Ketua DPP PSI Tsamara Amany Resmi Bertunangan Dengan Dosen New York University | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Instagram @tsmaradki

Ketua DPP PSI Tsamara Amany Resmi Bertunangan Dengan Dosen New York University

Ceknricek.com -- Ketua DPP PSI Tsamara Amany resmi bertunangan dengan dosen New York University (NYU), Profesor Ismail Fajrie Alatas, Minggu (7/7) kemarin. Siapa sih Profesor Ismail Fajrie Alatas?

"Jadi Prof. Ismail Fajrie, dia dosen muda di NYU. Dia profesor di NYU. Ngajar spesifikasinya Timur Tengah dan kajian Islam. Tapi pendekatannya antropologi," kata Tsamara, Senin (8/7). 

Tsamara mengungkapkan, meski menjadi dosen di NYU, calon suaminya itu juga aktif di Indonesia. Pria yang disapa Aji itu, kata Tsamara, kerap melakukan penelitian di Indonesia. 

"Dia banyak meneliti di Indonesia. Karena hasil penelitian dia itu banyak mengenai Islam di Jawa, Jawa, mengenai Habib Luthfi dan juga mengenai Indonesia secara keseluruhan dan Islam keseluruhan juga sering dia bahas," katanya. 

Seorang Antropolog dan Sejarawan

Dalam biodatanya yang ditulis di situs resmi NYU, Aji disebut sebagai antropolog dan sejarawan. Minat utamanya adalah Islam di Samudra Hindia serta hubungan historis dan kontemporer antara Asia Tenggara dan Arab Selatan. 

"Pekerjaan saya meneliti persimpangan otoritas agama, pembentukan sosial, mobilitas, semiotika, dan praktik komunikatif dengan fokus pada Hukum Islam, Sufisme, dan diaspora Hadrami di Indonesia (yaitu, mereka yang melacak asal-usul mereka ke lembah Hadramaut di Yaman Selatan). Bidang pengajaran saya meliputi Sejarah dan Antropologi Islam, Hukum dan Masyarakat Islam, Islam dan Politik, Tasawuf, Islam di Dunia Samudra Hindia dan di Asia Tenggara," demikian tertulis dalam biodata Aji. 

Aji juga kerap mendapatkan fellowship dari berbagai institusi. Selain menerbitkan jurnal-jurnal internasional, Aji juga tercatat telah menerbitkan sejumlah buku dalam biodatanya. 

Dalam biodatanya itu juga tertulis, Aji tengah menggarap buku yang menyelidiki hubungan antara otoritas agama Islam pasca-Nabi dan pembentukan sosial dalam sejarah dan kontemporer Indonesia dan Yaman dengan mengamati beberapa cendekiawan Muslim dan wali-wali Allah, dan jemaah mereka.

"Saya juga dalam tahap awal mengembangkan proyek panjang buku lain yang mempelajari pengembangan kesadaran hukum Islam di kalangan Muslim tradisionalis biasa di Jawa. Oleh Muslim tradisionalis biasa, yang saya maksud adalah mereka yang tidak berpendidikan di seminari-seminari Islam dan sering dengan rendah hati digambarkan oleh para sarjana dan lulusan seminari sebagai 'orang awam' (dari bahasa Arab 'awam', yang berarti orang biasa) yang tidak terseret dalam hukum Islam," lanjutnya.



Berita Terkait