Ceknricek.com - Soge ata Numba
Soge jong gelang reta
Jong gelang reta
Beli uran nora dara
Poto watu ia Dobo
Poa inga ia Dobo
Inga ia Dobo
Jong baler dadi gelang
Orang soge dari Numba
Yang mengkeramatkan jong gelang oti
Jong gelang itu
Menurunkan hujan dan panas
Mengangkat jangkar di Dobo
Mereka kesiangan di sana
Kesiangan di Dobo
Kapal itu berubah menjadi gelang
Syair adat di atas disebut 'Kleten Latar' dalam bahasa Sikka, Maumere, Flores. 'Kleten Latar' adalah sebuah syair yang menceritakan asal muasal sebuah mitos bernama 'Jong Dobo'.
'Jong Dobo' sendiri dalam Bahasa Sikka, Maumere, Flores, terdiri dari dua suku kata. “Jong” berarti perahu/kapal, sedangkan “Dobo” adalah nama perkampungan, tempat disimpannya perahu tersebut. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, artinya “Perahu di kampung Dobo”.

Sumber : adlienerz.com
Nama lengkap kampong Dobo sendiri tempat dimana 'Jong Dobo' berada adalah “Dobo Dora Nata Ulu”, artinya Puncak Dobo Kampung pertama.
Ada beberapa perkampungan yang mesti Anda lewati jika ingin berkunjung ke Kampung Dobo, yakni Kampung Habilopong, Apinggoot dan Wolomotong.
Dengan kecepatan motor hingga 60 km per jam, kita bisa tiba sekitar 30 menit dari Kota Kabupaten Sikka, Maumere.
Memasuki Kampung Dobo Anda akan disambut sebuah gapura dengan tulisan dalam bahasa Sikka, Maumere berbunyi “Uhet Dien Dat Hading” yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah Selamat datang, pintu terbuka.
Berdasarkan cerita lisan 'Kleten Latar', mitos “Jong Dobo” ini berawal dari kutukan setelah melanggar perjanjian.
Perjanjian itu adalah sebuah imbauan agar segera meninggalkan 'Kampung Dobo' sebelum fajar menyingsing. Perjanjian ini tak diindahkan dan akhirnya kapal tersebut berubah terkena kutukan menjadi miniatur kecil dalam bentuk tembaga.
Syair 'Kleten Latar' pun menceritakan awal mula pelayaran 'Jong Dobo'.
Pada abad ke tiga sebelum masehi, ada kapal besar berlayar keliling dunia yang dipercaya berasal dari Dongson (India belakang). Kapal ini berlayar dari India, Thailand, Selat Malaka terus ke Indonesia melalui Sumatera, Jawa, Irian (Aru/Dabu), Bima, Labuan Bajo (Pulau Flores).

Sumber : adlienerz.com
Kapal ini berlayar melalui pesisir pantai utara Pulau Flores, di Bajawa (Kabupaten Ngada) mereka mampir di Koli Dobo dan meneruskan hingga perjalanan ke Ende. Dari Ende, mereka meneruskan perjalanan menuju Maumere (Kabupaten Sikka) dan berlabu di Waipare, Kecamatan Kangae, mereka membuang sauh di situ, setelah beristirahat mereka melanjutkan perjalanan ke arah selatan ke Kampung Dobo.
Dalam perjalanannya ini diceritakan 'Jong Dobo' sempat menabrak karang yang bekasnya diyakini masih ada sekarang.
Untuk diketahui, saat ini kita tidak akan melihat kapal berukuran besar. Tapi sebuah miniatur kapal yang terbuat dari perunggu. Sebuah kapal yang memiliki panjang 60 cm, tinggi 12 cm dan lebar 25 cm.
Dari miniatur 'Jong Dobo' terdapat 22 kru kapal, terdiri dari kapten, tiga prajurit, 12 pendayung, tiga juru mudi dan enam penumpang bersebelahan dengan ayam dan gong. Ayam ini diyakini sebagai penentu arah waktu.