Modal Ikhlas Konglomerat Muhammadiyah | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Istimewa

Modal Ikhlas Konglomerat Muhammadiyah

Ceknricek.com -- Pada 18 November kemarin adalah milad Muhammadiyah ke-107.  Ya, ormas Islam ini sudah berusia 107 tahun. Bahkan sudah 111 tahun menurut kalender Hijriyah, sejak 8 Dzulhijjah 1330 H. Muhammadiyah didirikan Kiai Haji Ahmad Dahlan di Kauman, Yogyakarta pada 18 November 1912. 

Saat didirikan, Muhammadiyah adalah ormas yang kere, miskin. Kadang untuk membayar guru yang mengajar di sekolah Muhammadiyah pun tak mampu. Hanya saja, karena keikhlasan dan daya juang yang gigih para anggotanya, Muhammadiyah sering melewati masa sulit.

Pada suatu hari di tahun 1921, Kiai Dahlan mengumpulkan warga Kauman. Sudah menjadi kebiasaan Kiai, ia memukul kentongan jika ingin mengumpulkan warga. Tong tong tong

Warga berduyun-duyun mendatangi rumah Kiai. Warga sudah paham, jika Kiai memukul kentongan berarti ada penggalangan dana. ”Kas Muhammadiyah kosong. Sementara guru-guru Muhammadiyah belum digaji. Muhammadiyah memerlukan uang kira-kira 500 gulden untuk menggaji guru, karyawan dan membiayai sekolah Muhammadiyah,” begitu isi pidato Kiai, begitu warga sudah kumpul. 

Kiai menyatakan melelang seluruh barang-barang yang ada di rumahnya. Pakaian, almari, meja kursi, tempat-tempat tidur, jam dinding, jam berdiri, lampu-lampu dan lain-lain. Ringkasnya, Kiai Dahlan melelang semua barang miliknya dan uang hasil lelang itu seluruhnya akan digunakan untuk membiayai sekolah Muhammadiyah, khususnya untuk menggaji guru dan karyawan.

Modal Ikhlas Konglomerat Muhammadiyah
Sumber: Kemendikbud

Hadirin terbengong-bengong, mendengar penjelasan Kiai Dahlan. Murid-murid Kiai yang ikut pada pengajian Thaharatul Qulub terharu menyaksikan semangat pengorbanan Kiai Dahlan. 

Singkat cerita, penduduk Kauman itu khususnya para juragan yang menjadi anggota kelompok pengajian, kemudian berebut membeli barang-barang Kiai Dahlan.

Ada yang membeli jasnya. Ada yang membeli sarungnya. Ada yang membeli jamnya. Almari, meja kursi dan lainnya. Dalam waktu singkat, semua barang milik Kiai itu habis terlelang dan terkumpul uang lebih dari 4.000 gulden. Anehnya setelah selesai lelangan itu tidak ada seorang pun yang membawa barang-barang Kiai. Mereka langsung pamit pulang.

Tentu saja KHA Dahlan heran, mengapa mereka tidak mau membawa barang-barang yang sudah dilelang. ”Saudara-saudara, silakan barang-barang yang sudah sampeyan lelang itu saudara bawa pulang. Atau nanti saya antar?,” serunya.

“Tidak usah Kiai. Barang-barang itu biar di sini saja, semua kami kembalikan pada Kiai,” jawab warga.

“Lalu uang yang terkumpul ini bagaimana?,“ tanya Kiai.

Kata salah seorang dari mereka, “ya untuk Muhammadiyah. Kan, Kiai tadi mengatakan Muhammadiyah perlu dana untuk menggaji guru, karyawan dan membiayai sekolahnya?”.

Modal Ikhlas Konglomerat Muhammadiyah
Sumber: Istimewa

Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Organisasi Muhammadiyah Berdiri

Cerita tentang penggalangan dana era Kiai Dahlan tersebut dikisahkan Drs. Sukriyanto AR dalam Suara Muhammadiyah, No. 13/98/1-15 Juni 2013. Muhammadiyah hanya butuh 500 gulden. Dana yang terkumpul lebih dari 4000 gulden. Sisanya, masuk kas Muhammadiyah. Alhamdulillah.

Kini, sudah memasuki era 4.0. Metode kentongan dan lelang seiring dengan perkembangan zaman telah digantikan dengan model digital. Tapi substansinya sama: pengumpulan dana untuk menunjang amal usaha Muhammadiyah.

Pada saat ini Muhammadiyah mencoba mempraktikkan sistem iuran anggota secara online. Sistem ini meng-cover 9 wilayah pimpinan cabang baik di dalam negeri maupun di luar negeri seperti Korea, Taiwan, Malaysia, Arab Saudi, Jepang, Australia, Jerman, Inggris dan lainnya. 

Bak Konglomerat

Presiden Joko Widodo sempat menyatakan keheranannya karena diam-diam Muhammadiyah membangun infrastruktur dengan biaya yang relatif besar padahal tidak pernah mengemis bantuan pemerintah. 

Keheranan Jokowi bisa dimengerti. Kini, Muhammadiyah memang bak konglomerat. Kaya raya. Ormas ini memiliki amal usaha yang tersebar di seluruh pelosok Tanah Air. Di bidang pendidikan dasar dan menengah ada 7.651 sekolah dan madrasah. Bidang Pendidikan tinggi memiliki 174 universitas, sekolah tinggi, institut, dan akademi.

Modal Ikhlas Konglomerat Muhammadiyah
Sumber: Duta.co

Muhammadiyah juga memiliki pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang tersebar di Indonesia. Ada 457 rumah sakit, 318 panti asuhan, 54 panti jompo, dan 82 rehabilitasi cacat.

Di bidang sarana ibadah, Muhammadiyah memiliki masjid dan mushala sebanyak 11.198 unit. Di samping itu, juga memiliki sejumlah Baitul Mal Wa Tamwil atau BMT, Koperasi Matahari, minimarket, dan lainnya. 

Valuasi aset Muhammadiyah mendekati angka Rp320 triliun, belum lagi dana likuid (jangka pendek) yang tersimpan pada rekening yang dimiliki Muhammadiyah dan amal usaha Muhammadiyah, diperkirakan Rp15 triliun. Dari jumlah sebesar itu, yang baru dimanfaatkan Muhammadiyah diestimasikan Rp1,5 triliun.

Modal Ikhlas Konglomerat Muhammadiyah
Sumber: Istimewa

Aset Muhammadiyah terus membesar karena sikap dermawan warganya. Banyak masjid dan sekolah dibangun dari dana iuran warga Muhammadiyah. Mereka rela menginfakkan hartanya demi berdirinya masjid dan sekolah. Dan yang paling mengharukan dari mereka walaupun dengan segala kesulitan dalam membangun amal usaha mereka tak lantas ingin mengaku-aku amal usaha mereka. Mereka dengan ikhlas mewakafkan hasil usaha mereka pada ikatan bersama dalam persyarikatan Muhammadiyah.

Asal tahu saja, semua Amal Usaha Muhammadiyah secara hukum hanya satu pemiliknya: Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Muhammadiyah dihuni banyak orang ikhlas. Tidak kepikiran membawa pulang aset di persyarikatan. Semua berkhidmat dalam kapal besar. Buya Syafi’i Maarif menyebutnya tenda besar buat semua. Prof Din Syamsuddin mengilustrasikan sebagai federasi dari banyak pemikiran.

Modal Ikhlas Konglomerat Muhammadiyah
Sumber: RMOL

Baca Juga: Dua Menko Kader NU dan Muhammadiyah

Administrasinya jelas, teratur dan rapi. Jangan heran jika banyak orang di luar Muhammadiyah mempercayakan penyaluran zakat, infak, dan sedekahnya kepada Muhammadiyah.

“Jadilah seperti Muhammadiyah, mandiri dalam segala bidang. Karenanya, sikap-sikap politik dan kenegaraan mereka pun mandiri,” tulis Mustofa  Djufri, tokoh Muda NU dari Pesantren Sidogiri, Jawa Timur.  “Mereka memberi beras, Muhammadiyah juga memberi beras, mereka membangun TK, Muhammadiyah juga bangun TK. Mereka bagikan permen, Muhammadiyah pun bagikan permen. Akhirnya, umat yang lapar itu pun lebih memilih ngaji dan sekolah ke TK Muhammadiyah. Sama- sama Islam, sama- sama dapat beras,” lanjutnya.

Pikiran Maju

Muhammadiyah tidak masuk dalam pusaran politik. Prof Mitsuo Nakamura cukup sederhana menggambarkan Muhammadiyah dalam buku monumentalnya Matahari Terbit di Atas Pohon Beringin: Studi tentang Pergerakan Muhammadiyah di Kotagede Sekitar 1910-2010.

Nakamura seperti hendak mengatakan, inilah model pergerakan sempurna. Tak ada cacat politik apalagi cacat moral. Dari rahim Muhammadiyah lahir berbagai pikiran maju yang terbarukan. Pikiran dan ide yang melampaui dan menerabas zaman. 

Modal Ikhlas Konglomerat Muhammadiyah
Sumber: TVMU

Kiai Dahlan identik dengan pikiran maju. Pikiran cemerlang yang melampaui zamannya. Gagasan-gagasannya ditiru dan dibenarkan ramai meski awalnya ditolak dan dibantah. Kiai Abdurahman Wahid atau Gus Dur menyebutnya kemenangan dialektik. 

Muhammadiyah adalah organisasi maju. Menghapus kelas dan sekat beragama. Kolektif kolegial adalah jawaban jitu untuk meredam klaster-klaster dalam beragama. Semua berkesempatan sama dan inklusif terhadap perubahan dan partisipasi jemaah.

Peneliti LIPI almarhum Dr. Alfian dalam Islamic Modernism in Indonesian Politics, the Muhammadiyah Movement During the Dutch Colonial Period 1912-1942 (1989), menyebut karena Muhammadiyah merupakan gerakan non politik, keterlibatannya berbeda dengan organisasi lain yang menjadikan politik sebagai titik tuju. Tapi di situlah menjadi kelebihannya. 

Modal Ikhlas Konglomerat Muhammadiyah
Sumber: Buletinsenggang

Ormas ini telah melahirkan banyak ragam karakter seperti Sukarno yang heroik, Soeharto yang cerdik, Jenderal Soedirman yang tawadhu, Ki Bagus Hadikoesoemo yang futuristik alias weruh sak durunge winarah dan masih banyak lagi tokoh besar yang inspiratif lainnya. 

Kiai Ahmad Dahlan pernah berpesan, "Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup dari Muhammadiyah”. Pesan Kiai ini sampai saat ini masih melekat pada diri tiap kader Muhammadiyah. Kiai mengajak tiap warga Muhammadiyah untuk ikhlas beramal dan menenggakkan amar ma'ruf nahi munkar: mengajak kebaikan dan mencegah kejahatan. Happy birthday, selamat milad Muhammadiyah..!

BACA JUGA: Cek AKTIVITAS PRESIDEN, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini. 


Editor: Farid R Iskandar


Berita Terkait