Negara-Negara APO Bahas Dampak Teknologi Disrupsi | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto : Kemnaker

Negara-Negara APO Bahas Dampak Teknologi Disrupsi

Ceknricek.com -- Negara-negara yang tergabung dalam Association Productivity Organization (APO) membahas dampak terjadinya teknologi disrupsi (disruptive technologies) yang membawa pengaruh bagi sektor ketenagakerjaan dan tingkat produktivitas kerja. Acara dihelat di Jakarta, Selasa (26/3).

"Contoh sederhana, disrupsi membuat perubahan cara-cara berbisnis yang dulunya sangat menekankan owning (kepemilikan) menjadi sharing(saling berbagi peran, kolaborasi resource).” Ungkap Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Dirjen Binalattas) Kemnaker Bambang Satrio Lelono dalam sambutannya yang dibacakan oleh Direktur Produktivitas M. Zuhri. 

Asian Productivity Organization (APO) merupakan organisasi regional antar pemerintah dengan tujuan memberikan kontribusi terhadap pembangunan sosial ekonomi di kawasan Asia Pasifik melalui pengembangan produktivitas. Keanggotaan APO bersifat terbuka untuk seluruh pemerintah dikawasan Asia dan Pasifik.

Sumber : Kemnaker

Sebanyak 20 negara anggota APO antara lain Bangladesh, Kamboja, Republik Rakyat Tiongkok, Fiji, Hong Kong, India, Indonesia, Iran, Jepang, Korea, Laos, Malaysia, Mongolia, Nepal, Pakistan, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam.

Zuhri mengatakan, saat ini teknologi disrupsi telah meluas mulai dari pemerintahan, ekonomi, hukum, politik, hingga penataan kota, konstruksi, pelayan kesehatan, pendidikan, kompetisi bisnis, dan juga hubungan-hubungan sosial. Bahkan konsep marketing pun saat ini sudah terdisrupsi.

Menurut Zuhri, ada lima hal penting dalam memahami disrupsi. Pertama, disrupsi berakibat penghematan banyak biaya melalui proses bisnis menjadi lebih simpel. Kedua, membuat kualitas apapun yang dihasilkan lebih baik dibandingkan sebelumnya. Ketiga, disrupsi berpotensi menciptakan pasar baru atau membuat mereka yang selama ini tereksklusi menjadi ter-inklusi, membuat pasar-pasar yang selama ini tertutup menjadi terbuka. Keempat, produk atau jasa hasil disrupsi ini harus lebih mudah diakses atau dijangkau oleh para penggunanya. Dan kelima, disrupsi membuat segala sesuatu kini menjadi serba lebih pintar, lebih menghemat waktu, dan lebih akurat. Ini menjadi tantangan bagi sektor ketenagakerjaan dan tingkat produktivitas.

Sumber : Kemnaker

Zuhri menegaskan, forum tersebut diharapkan mampu menyamakan pemahaman tentang disruptive technologies. Yakni perubahan teknologi digital mutakhir yang lebih efisien sebagai ajang pertukaran informasi mengenai pengaruh disruptive technologies di pemerintahan, bisnis, pendidikan dan hubungan-hubungan sosial serta berbagi gagasan dan mendiskusikan perubahan dalam proses usaha.

Forum on Disruptive Technologies and Technology-dryven Productivity dihadiri oleh APO Program Officer Polchate Kraprayoon dan 80 peserta forum. Sebanyak 30 peserta merupakan delegasi dari negara anggota APO dan 50 peserta lokal dari berbagai instansi di Indonesia.

Lima narasumber utama dalam forum tersebut adalah Prof. Naohiro Shichijo (Jepang), Silawat Tao Santivisat (Thailand), William Douglas Beynon (Kanada), Sarath Davala (India), dan Joseph Lew (Singapura).



Berita Terkait