Ceknricek.com--Sekitar sebulan lalu Anies mengaku akan ada unsur kejutan soal siapa yang akan mendampinginya sebagai cawapres nanti. Kala itu, Anies menjawab pertanyaan wartawan di Jogjakarta. Ini jawaban terakhir kali, setelah Anies mengatakan hal serupa di berbagai kesempatan. Publik mungkin menduga, Anies sekedar basa basi menjawab pertanyaan jurnalis.
Informasi yang aku dapat dari orang dekat Anies, unsur kejutan itu akan mengarah ke sosok Susi Pudjiastuti. Apalagi Anies sempat bermalam di rumah Susi di Pangandaran, Jawa Barat, diajak naik mobil bak terbuka. Dibawa keliling menikmati pemandangan pantai Pangandaran, juga dijamu dengan masakan lezat mantan menteri kelautan ini. “Dugaan” ini sudah sempat aku tulis,setelah nama Yeni Wahid juga mencuat sebagai sosok lain yang bakal memberi unsur kejutan.
Yeni bahkan terang terangan langsung mendeklarasikan siap menerima tawaran jadi cawapres. Meski secara spesifik Yeni tidak menyebut tawaran cawapres dari kandidat siapa, namun publik sudah menduga Yeni akan berpasangan dengan Anies. Kala itu, Yeni hanya memberi jawaban akan memutuskan menerima tawaran Anies, Prabowo atau Ganjar setelah bulan Oktober 2023.
Dramaturgi pencarian Cawapres Anies pada akhirnya memang benar benar memberi kejutan. Sosok sekaliber Susilo Bambang Yudhoyono saja sampai tidak bisa membaca “skenario” ini. Apalagi orang awam seperti kita. Selama ini, publik meyakini, juga pengamat politik, tukang survei, bahkan internal di Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KKP), tidak lepas dari nama AHY. Tidak ada yang lain.
“Ah, Anies cuma ngomong doang ada kejutan. Mentok mentoknya ya AHY,”kata teman.
Namanya unsur kejutan, sudah pasti ending cerita akan membuat orang ternganga. Seperti di dunia kepenulisan, entah artikel opini, cerpen atau novel, membuat unsur kejutan ini yang paling susah. Bagaimana membuat orang bertanya,”Kok bisa ya?” itu butuh ketrampilan menyembunyikan fakta, hingga akhir dari tulisan atau cerita itu menimbulkan kesan membekas di benak pembaca. Entah jengkel, senang, marah atau bahkan senewen.
Dari awal aku mendengar Anies mengatakan bakal ada kejutan, sejatinya sudah mulai berfikir kejutan yang bagaimana? Pasalnya, dari sejumlah nama yang di survei, elektabilitas AHY yang paling tinggi sebagai cawapres di koalisi Perubahan untuk Persatuan. Anies tak punya pilihan lain. Tapi politik sudah pasti bukan cuma soal survei. Apalagi masih ada waktu cukup panjang untuk segera mensosialisasikan paslon ini.
Jika akhirnya ada yang kecewa, menghujat, memberi label pengkhianat, menurunkan baliho Anies bersama AHY dan lain lain, itu adalah dinamika politik yang masih bisa dipahami. Pro dan kontra terhadap keputusan Anies juga soal biasa.Bahkan ada teman yang ngomong, kalau PKB dan Nasdem akhirnya sepakat bekerjasama, nanti namanya bukan koalisi perubahan, karena PKB masih jadi bagian pemerintah.
Memang, koalisi perubahan dibentuk Nasdem bersama PKS dan Demokrat. Dua parpol terakhir berdiri diluar pemerintahan. Namun dengan Nasdem masih menjadi bagian dari pemerintahan, koalisi perubahan bisa dipastikan hanya sebagai “rumah” dan siapapun yang masuk –entah parpol didalam atau luar pemerintahan- tetap masih punya spirit perubahan.
Melihat keputusan Anies, pada akhirnya tergantung dari cara pandang kita. Jika tidak suka, hadirnya Cak Imin akan dilihat sebagai ketidakonsistenan Anies dari proses panjang yang sudah dilalui tim 8, yang merupakan representasi dari Nasdem,PKS dan Demokrat. Namun kalau melihat kebutuhan electoral Anies di wilayah Jatim dan Jateng, keputusan Anies adalah kesuksesan dia menaklukan “musuh” yang selama ini dianggap muskil untuk bisa bergabung.
Sekali lagi, Anies melunasi janjinya. Kali ini untuk memberi unsur kejutan. Ini terlepas dari ada intervensi Presiden Jokowi atau tidak. Terlepas pasangan ini akan menang atau tidak. Terlepas ada janji pada AHY atau tidak. Terlepas Cak Imin sudah “digantung” Prabowo atau tidak. Seturut perjalanan waktu, semuanya akan baik baik saja.Luka akan tersembuhkan. Kepiawaian Anies dan Cak Imin “berselancar” di ayunan ombak lautan politik, nanti akan dibuktikan di bilik suara. Kita tunggu saja.
Meruya, 2 September 2023
Editor: Ariful Hakim