Ceknricek.com -- Tepat tanggal hari ini, 24 April 1778 silam, terbentuklah sebuah lembaga yang didirikan oleh sekelompok ilmuwan dari Negeri Belanda di Batavia (Jakarta). Namanya Bataviasch Genootschap Van Kunsten en Wetenschapen.
Lembaga independen yang bertujuan untuk memajukan penelitian, khususnya dalam bidang seni, arkeologi, etnologi, biologi, dan sejarah itu, 241 tahun kemudian, menyimpan sekitar 160.000-an benda-benda bernilai sejarah dan dikenal dengan nama Museum Nasional.
Sejarah Awal
Menjelang akhir abad ke-18, di Eropa tengah terjadi revolusi intelektual (the age of enlightenment). Pada tahun 1752, berdiri perkumpulan ilmiah Belanda bernama De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen, di Harlem.

Sumber : Historia
Beberapa puluh tahun kemudian, pemerintahan Belanda di Batavia juga berniat mendirikan organisasi yang sejenis bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG) pada 24 April 1778.
Dikutip dari historia, sejarawan Bonnie Triyana mengungkapkan bahwa pada masa itu masyarakat Eropa sedang keranjingan dengan pemikiran-pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan.
“Ada semacam penciptaan ilmu pengetahuan untuk mengenal jajahan, seperti munculnya kajian indologi,” ungkap Bonnie, dalam bedah buku Cerita dari Gedung Arca di Museum Nasional, beberapa waktu lalu.
Dengan semboyan “Ten Nutte van het Algemeen” yang berarti untuk kepentingan masyarakat umum, salah seorang pendiri lembaga ini, Jacobus Cornelis Mattheus Rademacher, akhirnya menyumbangkan sebuah rumah miliknya di jalan Kalibesar, yang pada masa itu merupakan kawasan perdagangan penting di Batavia.
Radermacher juga mengikhlaskan koleksinya berupa buku, naskah, alat musik, mata uang, spesimen flora, tanaman kering, dan sebagainya. Pada masa itu, kalangan atas gemar mengoleksi benda-benda unik dan antik (antiquarian).
Tahun 1779 rumah koleksi tersebut akhirnya dibuka dan dipamerkan untuk umum. Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles juga memerintahkan pembangunan gedung baru untuk digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society (dulu disebut gedung “Societeit de Harmonie”).
Alasan pembangunan gedung baru ini tak lain karena rumah di jalan Kalibesar sudah penuh dengan berbagai koleksi. Bangunan ini berlokasi di Jalan Majapahit Nomor 3. Sekarang di tempat ini berdiri kompleks Gedung Sekretariat Negara, di dekat Istana Kepresidenan.

Gedunga A Museum Nasional Pada Tahun 1868. Sumber : Sistem Registrasi Cagar Budaya
Setelah Indonesia merdeka, BG terus berjalan. Namanya berganti menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia pada 1950 dan dibubarkan pada 1962. Namun, museumnya masih berdiri dan dikenal dengan Museum Pusat. Baru pada 1979, namanya berubah jadi Museum Nasional.
Harga Mahal di Balik patung Gajah
Selain dikenal dengan nama Museum Nasional , di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya penduduk Jakarta menyebutnya dengan “Gedung Gajah” atau “Museum Gajah”. Penamaan ini dikarenakan pada halaman depan museum terdapat sebuah patung gajah perunggu yang merupakan hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke Hindia Belanda.

Sumber : Historia
Ada cerita menarik terkait pemberian Patung Gajah dari Raja Thailand yang dinilai ‘dibayar terlalu mahal’ oleh beberapa sejarawan. Pada 1896, Raja Chulalongkorn dari Siam (Thailand) berkunjung ke Jawa. Dia kemudian meminta izin kepada pemerintah kolonial Belanda untuk membawa pulang sembilan gerobak penuh dengan arca dan karya seni dari masa klasik Jawa.
Dalam "Borobudur: Golden Tales of the Buddhas", John Miksic mengungkapkan oleh-oleh yang diminta sang raja itu termasuk 30 relief, lima arca Buddha, dua arca singa, beberapa langgam Kala yang biasanya ada di bagian atas pintu masuk candi dan arca Dvarapala yang merupakan temuan dari Bukit Dagi, yaitu bukit yang berada sekira beberapa ratus meter di barat laut Candi Borobudur.
Raja Chulalongkorn kemudian mengangkut semua arca dan relief yang sangat berharga itu ke negerinya, Thailand. Sebagai gantinya, dia hanya memberikan patung gajah yang sekarang terpajang di halaman depan Museum Nasional, Jakarta.
Koleksi Museum
Hingga saat ini Museum Nasional yang berada di Jalan Medan Merdeka Barat No.12, Kota Jakarta Pusat ini telah menyimpan 160.000-an benda-benda bernilai sejarah yang terdiri dari 7 jenis koleksi prasejarah, arkeologi masa Klasik atau Hindu-Budha; Numismatik dan Heraldik; Keramik; Etnografi, Geografi, dan Sejarah.

Bodhisattwa Mañjusri Salah Satu Koleksi Museum Nasional. Sumber : Istimewa
Kompleks Museum Nasional dibangun di atas tanah seluas 26.500 meter persegi dan hingga saat ini mempunyai 2 gedung. Gedung A digunakan untuk ruang pamer serta penyimpanan koleksi. Sedangkan Gedung B, dikenal pula dengan sebutan Gedung Arca, yang selain digunakan untuk pameran juga digunakan untuk kantor, ruang konferensi, laboratorium, dan perpustakaan.