Ceknircek.com -- Universitas di Jerman menghentikan riset klinis yang menggunakan obat anti-malaria hydroxychloroquine untuk Covid-19.
Dilansir dari Reuters mengutip Spiegel Online pada Kamis (28/5) keputusan itu dilakukan setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memutuskan untuk menghentikan sebuah uji coba besar terkait masalah keamanan.
"Kini kami mungkin menghentikan riset (hydroxychloroquine) selama dua pekan," kata Peter Kremsner, Direktur Medis Tuebingen University Hospital kepada Spiegel, yang melaporkan keputusan itu pada Kamis sore.
Selanjutnya akan dilakukan evaluasi apakah riset tersebut akan dilanjutkan, menurut Spiegel.
Hydroxychloroquine digembar-gemborkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pejabat lainnya sebagai pengobatan potensial untuk penyakit yang disebabkan oleh virus korona.
Baca juga: Perusahaan Bioteknologi AS Mulai Uji Klinis Vaksin Covid-19
Trump mengaku mengonsumsi obat tersebut untuk membantu mencegah infeksi. Namun sejumlah negara Eropa pada Rabu mulai menghentikan penggunaan obat anti-malaria untuk mengobati pasien Covid-19, dan sebuah uji coba global kedua ditunda.
Kremsner mengatakan kepada Spiegel bahwa ia tidak memiliki indikasi efek samping yang mungkin berhubungan dengan hydroxychloroquine, mengatakan ia yakin obat tersebut mungkin dalam beberapa kasus digunakan pada pasien, di mana risiko efek sampingnya sangat tinggi.
"Saya yakin bahwa kami dapat melanjutkan uji coba," katanya seperti dikutip Spiegel. Tak ada pihak di rumah sakit universitas yang bersedia berkomentar kepada Reuters.
Hingga Jumat (29/5) menurut data terbaru Worldometers yang diperbarui pukul 11.50 WIB, menunjukkan total jumlah kasus positif korona di dunia telah sebanyak 5.909.003 kasus.
Sementara itu masih dari sumber yang sama, jumlah kematian akibat virus korona mencapai 362.081 dan total kasus sembuh mencapai 2.581.951 orang. (Ant)
BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.