Kenangan Sosok Sutopo Purwo Nugroho Ramah dan Aktif di Media Sosial | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: kumparan

Kenangan Sosok Sutopo Purwo Nugroho Ramah dan Aktif di Media Sosial

Ceknricek.com -- Sosok Dr. Sutopo Purwo Nugroho, M.Si., APU, lahir di Boyolali, Jawa Tengah, 7 Oktober 1969 dan meninggal hari ini 7 Juli 2019 di Guangzhou, Tiongkok, di umur 49 tahun.

Sutopo Purwo adalah seorang Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat di BNPB dan merupakan alumni Universitas Gajah Mada (UGM) dan Institut Pertanian Bogor (IPB).

Sumber: Istimewa

Ia bekerja di pemerintahan sebelum ia akhirnya ditempatkan di BNPB pada 2010 sebagai Direktur Pengurangan Risiko Bencana.

Awal Karir

Sutopo Purwo memperoleh gelar S-1 geografi di Universitas Gadjah Mada pada tahun 1993, dan ia menjadi lulusan terbaik di sana pada tahun itu. Ia memeroleh gelar S2 dan S3 di bidang hidrologi di Institut Pertanian Bogor.

Sumber: Fotokita - Grid.ID

Setelah lulus, ia mulai bekerja di BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) pada 1994. Ia kemudian bekerja pada bidang penyemaian awan. Perlahan-lahan, Sutopo mulai naik pangkat ke Peneliti Senior Utama. Kemudian, ia membantu BNPB sebelum bekerja secara penuh di sana pada Agustus 2010.

Awalnya, Sutopo bekerja pada Direktur Pengurangan Risiko Bencana. Di bulan-bulan pertama Sutopo bekerja, terjadi bencana-bencana terkenal yang menerjang Indonesia seperti banjir di Wasior, gempa bumi dan tsunami di Mentawai dan erupsi Gunung Merapi.

Sutopo menjadi Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat di November pada tahun itu. Menurut Sutopo, ia menolak posisi tersebut 3 kali, sebelum menerima bahwa ia ditunjukkan S3-nya, berkata bahwa orang akan memercayainya lebih karena itu.

Mendapat Sejumlah Penghargaan

Sutopo terhitung mendapatkan sejumlah penghargaan karena dedikasinya terhadap masyarakat Indonesia, bahkan Presiden Joko Widodo pernah mengatakan Sutopo adalah salah seorang inspirator untuk Indonesia. Hal ini bukan tanpa sebab, Sutopo pernah ditetapkan sebagai "The Most Inspirational ASN 2018" pada Acara Malam Apresiasi Anugerah ASN 2018 di TVRI Jakarta, Selasa (11/12/2018) lalu.

Sumber: Istimewa

Sutopo juga aktif menggunakan sosial media, yakni Twitter dan Instagram. Melalui Twitter, Sutopo selalu menjelaskan bencana yang terjadi di Indonesia. Dia juga kerap membalas pesan yang dikirimkan masyarakat.

Dia sudah mem-posting cuitan lebih dari 13.000 per Minggu (7/7/2019). Tercatat 234.000 akun menjadi follower atau pengikutnya di akun Twitter pribadinya.

Ayah dua anak ini juga rajin mengirimkan rilis pers kepada wartawan. Dia selalu berusaha menjawab pesan atau telepon wartawan yang bertanya soal bencana.

Dia tak pernah membeda-bedakan wartawan, dari media mana pun dia akan ladeni wawancara meski hari sudah larut.

Sumber: Istimewa

Di kala bencana datang tiba-tiba di tengah malam, dia pun denan sigap menyebar informasi yang lengkap kepada wartawan lewat grup WhatsApp media yang dibentuknya.

Bahkan, pernah pula di saat kondisinya kian memburuk, Sutopo tetap nekat menggelar jumpa pers. Padahal, beberapa jam sebelumnya, Sutopo harus dipasang infus di rumah sakit.

Suatu ketika Sutopo menemani bosnya, Kepala BNPB Syamsul Maarif di sekitar tahun 2015 melakukan rapat bersama Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta. Sutopo tak ikut masuk ke dalam ruang rapat yang berada di gedung Kantor Presiden.

Sumber: Istimewa

Dia setia menunggu bosnya itu sambil bercengkrama dengan wartawan. Meski cerita demi cerita mengalir dari Pak Topo, demikian dia dipanggil, tangannya terlihat sangat cekatan mengetik di ponselnya.

"Bapak bikin rilis dari situ?" tanya wartawan.

"Iya, saya belajar banyak dari wartawan bagaimana harus mengetik cepat. Jadi saya ini kerjanya mirip-mirip wartawanlah, ada informasi apa langsung ketik, harus cepat," tutur Sutopo.

"Enggak pusing Pak ngetik di HP?" tanya wartawan lagi.

"Ini yang paling praktis. Kalau sudah selesai bisa langsung disebarkan di grup-grup WhatsApp. Cuma saya masih ada PR, karena yang kayak begini di kantor cuma saya, harusnya staf-staf saya juga belajar dari wartawan," ujar dia.

Memang benar, Sutopo lalu menunjukkan ponselnya. Di situ dia sedang mengetik sebuah informasi penanganan bencana di sebuah wilayah. Dia menghimpun informasi-informasi yang didapatnya dari lapangan melalui BPBD di berbagai daerah.

Di saat wartawan mewawancarai Kepala BNPB usai rapat, Sutopo juga tak lepas dari ponselnya. Dia terkadang mencatat pokok-pokok penting yang disampaikan atasannya itu.

Sosoknya pun semakin dicintai wartawan lantaran Sutopo tak hanya sekadar memberikan informasi terkait bencana yang berlangsung. Namun, dia juga tak segan membagikan ilmu bumi yang dikuasainya kepada wartawan agar memahami konteks bencana yang terjadi.

Sumber: Detik

Majalah "The Straits Times" menyebut Sutopo sebagai "pejabat Indonesia yang paling sering dikutip dalam berita selama bencana berlangsung". Selama kerjanya di BNPB, ia diberi penghargaan "Public Campaigner" di tahun 2016 dan 2017.

Selain itu ada juga beberapa penghargaan di antaranya Liputan6 Awards kategori pengabdian masyarakat, "The First Responders 2018" dari harian The Straits Times.

Sosok Ramah dan Rendah Hati

Sutopo adalah sosok ramah dan juga rendah hati, hal ini diakuinya bahwa dirinya pribadi bukan orang pintar dan cerdas. sutopo juga mengaku tidak pernah jadi anak pintar semasa awal sekolah. Kelas 2 SD, misalnya, Sutopo belum bisa baca tulis.

Ia juga berasal dari keluarga yang kekurangan. Namun, hal tersebut tak menjadi alasan dirinya untuk menyerah. Ia punya semangat untuk belajar dan mengejar ketertinggalan pelajaran.

Sumber: Tribunnews

Hingga akhirnya, ia menjabat sebagai kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNBP pada usia 40-an. Dari sisi akademis pun, dia telah tamat S3.

Meski demikian, tak mudah menjadi seorang Sutopo. Sebagai salah satu pentolan BNPB, ia kerap kali dimaki dan dihujat orang, bahkan diancam karena selalu menyampaikan data dan fakta apa adanya, tanpa dikurangi, apalagi dilebihkan.

“Pernah juga saya bikin rilis bencana nasional, yang menghujat banyak sekali. Ada yang bilang, pengkhianat kamu Sutopo, mati kamu!” kata Sutopo.

Baginya, kejujuran kepada publik adalah kunci. Ia selalu menyampaikan fakta, tanpa mau menutup-nutupi apalagi membohongi.

Sutopo juga termasuk sosok publik yang berani minta maaf ke masyarakat terkait kesalahannya. Salah satu contohnya Sutopo mewakili BNPB mengakui kesalahan terkait informasi awal bencana tsunami yang menerjang Banten dan daerah sekitarnya di Selat Sunda, 22 Desember 2018 lalu.

Saat itu, Sutopo melalui akun twitternya, sempat menegaskan bahwa tidak terjadi gempa dan tsunami di daerah tersebut. Gelombang air laut yang menerjang daratan itu, diduga karena gelombang pasang akibat peristiwa bulan purnama.

Belakangan, Sutopo segera meralat pernyataannya itu setelah BNPB dan BMKG mendapat data dan laporan lengkap, bahwa yang terjadi memang tsunami.

"Saya sudah minta maaf (di twitter)," ucap Sutopo saat itu.

Divonis mengidap kanker paru-paru stadium 4B

Sutopo mengaku kerap batuk. Ia memilih mengonsumsi obat pasaran untuk menyembuhkan batuknya tersebut. Namun, lama-kelamaan ia batuk dengan durasi sembuh yang cukup lama.

Akhirnya, Sutopo memutuskan untuk memeriksa kesehatannya ke dokter spesialis jantung pada akhir 2017. Kala itu, ia dinyatakan sehat dan terbebas dari penyakit. Dokter hanya mengatakan bahwa asam lambungnya tinggi.

Pada Januari 2018, Sutopo kembali berinisiatif mengecek kesehatan ke dokter spesialis paru-paru. Dari situlah ia tahu kanker telah bersarang di tubuhnya. Ia divonis kanker paru-paru stadium 4B pada 17 Januari 2018.

Sumber: Detik

“Kaget saya. Kanker? Aduh gimana ini. Saya pulang ke rumah, enggak bilang sama anak istri saya,” kata Sutopo Kamis (4/10/2018) lalu.

Tak merasa yakin dengan vonis dokter, Sutopo berusaha mencari opini dokter lainnya terkait kesehatannya. Ia pun mengecek kesehatannya di Malaysia. Hasilnya sama, dokter memvonis Sutopo mengidap kanker paru-paru stadium 4B.

Berobat ke Guangzhou, China

Saat divonis mengidap kanker paru-paru, Sutopo pernah berpikir untuk menyerah dan melepas jabatan kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB. Namun, ia sadar bahwa masyarakat membutuhkan dirinya.

Ia pun mencoba untuk ikhlas dengan bekerja dan menghadapi penyakitnya.

Sumber: Istimewa

“Awalnya saya berpikir, kenapa harus saya (yang sakit). Tapi ya sudah, saya nikmati aja. Ya sudah saya ikhlas. Kan ini perjalanan hidup. Bapak saya selalu menasihati saya, orang itu hidup tidak selamanya lurus seperti yang kita harapkan, ada kalanya kita terperosok ke jurang ke lembah, ya sudah diterima,” kata Sutopo.

Sutopo mulai rutin menjalani pengobatan. Ia menjadi pasien di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Jakarta.

Sutopo melakukan kemoterapi tiga minggu sekali. Beberapa treatment pun sudah dilakukan untuk penanganan penyakitnya. Setiap hari, ia harus minum bermacam-macam obat.

Tak jarang, Sutopo juga merasa jenuh atas perawatan penyakitnya. Kematian juga kerap membayangi dirinya.

Namun, doa dari masyarakat dan kebutuhan masyarakat akan dirinya selalu jadi penyemangat.

“Makna hidup itu bukan ditentukan panjang pendeknya usia, tapi seberapa besarnya kita bermanfaat buat sesama,” kata Sutopo.

Sumber: Istimewa

Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk bertolak ke Guangzhou, China untuk berobat penyakit kanker paru selama sebulan.

Kabar tersebut ia sampaikan melalui akun Instagram miliknya, @sutopopurwo pada Sabtu (15/06/2019).

"Hari ini saya ke Guangzou untuk berobat dari kanker paru yang telah menyebar di banyak tulang dan organ tubuh. Kondisinya sangat menyakitkan sekali," kata Sutopo di akun Instagram.

Ia menjalani pengobatan di sana hingga menghembuskan nafas terakhir tanggal 7 Juli 2019.



Berita Terkait