RNI (Rangkaian Ngopi Imajiner) bersama Gus Dur
Ceknricek.com--Beberapa hari terakhir, khalayak ramai membincangkan mimpi Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY yang beliau sebarkan via media sosial. Beragam tanggapan dari beragam pihak beserta analisis maupun komentarnya berjibaku di aneka kanal daring maupun media konvensional, amat menantang untuk direfleksikan lebih lanjut, memang! Dalam realitas kehidupan, diakui atau tidak, mimpi selalu menarik untuk dibahas dalam berbagai sudut pandang karena masing-masing individu mempunyai perbedaan dalam menyikapi mimpinya.
Ada yang menganggap mimpi adalah sebagai "bunga tidur" dengan kata lain sebagai hal yang wajar terjadi ketika tidur, namun tidak sedikit juga yang acap-kali menghubungkan mimpi-mimpinya dengan sesuatu yang akan terjadi di masa depan sehingga membutuhkan sebuah kontemplasi tersendiri dalam menafsirkan mimpi yang dialami. Mimpi ini sering disebut sebagai mimpi prekognitif atau mimpi yang berisikan pandangan akan masa depan.
Tatkala saya masih tercenung dalam kecamuk pikiran tersebut, tiba-tiba..’’Wah..kalo berbicara tentang mimpi, saya baru saja mendengarkan lagu Putri Ariani yang sungguh asyiiik…Senja yang datang di ujung langit/Hadirkan jingga yang cemerlang/Seperti hangatnya sang Mentari/Ku tersenyum menikmatinya/Kuukir semua mimpi-mimpiku/Dalam angan-angan yang indah/Ku berjuang dari rasa sakit/Sirnakan ragu di hatiku… (lirik lagu MIMPI yang dilantunkan Putri Ariani, 2023). Saya juga tergetar seperti Presiden Jokowi tatkala menyimak lagu ini, suaranya sungguh memesona dan indah nian.
Namun, tatkala kita membahas tentang mimpi, kita tak bisa mengabaikan sahabat saya Sigmund Freud Mas.. tidak ada tokoh yang lebih tertarik dan lebih antusias terhadap topik ‘mimpi’ daripada Freud, paling tidak hingga akhir abad XX ini. Jauh sebelum itu, sejak zaman Yunani kuno pun telah dilakukan telaah & penelitian terhadap mimpi seseorang dengan berbagai kajiannya.
Mereka menyebutnya Oneirologi (berasal dari kata Oneiros dalam Bahasa Yunani yang berarti mimpi). Salah seorang tokoh mumpuni yang pernah melakukan penelitian tentang mimpi pada masa ini antara lain adalah Homeros (700 SM). Dia mendefinisikan mimpi seseorang yang terbagi menjadi dua kategori: pertama, mimpi yang melewati pintu gerbang gading adalah mimpi kosong, hanya bunga tidur dan tidak akan menjadi nyata. Kedua, adalah kategoris mimpi yang melewati pintu gerbang tanduk yaitu golongan mimpi yang benar, merupakan penglihatan dari masa depan dan akan menjadi nyata (Craze, 2013). Selain itu, Hipokrates yang dikenal sebagai bapak medis juga menggunakan mimpi sebagai media pengobatannya, dia menggunakan simbol – simbol dalam mimpi sebagai pertanda gejala medis lhoo…
Kembali ke sobat Freud, menurutnya, saat manusia bermimpi, letak kesadaran manusia berada di tingkat pra sadar, dimana Id dan Superego lebih banyak berperan dibanding dengan Ego. Tidak jarang bahkan keinginan terpendam dapat muncul melalui mimpi. Dalam bukunya, Interpretation of Dream (1914), Freud menjelaskan bahwa mimpi merupakan jembatan antara dunia eksternal dengan perasaan, kesan maupun keinginan terpendam (terepresi). Dengan kata lain, mimpi adalah pemenuh keinginan dari apa yang tidak mampu terwujudkan di dunia ekternal.
Oleh karena itu, mimpi tidak bisa muncul begitu saja. Mimpi memerlukan ‘bahan-bahan’ yang perlu dirakit untuk dimunculkan di dalam tidur. Bahan-bahan tersebut seperti kesan terbaru, kesan acuh tak acuh, pengalaman masa kecil sampai rangsangan somatik. Rangsangan somatis yang dimaksud adalah stimulus fisiologis yang diberikan ketika tidur yang kemudian ikut terekspresikan di dalam mimpi. Stimulus tersebut bisa berasal dari internal sang individu, seperti rangsangan organ tubuhnya, ataupun dari sumber eksternal.
Bahan-bahan tersebut kemudian secara sadar maupun tak sadar diolah oleh sang individu serta disesuaikan dengan kondisi mental individu tersebut. Ibarat hendak memasak suatu makanan tertentu, maka kita akan menyesuaikan resep dengan bahan yang tersedia di almari es. Terkadang ada bahan yang tidak tersedia, mungkin karena habis, terlalu sedikit atau memang sulit didapatkan. Kemudian kita memanipulasi resep atau istilah para politisi menyesuaikan, agar dari bahan-bahan yang ada di dalam kulkas itu dapat lebih dekat dengan makanan ideal yang hendak kita masak. Demikian pula mimpi terjadi melalui olahan berbagai bahan-bahan abstrak tersebut, mencampur dan merakitnya agar dapat lebih diterima oleh akal sehat kita.
Nah, berdasar pada sedikit pemahaman tersebut, menarik untuk kita kaji bersama termasuk kategori manakah mimpi SBY tersebut? Apakah mimpi itu adalah pertanda masa depan hasil Pemilu tahun 2024 nanti ataukah lebih pada ekspresi impian idealisme SBY atas masa depan Indonesia yang guyub dan rukun demi menjadi negara maju di tahun 2045 nanti? Ataukah, seperti lagu Mimpi dari Putri Ariani yang sebagian impiannya telah menjadi nyata untuk menjadi global diva tak lama lagi..’’
Begitulah, Gus Dur tiba-tiba lenyap lagi setelah menuntaskan kalimatnya, tersisa diri ini yang masih tercenung dan makin bingung ini.
*)Greg Teguh Santoso, pemikir lepas, sedang menuntaskan studi doctoral sembari berbagi ilmu di beberapa kampus juga melalui tulisan.
Editor: Ariful Hakim