Millet System dan GKI Yasmin | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Sumber: Istimewa

Millet System dan GKI Yasmin

RNI (Rangkaian Ngopi Imajiner) bersama Gus Dur

Ceknricek.com--Sejak diskusi Februari lalu terkait chat GPT, hingga saat ini sudah lebih dari 1000 petinggi perusahaan teknologi terkemuka dunia, termasuk Elon Musk dan Steve Wozniak, telah merilis petisi online guna meminta penundaan selama enam bulan proses pengembangan chatbot pintar berbasis AI (Artificial Intelligence) chat GPT. Petisi bertajuk ‘Pause Giant AI Experiments: An Open Letter yang diinisiasi oleh Future of Life Institute tersebut telah ditandatangani oleh lebih dari 1344 orang, permintaan penundaan tersebut dimaksudkan agar tersedia waktu mengelola risiko beserta segenap antisipasi agar chatbot AI tersebut dapat digunakan dengan aman tanpa bersifat merusak dan berbahaya bagi kemanusiaan. Belum lagi Italia sudah menyatakan pelarangan penggunaan teknologi pintar tersebut yang bakal diikuti oleh beberapa negara lainnya, bagaimana Indonesia ya?

Ironis, barangkali kata ini kerap muncul dalam menjawabnya, betapa tak! Tatkala dunia berpacu kecanggihan teknologi digital, di tanah air tercinta masih ada saja khalayak yang percaya pada ilmu pesugihan, penggandaan uang hingga menjadi korban dan terbunuh sebanyak 12 orang atau lebih yang masih terus diselidiki. Begitu dahsyatkah ambisi dan keinginan cepat kaya merajai diri manusia seutuhnya hingga terbebat akal sehat bahkan mungkin imannya? Eh, di tengah kecamuk benak merenungkan hal itu, tiba-tiba saja:

”Sudah…, jeda dulu Mas, lagi puasa koq mikir berat-berat, nyante aja..dinikmati..saya aja baru berlibur melihat-lihat keindahan Hagia Sophia di Turkiye bersama sahabat saya Mustafa Kemal Ataturk lhoo..sungguh indah dan mengandung banyak sejarah serta hikmah. Sangat pas dan relevan sekali di tengah bulan Ramadhan saat ini untuk dibahas. Bangunan indah nan sangat bersejarah ini menyimpan banyak pesan betapa toleransi dan keberagamaan di Turkiye sudah tertanam dan tumbuh subur sejak dahulu kala, tepatnya saat kekaisaran Ottoman sepanjang lebih enam abad.

Hagia Sophia

Kekaisaran Ottoman adalah kerajaan Muslim yang ada dari abad ke-14 hingga awal abad ke-20. Selama masa pemerintahannya, kekaisaran adalah rumah bagi beragam komunitas Muslim, Kristen, dan Yahudi. Ottoman memiliki kebijakan toleransi beragama dan mengizinkan komunitas non-Muslim untuk hidup di bawah hukum dan adat mereka sendiri. Kebijakan ini dikenal sebagai sistem millet, yang merupakan kata Arab yang berarti "bangsa" atau "masyarakat". Di bawah sistem millet, komunitas non-Muslim diberi otonomi dan bertanggung jawab atas urusan mereka sendiri, termasuk urusan agama, sosial, dan hukum. Setiap millet memiliki pemimpinnya sendiri, atau "patriark", yang bertindak sebagai penghubung antara komunitas dan otoritas Ottoman.

Patriark bertanggung jawab untuk mengumpulkan pajak, menjaga hukum dan ketertiban, dan mewakili kepentingan masyarakat kepada pemerintah Ottoman. Sistem millet memungkinkan keragaman agama dan koeksistensi di Kekaisaran Ottoman. Orang Kristen dan Yahudi diizinkan untuk menjalankan agama mereka dengan bebas dan dibebaskan dari dinas militer dan pajak yang dikenakan pada umat Islam. Namun, mereka tetap tunduk pada batasan-batasan tertentu, seperti tidak diperbolehkan membangun gereja atau sinagoga baru atau menyebarkan agama kepada umat Islam.

Sejarah tersebut mendapatkan bukti nyata dalam masih tegaknya Hagia Sophia hingga kini yang dulunya adalah sebuah Gereja Kristen Orthodox lalu diubah fungsinya menjadi masjid megah saat masa kekaisaran Ottoman yang diperindah dengan beragam nuansa arsitektur khas Kesultanan Ottoman. Tidak dirusak, apalagi dibakar, sungguh sebuah tepa-selira yang berbudi sekaligus menyelamatkan nilai sejarah budaya bangsa Turkiye.

Saya sejatinya malu dengan sahabat saya asal Turkiye tersebut, tetapi tetap bersyukur bahwa salah satu masalah pendirian Gereja GKI Yasmin akhirnya diresmikan setelah sepanjang 15 tahun tertunda. Hal ini kian menegaskan bahwa bangsa kita masih memiliki nurani dan akal sehat yang mendukung keberagaman dan toleransi sebagai realitas dunia ciptaanNYA. Ini menjadi catatan penting bagi kita bersama, utamanya dalam menyambut Lebaran yang tak lama lagi tiba…ayook Mas kita sambut bersama dengan penuh suka-cita dan saling menghormati anak bangsa..’’, begitu celoteh Gus Dur untuk kemudian kembali lenyap. Saya hanya bisa tertegun, terima kasih atas segala nasehatnya Gus…

.*)Greg Teguh Santoso, pemikir lepas, sedang menuntaskan studi doktoral sembari berbagi ilmu di beberapa kampus juga melalui tulisan.


Editor: Ariful Hakim


Berita Terkait