Mengenang Gaung 64 Tahun Konferensi Asia Afrika | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Sumber : Suluh Pergerakan

Mengenang Gaung 64 Tahun Konferensi Asia Afrika

Ceknricek.com --  Pagi itu meskipun dingin, sejak fajar menyingsing, sepanjang Jalan Asia Afrika Bandung dari mulai depan Hotel Preanger sampai kantor pos penuh sesak oleh rakyat yang ingin menyambut dan menyaksikan para tamu dari berbagai bangsa di dunia.

Para petugas keamanan yang terdiri dari tentara dan polisi juga telah siap di tempat tugas mereka untuk menjaga keamanan dan ketertiban. Mereka bukan sedang menunggu sebuah festival, namun ingin menjadi saksi dari kelahiran bangsa Asia dan Afrika baru.

Tepat pada tanggal hari ini, 18 April 1955, diselenggarakan sebuah konferensi untuk mempertemukan bangsa-bangsa Asia dan Afrika di Gedung Merdeka, Bandung, Konferenasi Asia Afrika (KAA).

Sumber : Pinterest

Konferensi yang dinanti-nantikan rakyat Indonesia dan berlangsung 18-25 April 1955  tersebut diselenggarakan oleh lima negara antara lain Indonesia sebagai tuan rumah, India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma (Myanmar) dengan diwakili perdana menteri masing-masing (Ali Sastramidjojo, Pandit Jawaharlal Nehru, Muhammad Ali, Sir John Kotelawala, dan U Nu).

Lima penyelenggara konferensi tersebut  mengupayakan forum yang bisa menggaungkan suara rakyat Asia dan Afrika ditengah dominasi bangsa kulit putih dan Perang Dingin. Dengan dihadiri 29 negara peserta dan 200 delegasi itu, lalu lahirlah manifesto Dasasila Bandung.

Bagi Indonesia, KAA telah menorehkan tinta emas dalam perjalanan sejarah bangsa. Republik yang belum genap  berusia sepuluh tahun itu, telah tampil sebagai pelopor kebangkitan bangsa-bangsa kulit berwarna.

Gema Untuk Dunia Dari  Kota Bandung

Sekitar pukul 08.30 WIB, para delegasi dari berbagai negara berjalan meninggalkan Hotel Homann dan Hotel Preanger menuju Gedung Merdeka secara berkelompok untuk menghadiri pembukaan Konferensi Asia Afrika. Perjalanan mereka kemudian dikenal dengan nama “Langkah Bersejarah” (The Bandung Walks).

Sumber : Pinterest

Tidak lama kemudian rombongan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, Soekarno dan Mohammad Hatta, tiba di depan Gedung Merdeka dan disambut oleh rakyat dengan sorak-sorai dan pekik “merdeka”. Di depan pintu gerbang Gedung Merdeka kedua pimpinan Pemerintah Indonesia itu disambut oleh lima perdana menteri negara sponsor.

Dikutip dari asianafricanmuseum, setelah diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia, “Indonesia Raya”, Presiden Indonesia, Soekarno, mengucapkan pidato pembukaan yang berjudul “Let a New Asia And a New Africa be Born” (Mari Kita Lahirkan Asia Baru dan Afrika Baru).

“Saya berharap konferensi ini akan menegaskan kenyataan, bahwa kita, pemimpin-pemimpin Asia dan Afrika, mengerti bahwa Asia dan Afrika hanya dapat menjadi sejahtera, apabila mereka bersatu, dan bahkan keamanan seluruh dunia tanpa persatuan Asia Afrika tidak akan terjamin.”

Presiden Soekarno juga menegaskan, pertemuan tersebut merupakan kelahiran kembali Asia dan Afrika, “saya berharap, bahwa akan menjadi kenyataan, bahwa Asia dan Afrika telah lahir kembali. Ya, lebih dari itu, bahwa Asia Baru dan Afrika Baru telah lahir!”

Sumber : Pinterest

Singkat cerita, setelah melalui sidang-sidang yang menegangkan dan melelahkan selama satu minggu, sidang umum terakhir Konferensi Asia  Afrika pun dibuka (25/4/95). Dalam sidang umum yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Konferensi Roeslan Abdulani, rumusan pernyataan dari tiap-tiap panitia (komite) sebagai hasil konferensi pun akhirnya dibacakan.

Sidang Umum menyetujui seluruh pernyataan tersebut, kemudian dilanjutkan dengan pidato sambutan para ketua delegasi. Ketua konferensi, Ali Sastroamidjojo menyampaikan pidato penutupan dan menyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika ditutup.

Konsensus itu lalu dituangkan dalam komunike akhir, yang isinya adalah mengenai: kerja sama ekonomi; kerja sama kebudayaan; hak-hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri; masalah rakyat jajahan dan masalah-masalah lain; serta deklarasi tentang memajukan perdamaian dunia dan kerja sama internasional.

Deklarasi yang tercantum pada komunike tersebut, selanjutnya dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung, yaitu suatu pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia.

Museum Konperensi Asia Afrika; Menjaga Arsip Merawat Ingatan

Dalam memperingati Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-64, Museum KAA juga sudah menyiapkan sejumlah acara. Dari beberapa kegiatan  yang sudah berlangsung sejak Maret  itu, dilansir dari jabarekspres  sudah banyak rangkaian agenda yang diselenggarakan museum di jalan Asia Afrika No.65  Bandung, tersebut.

Museum KAA Bandung. sumber : Poskota

”Pra-event sudah mulai sejak Maret dengan skala lebih kecil. Pada 10 Maret kita be­kerja sama dengan Mata Hati Indonesia nonton bareng penyandang disabilitas. Pada 26 Maret bersama IFI (Institut Francais Indonesia) mem­buat dongeng untuk siswa SD. Lalu 4 April kegiatan donor darah,” kata Meinarti Fauzie, Kepala Museum KAA di Taman Sejarah, Jalan Aceh, Bandung, Selasa (16/4/2019).

Meinarti Fauzie Kepala Museum KAA. Sumber : AyoBandung.com

Meinarti memaparkan, kegiatan itu akan berlanjut dengan pertemuan mahasiswa dari berbagai negara pada 24 April mendatang. Untuk acara ini, Museum KAA bekerjasama dengan Telkom University.

”Tanggal 24 nanti international student gathering. Kita undang 150 mahasiswa asing yang sedang menimba ilmu di Kota Bandung dan ada juga yang berasal dari kota lain. Kita undang Kemenlu dan Telkom University sebagai narasumber,” jelasnya.

Dalam acara tersebut, pihaknya juga mengundang kehadiran saksi sejarah dari KAA 64 tahun lalu,Kisah para pemimpin negara yang berkumpul di Kota Bandung ini akan kembali dikuak pada Senin (29/4/2019).

Sebagai acara penutup, Meinarti meyiapkan Bandung Historical Study Games (BHSG). Yakni para peserta akan diajak berkeliling menyusuri sejumlah tempat bersejarah di Kota Bandung.

Rencananya, BHSG akan dimulai dari Gedung Dwi­warna, Jalan Diponegoro lalu berakhir di Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika. Acara ini akan dilaksanakan pada Sabtu (4/5/2019).

”Ada Bandung Historical Study Games, ada 100 relawan KAA terlibat, menjelajahi 19 titik sejarah di Kota Bandung. Spirit kami ingin melestarikan nilai Asia Afrika, dan nilai Dasasila Bandung. Kami gaungkan selalu setiap KAA. Di sini juga ada prinsip gotong royong dan kesetiakawanan,” pungkas Meinarti.



Berita Terkait