai Amanat Nasional (PAN) DKI Jakarta.

Imam juga mesti menghadapi Anggota DPR Mardani Ali Sera. Walaupun lahir di Jakarta, politisi PKS ini pada pemilu 2014 lalu wakil Dapil Jawa Barat VII. Popularitas Mardani menjulang setelah memimpin Tim Pemenangan Anies Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017.

Sumber : Rakyat Merdeka

Imam yang pada 2014 bertarung di Dapil Jawa Timur I, diperkirakan keok di ibu kota. Dapil DKI Jakarta I meliputi Jakarta Timur, menyediakan alokasi total 6 kursi.

Kini, siapa yang bakal terpilih sudah mulai tampak. Dan tidak ada nama Imam di dalam daftar itu. Selain Imam, Eko, dan Mardani, tokoh-tokoh lain yang bertarung di sini adalah Christine Panjaitan (Golkar), Habiburokhman (Gerindra), Wiryanti Sukamdani  (PDI-P), Putra Nababan (PDI-P), Wanda Hamidah (Nasdem).

Banjir tokoh ngetop di Dapil DKI I terkesan tidak sebanding dengan kuota enam kursi DPR. Namun, mereka hanya menggarap satu daerah, Kota Jakarta Timur, yang tercatat memiliki 2,25 juta pemilih.

Tidak Dikenal sebagai Caleg

Lalu bagaimana dengan Eko Putro Sandjojo? Menteri Eko rupanya juga tidak bisa mendongkrak suara PKB di Bengkulu. Pada pemilu lalu, daerah ini dikuasai PDI-P, Gerindra, Golkar, dan PAN.

Eko Putro. Sumber : Tribunnews

Perolehan suara PKB pada pemilu 2014 lalu, hanya 81.522 atau 8,83% dan harus puas di peringkat keenam. Kini, naga-naganya tidak ada penambahan yang signifikan. Dapil yang menyiapkan 4 kursi ini kemungkinan hanya mengirim calon dari PDIP, Gerindra, Golkar, dan PAN. Kini KPU sudah menghitung 67% dari TPS yang ada. Hasilnya, Eko tidak lolos.

Direktur Lembaga Studi Peradaban Bengkulu, Riki, mengatakan, kehadiran Menteri Eko tidak berdampak signifikan bagi PKB karena beberapa faktor. Pertama, iklim politik di Bengkulu berbeda dengan daerah lain. Di Bengkulu tidak bisa serta merta menerima tokoh baru meskipun dia punya pengaruh secara nasional. Terlebih, tokoh tersebut tidak memiliki hubungan emosional dengan masyarakat Bengkulu.

Faktor kedua adalah, Menteri Eko lebih sering hadir di Bengkulu sebagai menteri dan bukan sebagai caleg, hal ini juga menyebabkan penjaringan suara tidak terkonsolidasi dengan baik.

Selain itu, Menteri Eko kurang memanfaatkan jaringan struktural partai dan kurang silaturahmi kepada warga Nahdlatul Ulama (NU) sebagai basis PKB kultural di Bengkulu. "Dia (Eko) tidak memperoleh dukungan politik dari keluarga besar NU, komunikasi politik tidak terbangun dengan baik," imbuh Riki kepada Bengkulutoday.com.

Menurut Riki, suara PKB nantinya tidak akan bergeser jauh dari hasil Pemilu 2014 lalu. Jika bertambah tidak akan banyak, jika berkurang juga tidak signifikan. Artinya, kehadiran menteri tidak berdampak signifikan. Bisa jadi justru merugikan PKB di Bengkulu karena muncul resistensi kuat dari NU.

Empat Gagal, Dua Lolos

Kini, sudah tampak bahwa ada empat menteri yang gagal ke Senayan. Mereka adalah Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri (PKB), Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi (PKB), Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Eko Putro Sandjojo (PKB), dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (PPP).

Menteri yang menjadi caleg lainnya masih ada dua. Keduanya caleg PDI-P dan kemungkinan lolos. Mereka adalah Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia, dan Kebudayaan Puan Maharani, dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H. Laoly.

Puan. Sumber : Kemenko PMK

Kedua menteri ini sudah menyampaikan optimisme akan terpilih sebagai wakil rakyat berdasarkan penghitungan suara sementara. Puan Maharani bahkan telah mengucapkan terima kasih kepada masyarakat di Dapil Jawa Tengah V yang meliputi Kabupaten Boyolali, Klaten, Sukoharjo, dan Kota Surakarta.

"Kan saya sudah hampir tiga kali jadi caleg di dapil tersebut, ya, alhamdulillah, mungkin masyarakat di sana sudah cukup mengenal saya. Terima kasih sudah memilih saya," kata Puan.

Yasona. Sumber : Netralnews

Sementara Yasonna yang maju di dapil Sumatera Utara I mengatakan, berdasarkan penghitungan suara sementara ia sudah mengantongi lebih dari 100.000 suara. Suara itu diyakini sudah cukup untuk mengantarnya ke Senayan sebagai anggota DPR RI periode 2019-2024. "Ya so far so good. Sudah diprediksi lah kira-kira begitu. Sudah lolos lah," katanya.

Penempatan para menteri di daerah pemilihan yang keliru nyatanya menyulitkan mereka meraih dukungan. Mereka belum ada di hati banyak rakyat. Mereka bukan Eko Patrio atau Mardani Ali Sera.



Berita Terkait