Ceknricek.com - Dengan pakem wayang kontemporer, mendiang Ki Enthus Susmono berhasil menggaet simpati para penikmat seni pewayangan di Indonesia. Hasilnya beragam penghargaan disabet oleh pria yang sempat menjadi orang nomor satu di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah itu.
Duka mendalam dirasakan para penikmat seni pewayangan di Indonesia. Salah satu dalang terbaik negeri ini, Ki Enthus Susmono, meninggal Senin (14/5) lalu, karena serangan jantung. Bupati Tegal, Jawa Tengah itu mengembuskan napas terakhir saat hendak menghadiri acara pengajian di wilayah Desa Argatawang, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal. Di tengah perjalanan usai bertemu dengan para tokoh masyarakat di Desa Kajenengan, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Ki Enthus mengeluh sesak napas, mual, dan bahkan jatuh pingsan.
Para pejabat yang ikut dalam rombongan segera membawa Ki Enthus ke Puskesmas Jatinegara untuk mendapatkan pertolongan pertama. Karena keterbatasan peralatan, pihak puskesmas merujuknya ke RS Dr. Soeselo, Slawi. Sayang, penanganan medis yang dilakukan pihak rumah sakit, tak membuahkan hasil positif. Ki Enthus pun meninggal di usia 52 tahun.
Kabar meninggalnya Ki Enthus mengentak banyak pihak, termasuk para pendukungnya yang bersiap mengantarkannya meraih kursi Bupati Tegal periode kedua. Yang paling merasa kehilangan adalah para pecinta seni pewayangan. Mereka kehilangan sosok dalang dengan segudang prestasi dari karya-karya yang dibuatnya.
Baca : Kiprah Ki Enthus & Wasiat Sang Ayah
Semasa hidup, beragam penghargaan diterima Ki Enthus dalam kiprahnya sebagai seorang dalang. Ini tak lepas dari kreativitas dirinya dalam memainkan dan menciptakan pakem wayang tersendiri. Ia menciptakan karakter-karakter baru dalam dunia pewayangan, yang dikenal dengan sebutan wayang Rai Wong.
Wayang Rai Wong
Wayang Rai Wong atau wayang dengan wajah manusia ini adalah bagian dari kreativitas Ki Enthus dalam membuat cerita-cerita wayang berdasarkan peristiwa kekinian. Dengan cara itu terciptalah tokoh-tokoh baru dari lakon cerita yang dipentaskan, seperti George W. Bush, Saddam Hussein, Osama bin Laden, Batman, dan Harry Potter.
Ki Enthus tidak ingin terikat pada pakem pewayangan klasik yang selama ini dianut para dalang secara umum. Dia ingin wayang bisa diterima oleh generasi masa kini, dengan gebrakan melalui kreasi-kreasi cerita ciptaannya. Terobosan ini membuat namanya langsung melambung. Ki Enthus dikenal sebagai dalang nyentrik, yang memiliki banyak penggemar lintas generasi.
Bahkan dari kreasinya itu, Ki Enthus pernah mendapat penghargaan Rekor Muri sebagai dalang paling kreatif. Penilaian didasarkan pada kreasi jenis wayang terbanyak, yang mencapai 1.491 wayang pada 2007. Prestasi itu menjadi rentetan dari beberapa prestasi sebelumnya seperti Dalang terbaik se-Indonesia dalam Festival Wayang Indonesia 2005.
Baca : Warisan Rumah Wayang Dari Ki Enthus
Pada tahun yang sama ia juga menerima penghargaan gelar Doktor Honoris Causa bidang seni budaya dari International Universitas Missouri, U.S.A, dan Laguna College of Bussines and Arts, Calamba, Filipina.
Eksistensinya di dunia pewayangan kontemporer semakin diakui saat ia ditunjuk pemerintah Indonesia menjadi delegasi dalam Festival Wayang Internasional di Denpasar, Bali, pada 2008. Ki Enthus juga kerap mengadakan berbagai pameran. Beberapa karya ciptaannya diakui dunia dan tersimpan di beberapa museum di Belanda, Jerman, dan New Mexico.
Puncak prestasi Ki Enthus ketika ia berhasil memenangkan ajang pemilihan Bupati Tegal, Oktober 2013. Berpasangan dengan Umi Azizah, mereka unggul tipis dari pasangan Edi Utomo – Abasari, yang menjadi rival beratnya karena didukung partai besar. Ki Enthus-Umi Azizah dilantik sebagai Bupati Tegal oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, pada 8 Januari 2014.
Menjelang pelaksanaan pilbup Tegal, Juni 2018 mendatang, pasangan Ki Enthus – Umi Azizah kembali maju lagi sebagai kandidat. Namun, sebelum masa itu tiba, Ki Enthus berpulang karena serangan jantung. Kuat dugaan, almarhum mengalami kelelahan akut, karena padatnya jadwal kegiatan, baik sebagai dalang maupun calon bupati.
Di tengah aktivitasnya sebagai bupati, Ki Enthus tetap menjalankan profesinya sebagai dalang. Undangan pementasan ke berbagai daerah ia jalani sebagai ekspresi atas kecintaannya pada seni budaya yang satu ini.